• SEMBILAN BELAS •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku menyeringai puas melihat wajah Count Argan yang terlihat marah. Kaisar Azarn dengan wajah marahnya memerintahkan secara tegas untuk memenjarakan Leiron Argan di penjara Vaderal, salah satu penjara tempat para bangsawan dengan permasalahan berat.

"Yang Mulia! Anda tidak bisa melakukan ini! Saya salah salah satu pahlawan perang!"

"Tidak ada seorang pahlawan yang akan menyakiti keluarganya sendiri."

Kaisar Azarn menatap dingin Count Argan.

"Dan kau juga sudah membawa masalah dengan menuduh hal-hal yang tidak masuk akal."

"Permasalahan lainnya kau membuat kekacauan di rapat penting dan menunjukkan salah satu kesalahan terberatmu, yaitu kehilangan benda pusaka yang sudah diwariskan secara turun temurun. Akan ada sanksi tambahan mengenai hal itu nantinya," jelas Kaisar Azarn.

Aku merasa puas, begitupun Al yang matanya terlihat cerah. Dia pasti merasa senang. Bentar, apa ini pertama kalinya berhasil? Diantara reinkarnasi lainnya bagaimana ya?

"Yawwww!!" Al berbicara dan terbang mengelilingi Kaisar Azarn.

"Kau juga menuduh dragbel kecil ini," tambah Kaisar Azarn.

Al terbang dengan nyamannya dan duduk bersama Kaisar Azarn. Dan bisa-bisanya Kaisar justru tersenyum lembut!

Woy ini si Al pinter banget ngerayunya. Belajar dimana dia?

"Sekarang bawa dia! Kurung dan jangan biarkan seseorang menemuinya sampai aku datang nanti."

"Baik Yang Mulia!"

"Tidak! Yang Mulia anda tidak bisa melakukan ini!"

"Azarn! Azarn kau akan menyesal!!!"

Woah, tidak dong. Kaisar tidak akan menyesal, karena aku sudah punya rencana untuk menjatuhkan Count Argan.

Aku menyeringai tipis. Merasa puas dengan hasilnya. Hanya menunggu hingga pemberian hukuman selanjutnya.

Namun senyumku tak bertahan lama, karena setelahnya sebuah ledakan mana tiba-tiba muncul tanpa terduga.

Detik-detik sebelum terjadi ledakan, aku bisa melihat seringai milik Count Argan.

Dasar bajingan gila gitu!

~•~•~•~•~•~•~


Solar dengan wajah kusutnya menatap sosok yang sedari tadi berdiam diri didekatnya. Ia sedang minum teh bersama Thorn dan Blaze, namun orang ini tetap saja tidak pergi juga.

"Hei, kenapa kau diam saja?"

"Lalu saya harus apa?" Yvone menjawab datar.

"Kau tidak pergi?"

"Kenapa saya harus pergi?"

"Karena aku sedang tea time!"

"Dan saya sedang bertugas."

"Kau! Astaga!"

Solar berteriak frustasi dengan tingkah Yvone.

Sudah beberapa hari sejak Yvone menjadi ksatria pribadinya, namun mereka masih belum menemukan kecocokan satu sama lain. Bahkan untuk memulai penelitian ataupun latihan bersama pun mereka belum siap.

"Kenapa kau mau saja menjadi ksatria pribadi Arven? Apa Putra Mahkota memaksamu?" Blaze bertanya dengan raut bingung.

"Apa saya harus menjawab pertanyaan yang sama? Mohon maaf Pangeran Keempat, pertanyaan itu sudah sejak beberapa hari yang lalu anda tanyakan pada saya."

"Ya dan kau tidak menjawabnya sama sekali. Aku adalah seorang Pangeran, jadi harusnya kau menjawabnya," kesal Blaze.

"Mohon maaf sekali lagi Pangeran Keempat, Tuan saya adalah Yang Mulia Putra Mahkota dan Pangeran Bungsu, bukan anda."

Dengan cuek, Yvone menjawab. Blaze hanya bisa menghela napasnya, menahan rasa gemas ingin menabok wajah datarnya itu.

"Kenapa para bawahan Arter rata-rata tidak waras semua sih?" Blaze menghela napasnya, sama dengan Solar.

"Ya kan! Dia juga aneh sekali! Menyebalkan!"

Bahkan memberiku misi rahasia! Dan bahkan itu semua tidak masuk akal!

Batin Solar berteriak keras.

"Dame, apa kau baik-baik saja? Kau ingin duduk?" Thorn yang dengan lembutnya menunjuk kursi kosong disebelahnya.

"Terima kasih, Pangeran Keenam. Saya baik-baik saja." Yvone kembali menjawab datar.

"Kau mau minum?"

"Tidak."

"Makan? Aku punya cookies."

"Tidak."

"Oh kau mau coklat?"

"Tidak."

"Lalu kau ingin apa?" Thorn menatapnya polos.

Solar dan Blaze yang pusing dengan tingkah saudara mereka hanya bisa menepuk dahinya lelah.

"Saya harap ini segera selesai, jadi saya bisa ke ruang istirahat."

"..."

"..."

"..."

"Woy! Kau yang bener aja dong! Masa iya jam segini mau istirahat!?"

Solar yang stress akhirnya meledak. Ia menatap penuh kekesalan perempuan disebelahnya itu.

"Lalu saya harus apa? Anda bahkan belum memberi saya tugas, Pangeran Arven."

"Kau ini!! Arghhh pusingnya akuu!!"

Blaze dan Thorn hanya tertawa kecil melihat adik bungsu mereka berteriak seperti itu. Mereka tidak paham mengapa Halilintar secara tiba-tiba memberikan Solar ksatria pribadi. Mungkinkah Halilintar hanya ingin menjaga Solar? Atau mengawasinya?

Keduanya justru berpikir tentang opsi terakhir. Mengingat hubungan keduanya tak terlalu baik, pasti yang kedua kan?

"Permisi Pangeran, maafkan saya karena mengganggu."

Salah seorang pelayan pria datang dan memberi hormat pada ketiganya.

"Ada apa?" tanya Blaze.

"Ada perintah dari Yang Mulia Kaisar agar para Pangeran segera menemui beliau. Sebelumnya, Pangeran Axer, Pangeran Arzen dan Pangeran Azer sudah tiba lebih dulu disana."

"Hmm, begitu kah? Baiklah. Sampaikan kami akan segera kesana."

Setelah membalas, ketiganya saling berpandangan. Bertanya-tanya apa yang terjadi.

"Kau kembalilah sana!" Solar menyuruh Yvone agar pergi.

"Mohon maaf Pangeran Arven, ada perintah tambahan dari Yang Mulia Putra Mahkota Arter mengenai Dame Yvone."

"Perintah apa?" tanya Solar.

"Dame Yvone diminta agar pergi menuju tempat latihan para ksatria Zeus berlatih."

"Ksatria Zeus!? Bukankah mereka berlatih ditempat yang tidak diketahui siapapun kecuali Halilintar dan para bawahannya sendiri?"

"Benar Yang Mulia, karena itu Putra Mahkota sudah mengutus seseorang untuk membawa Dame Yvone."

"Salam pada para Bintang Muda Kekaisaran."

"ASTAGA KAGET!"

Ketiganya tersentak secara bersamaan ketika seorang pria tiba-tiba saja muncul didekat mereka. Wajahnya ditutupi dengan masker hitam dan rambut hitamnya diikat.

"Saya mendapat perintah dari Putra Mahkota untuk membawa Dame pergi."

"Hei! Apa semua bawahan Halilintar seperti ini?"

Blaze yang terkejut hanya bisa bengong.

"Kalau begitu pergilah. Kau bisa kembali bertugas besok." Solar yang nampaknya sudah malas dengan cepat mengusir Yvone.

"Baik Pangeran Arven, saya permisi."

Setelah kepergian Yvone, Solar dan kedua pangeran lainnya bergegas ke Istana utama untuk menemui Kaisar.

Ketiganya bertanya-tanya ada apa gerangan sehingga Kaisar memanggil mereka. Bukankah seharusnya rapat penting masih berlangsung saat ini?

"Menurutmu kenapa ayah memanggil?" tanya Blaze.

Thorn menggeleng tak tau. "Entah. Mungkin ayah rindu kita? Benar, mungkin ayah rindu kita bertujuh."

"Kenapa kau malah berpikir begitu sih?" tanya Blaze, bingung dengan pemikiran positif adiknya itu.

Thorn hanya terkekeh kecil. Solar menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. Ia yakin bukan itu. Pasti ada sesuatu.

~•~•~•~•~•~•~


"Apa-apaan ini!? Ayah???"

Solar yang masuk ke ruangan kerja Kaisar terkejut begitu melihat sosok makhluk kecil yang sedang terbaring diatas meja dalam keadaan tak sadar.

"Arter!?"

Solar langsung menoleh ke Halilintar, yang wajahnya sudah sangat gelap sekali. Hawa gelap mengelilingi dirinya yang menatap Kaisar Azarn dengan tatapan dingin.

"Ayah, ada apa sebenarnya?" Thorn bertanya.

"Apa semua sudah berkumpul?" Kaisar Azarn bertanya.

"Anda sudah melihatnya dengan jelas, Yang Mulia Kaisar," jawab Halilintar dengan dingin.

Kaisar hanya menghela napasnya mendengar nada dingin penuh kekesalan itu.

"Hei, ada apa?" Blaze menyenggol Ice yang berdiri disebelahnya.

"Tidak tau. Ayah belum bicara sama sekali."

Hening selama sesaat, bahkan Taufan yang biasanya sangat aktif pun hanya bisa diam.

"Baiklah, ada alasan mengapa ayah memanggil kalian disini."

"Apa ada sesuatu yang terjadi saat rapat berlangsung?" Gempa bertanya dengan hati-hati.

"Ya, sesuatu terjadi dan aku ingin melihat respon kalian mengenai hal ini juga."

"Sebenarnya apa yang terjadi ayah?" Blaze bertanya.

Kaisar kemudian menjelaskan permasalahan awal rapat yang berakhir dengan kacau karena Baron Gill dan juga Count Argan.

"Tidak mungkin! Bagaimana bisa paman-- ah maksud saya Count Argan melakukan perbuatan ceroboh seperti itu? Dan menghilangkan benda pusaka? Astaga.."

Taufan menggeleng tak percaya mendengar penjelasan dari ayahnya itu.

"Lantas jika itu permasalahannya, bagaimana bisa Dragbel ini tak sadarkan diri seperti itu?" tanya Gempa, yang akhirnya tak tahan karena Halilintar terus menerus mengeluarkan aura gelap.

"Dan juga saya tidak mengerti mengapa Putra Mahkota terlihat tidak nyaman seperti ini," lanjutnya.

"Ya, itu karena kecerobohan ayah sebenarnya," jawab Kaisar Azarn, matanya melirik Halilintar yang juga menatapnya kesal.

"Benar sekali Yang Mulia. Padahal anda adalah pemilik kekuatan perisai terkuat, namun ternyata dengan sengaja anda malah melonggarkan ikatan sihir pada Count Argan, sehingga Count Argan berhasil menyerang Al dengan cepat tanpa bisa kita sadari."

"Anda sudah mendengarkan penjelasan saya dan Nona Douter dengan baik, tetapi dengan sangat menyebalkannya anda justru menyepelekan itu dan membiarkan Al menghadapi ledakan elemen itu sendirian."

Keenam pangeran lainnya hanya bisa bergidik ngeri melihat Halilintar yang berbicara sambil menatap tajam kearah ayah mereka.

Kalimat yang dingin dan sarkas itu dengan tepat mengenai Kaisar Azarn yang menghela napasnya kasar.

"Karena hal itu juga Al yang masih kecil pun tidak bisa menahan efek dari ledakan itu," lanjut Halilintar.

KECIL!? KAU BERCANDA?? batin Solar, menatap tak percaya Halilintar.

"Jadi... apa Dragbel itu yang melindungi ayah dan orang-orang didalam ruang rapat?" ucap Taufan.

"Iya, ayah cukup terpukau melihat itu."

"Terpukau? Yang Mulia Kaisar, anda benar-benar tidak punya hati sekali," sewot Halilintar.

SEBENARNYA ADA APA DENGAN PUTRA MAHKOTA???

Para Pangeran memikirkan hal yang sama, sejujurnya ini bukan hal yang aneh jika Halilintar membantah ucapan Kaisar, namun ia tidak pernah melakukan dengan wajah yang sangat kesal.

Ia akan biasanya tidak akan berekspresi ataupun datar. Tapi ini tidak, ia terus-menerus menggerutu mengenai Kaisar yang bodoh.

"Ar-- Putra Mahkota, bukankah bagus jika dragbel itu bisa melindungi semua orang?" Taufan dengan bingung menatap Halilintar yang masih mengomel.

"Ucapanmu benar Axer, tapi sangat disayangkan kita memiliki Kaisar yang sangat ceroboh."

Kaisar Azarn yang sudah pusing pun akhirnya menatap istrinya yang sedari tadi hanya duduk memperhatikan.

Ratu Althea tersenyum tipis, menatap suaminya yang memandangnya dengan pandangan meminta bantuan.

"Arter anakku, katakanlah pada ibumu ini, hukuman apa yang ingin kau berikan pada Count Argan?"

"Apa anda suda menangkapnya lagi Yang Mulia Ratu?"

Ratu Althea tersenyum tipis. Ia merogoh saku gaun miliknya, mengeluarkan sebuah sapu tangan putih yang terikat.

"Apa kau ingin mengetes darah yang ada didalamnya nak?"

Kaisar dan para Pangeran tentunya terbelalak kaget mendengar ucapan sang Ratu yang tidak terduga itu.

"Baiklah, saya percaya dengan anda, Ibu." Halilintar menghela napasnya.

Kaisar dan Pangeran hanya bisa menghela napas. Ikatan darah memang tidak bisa berbohong(⁠─⁠.⁠─⁠|⁠|⁠)

Manik ruby milik Ratu Althea bersinar cerah. "Jadi, bagaimana?"

"Anda pasti sudah menebaknya Ibu," balas Halilintar.

"Nah kau begitu, katakan itu pada ayahmu," ujar Ratu Althea lembut.

Halilintar menghela napasnya dan menatap serius Kaisar.

"Yang Mulia Kaisar, saya ingin mengajukan permintaan."

"Katakanlah."

"Serahkan seluruh penyelidikan mengenai Count Argan pada saya."

Kaisar Azarn yang mendengarkan itu merenung sejenak, tangannya terlihat gelisah.

"Arter tunggu sebentar," sela Blaze.

"Sebenarnya ada masalah apa sehingga kau ingin mengambil alih masalah ini? Bukankah seharusnya Kaisar yang memberikan hukuman terhadap bangsawan yang membuat masalah?"

Blaze terlihat kesal. "Jika ini menyangkut mengenai masalah Benda Pusaka, serahkan saja tugas itu pada ayah. Itu kan bukan kewajibanmu."

Halilintar menghela napasnya. Ia lalu menatap Blaze yang melihatnya dengan tatapan tidak suka.

"Aku tau maksud perkataanmu itu, Blaze. Hanya saja dalam permasalahan kali ini juga Count Argan membuat masalah dengan membuat keributan denganku dan menyerang Al."

"Tak bisakah kau memaafkan paman? Paman orang yang baik, tidak mungkin ia melakukan itu," kesal Blaze.

Halilintar nampaknya melupakan satu hal. Count Argan sangat dipercaya oleh para Pangeran sejak dulu, terkecuali Solar yang sudah tau soal itu, mereka sangat mempercayai Count Argan melebihi kepercayaan mereka pada ayah mereka, sang Kaisar.

Halilintar menggerutu dalam hatinya. Sementara itu, Solar menahan diri untuk tidak berbicara.

"Dengan ini, aku mungkin bisa membuat azarn turun dari takhta nya."

Solar menggeram pelan mengingat perkataan Count Argan saat itu.

Ia menatap Halilintar yang tetap tenang. Namun, manik Ruby merah itu terlihat membara, seakan menahan ledakan untuk tidak kehilangan kendali.

"Jangan karena kau tidak menyukai Paman, kau memanfaatkan ini untuk memperkuat posisimu itu," sarkas Blaze.

"Aku tidak mengerti mengapa kau berpikir seperti itu Pangeran Asern," balas Halilintar dingin.

"Begini saja Pangeran, jika teman kalian diserang oleh orang terdekat kalian, apa kalian akan marah atau hanya diam?"

Taufan memiringkan kepalanya bingung. "Hmm tentu saja marah, jika dia menyerang tanpa alasan bukankah itu adalah kejahatan?"

"Aku setuju. Tapi jika dia memiliki alasan, dan alasan itu masuk akal mungkin saja aku akan akan merasa marah pada temanku," jawab Thorn.

"Dan bukankah kalian semua mendengar penjelasan mengenai rapat? Aku dan Nona Douter menjelaskan dengan baik namun secara tiba-tiba Baron Gill dan Count Argan berulah dan berakhir dengan Al yang terluka karena mereka."

Halilintar menatap dingin keenam adiknya.

"Apa menurut kalian aku tidak bisa marah?"

~•~•~•~•~•~


Haruskah menggeplak kepala Blaze? Kupikir hubungan kami sudah cukup membaik, tapi ternyata belum. Aku melirik Al yang masih terbaring.

Tanganku mengepal, meredam amarahku.

"Putra Mahkota, mengenai permintaanmu itu, ayah rasa ayah tidak bisa memberikannya padamu."

"Apa? Mengapa Yang Mulia?"

Aku tersentak, terkejut mendengar perkataan Kaisar.

"Mengenai itu, apa kalian mengingat perang besar yang terjadi 8 tahun yang lalu?"

Tentu saja. Perang besar untuk memperebutkan wilayah Barat Laut. Kekaisaran Wisburn adalah salah satu kekaisaran yang dulu bekerjasama dengan Kekaisaran Elemental Glacius.

Kekaisaran Wisburn adalah kekaisaran yang kekuatan militernya bergantung pada sihir api dan juga angin. Mereka juga memiliki kekuatan militer dari perjanjian kuno leluhur mereka dengan para Wisher, makhluk kuno berbentuk seperti siren, yang merupakan salah satu sumber sihir air terkuat.

Aku ingat dengan jelas di novel Kekaisaran Wisburn diceritakan iri dengan Kekaisaran Elemental Glacius sehingga mengkhianati perjanjian damai antara kedua kekaisaran dan menyerang wilayah Barat Laut, pusat pelabuhan utama berada.

Padahal mereka juga bergantung pada Kekaisaran ini, kenapa mereka bodoh sekali sih...

Perang itu terjadi selama hampir 7 bulan, dan mengakibatkan banyak korban jiwa.

Bukan hanya wilayah Barat Laut saja, wilayah Dersej, yang merupakan wilayah netral pun hancur lebur akibat peperangan ini.

Dalam peperangan itu, ada 5 orang pahlawan yang dikenal sebagai penyelamat.

Berkat kerjasama kelima pahlawan ini, mereka mengalahkan kekaisaran Wisburn dan mengambil alih kekaisaran itu, yang mana saat ini sudah menyatu dengan wilayah Barat dan Utara Kekaisaran Elemental Glacius.

Meski begitu, ada perjanjian yang mengikat kelima pahlawan ini. Salah satu dari kelima pahlawan tewas beberapa minggu setelah perang berakhir dan membuat wasiat yang menyatakan kesetian Kaisar pada kelima pahlawan keempat pahlawan lainnya.

"Apa anda mengatakan bahwa Count Argan tidak dapat dihukum berat karena perjanjian itu? Karena ia adalah salah satu dari lima pahlawan perang?"

Aku menggeram. Aku membuat kesalahan. Aku melupakan fakta mengenai perjanjian antar para Pahlawan Perang.

Apa yang harus kulakukan? Aku khawatir ini akan berdampak pada rencanaku nantinya.

Aku mencoba menenangkan diriku.

"Yang Mulia Kaisar, anda jelas tau bahwa Count Argan bahkan menuduh saya mencuri Benda Pusaka keluarga Argan. Bagaimana bisa saya membiarkan hal ini begitu saja?"

"Apa maksudmu?" Ice yang sedari tadi diam akhirnya menatapku dengan pandangan aneh.

"Apa kau memiliki bukti bahwa itu benar-benar hanya fitnah?"

"Kau tidak mempercayaiku?"

Ice tersentak mendengar ucapanku. Ia tak menjawab apapun dan hanya diam.

Aku sudah tau bahwa para pangeran tak ada yang mempercayai Halilintar, namun merasakannya langsung ternyata menyedihkan sekali.

"Apa Count Argan memberikan bukti?"

"Ya, ia memberitahu wajah pelaku yang ia lihat." Kaisar memberikan selembar kertas berisi wajah pelaku.

Solar mengambilnya dan melotot.

"Pffttt---"

"?"

"?"

"Arven? Apa kau tau sesuatu?" tanya Gempa yang bingung dengan tingkah adik bungsunya itu.

"Tid-tidak.. pfftt.. aku hanya terkejut saja.."

Solar langsung menatapku dan kemudian mencoba menahan diri untuk tidak tertawa.

Aku tau mengapa dia tertawa. Dia merasa lega kan karena dia tidak ketauan?

"Apapun itu alasannya Putra Mahkota, aku tidak bisa memberikan wewenang itu padamu. Ayah akan membiarkan kau menangani kasus Baron Gill, namun untuk kasus Count Argan ayah akan menyelesaikannya bersama ibumu nanti."

"Yang Mulia Kaisar! Anda tidak bisa begitu!" Aku menolak tegas.

Ayolah! Aku sudah menantikan ini! Jangan membuatku kesal Kaisar!

"Aku sudah memutuskan hal itu. Kau bisa tangani kasus Baron Gill, hasilnya laporkan padaku sesegera mungkin dan hukum dengan peraturan yang berlaku. Kau bisa melakukan itu kan Putra Mahkota?"

Kaisar Azarn menatapku serius. Aku mengepalkan tanganku. Merasa kecewa.

"Baik Yang Mulia," jawabku, terpaksa.

"Baiklah, kau bisa pergi dan membawa Dragbel kecil ini untuk diobati. Sementara itu, yang lainnya tetap disini, ada yang aku dan Ratu Althea ingin katakan pada kalian."

"Baik, kalau begitu saya per--"

"Tunggu! Boleh saya ikut dengan Putra Mahkota?"

"Huh?" Aku dan kelima pangeran lainnya sontak menatap kaget Solar.

"Saya akan menemui anda berdua secara pribadi setelah pengobatan Al selesai."

Kaisar dan Ratu saling berpandangan, saling melempar senyum tipis.

"Baiklah, nak. Lakukan apa yang kau mau."

Sebenarnya kenapa dengan anak ini?

~•~•~•~•~•~•~


"Kupikir aku akan ketauan."

Solar memulai pembicaraan. Ia menatap Al yang masih tak sadarkan diri dipelukanku. Kami baru saja kembali dari ruang pengobatan untuk memeriksa keadaan Al.

"Aku tidak menyangka kau bisa memojokkan paman sampai seperti itu."

"Kau tau, paman benar-benar menyebalkan saat itu! Aku marah sekali!" kesal Solar. Manik silver dibalik kacamata kuning itu terlihat kesal.

"Sejujurnya aku yakin kau pasti sudah menyiapkan rencana lainnya, tapi untuk hal terakhir," Solar menatap Al, "aku tidak berpikir Al harus terluka secepat itu," lanjutnya.

"Tentu saja, aku ini Putra Mahkota," balasku sombong.

"Dan juga Al akan baik-baik saja karena aku bisa menyembuhkannya dengan baik."

"Ck, dasar sombong," decih Solar.

"Yang Mulia Putra Mahkota."

Luke Nevara dan Duke Douter yang nampaknya menungguku terkesiap dengan kemuculan Solar di Sebelahku.

"Salam Pangeran Arven," salam keduanya pada Solar.

"Senang bertemu denganmu Duke Douter dan Count Nevara."

"Apa Al baik-baik saja? Kami sangat khawatir dengan apa yang terjadi tadi."

"Dia hanya perlu istirahat, jangan khawatir."

"Syukurlah, saya khawatir jika terjadi sesuatu pada Dragbel kecil ini," ujar Duke Douter.

Solar yang nampak canggung pun hanya diam. Ia sangat jarang bertemu dengan fraksi bangsawan Halilintar, bahkan ini adalah pertemuan ketiganya dengan Duke Douter setelah beberapa tahun.

"Mari kita bahas rencana kita selanjutnya, dan apa yang harus kita lakukan untuk Baron Gill diruanganku."

Kami akhirnya berpindah tempat ke ruang kerjaku. Aku meminta pada Gopal agar tidak membiarkan siapapun masuk, bahkan jika itu Kaisar, Ratu dan juga pangeran lainnya, kecuali Solar yang bergabung dalam rapat ini.

"Bagaimana dengan Count Argan? Apa anda tidak bisa berhasil membujuk Yang Mulia Kaisar?"

Aku menggeleng. "Tidak, itu karena perjanjian Para Pahlawan."

"Maksud anda... Perjanjian Lima Perisai?" tanya Count Nevara.

"Iya."

Aku melirik Solar yang diam dengan Al dipangkuannya, sesekali ia mengelus lembut tubuh Al.

Aku tersenyum tipis.

"Berdebat panjang pun tidak akan mempan, karena Kaisar sudah pasti memilih cara aman akibat perjanjian itu."

Kami terdiam sejenak. Permasalahan mengenai artefak yang digunakan Baron Gill sama sekali tidak dijelaskan di novel, apakah ini adalah bagian yang tidak diceritakan novel? Atau ini salah akibat dari aku yang tiba-tiba muncul didalam novel ini?

"Apa ini salah satu butterfly effect yang terjadi karena kemunculanku?" ucapku pelan.

"Putra Mahkota, sekarang apa yang harus kami lakukan?"

Jika sesuai novel, setelah rapat berakhir, Halilintar masih menerima berbagai hinaan dari para bangsawan sebelum akhirnya sehari sebelum ulang tahun mereka bertujuh, ia dikirim ke Serlon lagi sebagai hukuman.

Aku tidak bisa memberikan hukuman seperti yang sebelumnya aku rencanakan, tapi setidaknya rencanaku untuk membuat Count Argan jatuh mendapat awalan yang bagus. Dengan ini, pandangan para bangsawan yang ada di fraksi netral maupun fraksi lainnya akan mulai berubah.

Dan ini akan menjadi kesempatanku untuk menyelamatkan Kaisar saat debutante Thorn nanti.

"Putra Mahkota?"

"Hei Arter.."

Aku harus cepat. Aku masih ragu dengan ucapan Al mengenai aku juga seorang 'Halilintar'. Namun, jika aku berhasil menghentikan semua masalah utama yang ada dan tidak meninggalkan sedikitpun masalah...

...apa aku akan kembali ke duniaku?

Kembali ke masa-masa dimana aku sendirian dan hanya bisa merenung mengharapkan kehadiran orang lain?

Rasanya menyakitkan, jantungku berdetak kencang, ini terasa sesak hingga aku tidak yakin apa aku benar-benar ingin kembali atau tidak.

"Hei Arter!"

Padahal baru berada di dunia ini, mengapa aku merasa nyaman padahal aku menghadapi berbagai masalah?

"Kak Halilintar!" Solar berteriak tepat didepan wajahku.

Wajahnya nampak bingung.

"Solar??"

"Apa yang terjadi padamu? Kami memanggil namamu beberapa kali tapi kau hanya diam, apa kau juga terluka?" tanya Solar.

"Apa anda baik-baik saja Putra Mahkota? Anda sepertinya kelelahan."

"Duke Douter benar, apa kau sakit Arter? Kami akan kembali jika kau ingin beristirahat," ujar Count Nevara.

"Ah, tidak. Aku hanya memikirkan hal lain tadi. Jadi apa yang kau tanyakan?"

Duke Douter dan Count Nevara saling berpandangan.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa tidak masalah jika.. uhmm.." Count Nevara menatap Solar ragu.

"Tidak masalah, Solar juga harus tau tentang ini."

"Ya? Apa maksudmu kak?"

Solar menatapku bingung.

"Sol--ah, maksudku Pangeran Arven, aku berencana menggunakan Al untuk mengintai Count Argan pada saat masa hukumannya, namun seperti yang kau tau Kaisar bod-- ehem maksudku Kaisar Azarn tidak memberikan izin padaku untuk memegang kasus Count Argan."

Putra Mahkota tidak mengatakan bahwa Kaisar kita bodoh kan?(⁠ ̄⁠ヘ⁠ ̄⁠;⁠)

Ketiga pria itu langsung menatap canggung masing-masing, menyadari bahwa sepertinya mereka hampir mendengar Putra Mahkota nyaris mengatai Kaisar Azarn bodoh.

"Ditambah keadaan tidak terduga yang terjadi membuat rencanaku sedikit berantakan, tapi tidak masalah. Aku masih memiliki banyak rencana lainnya."

"Lalu? Apa yang ingin kau katakan sebenarnya?"

"Kau ingat apa yang kukatakan sebelumnya mengenai Nona Douter dan Yvone?"

"Aku ingat," ujar Solar sedikit malas.

"Nah, Duke Douter, aku yakin putrimu sudah membicarakan ini denganmu sebelumnya. Bagaimana menurutmu? Kau pasti sudah tau bahwa adik bungsuku ini adalah pemilik elemen Cahaya terbaik di Kekaisaran, aku sangat yakin Pangeran Arven bisa belajar dengan baik bersama Nona Douter," ujarku, membanggakan Solar.

Duke Douter memberikan senyum tipis padaku.

"Yang Mulia, saya merasa bingung sejujurnya. Entah bagaimana anda bisa menemukan salah satu rahasia kami."

Aku bisa melihatnya dengan jelas.

Meskipun berada di pihak Halilintar, Duke Douter bukankah orang yang lemah.

Wajahnya memang tersenyum ramah, tapi tatapan mata yang dalan itu memandangku tajam dengan penuh kecurigaan.

Benar, salah satu alasan kenapa Halilintar di novel terpaksa menyetujui lamaran antara dirinya dengan Yaya. Selain karena Yaya memiliki kekuata sihir Elemen yang bukan hanya berasal dari ibunya.

"Jelas sekali bahkan Kaisar Azarn pun tidak mengetahui perihal ini, jadi bagaimana anda bisa mengetahuinya?"

Aku harus benar-benar membuatnya berada di pihakku.

Aku harus meyakinkan Carleon Douter, Swordmaster terhebat sekaligus Penyihir Agung elemen Cahaya yang bersembunyi selama ini.

.
.
.
.
.
To Be continued

Hai? Sudah lama ya hehehe(⁠•⁠ ⁠▽⁠ ⁠•⁠;⁠)

Karena beberapa hal di rl, saya tidak bisa fokus untuk menulis kelanjutannya, maaf ya :(

Untuk itu, saya memposting 2 chapter.

Saya harap kalian menyukainya.

Terima kasih dan maaf jika ada typo dan sebagainya ~

See you next chapter ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro