Day 6 - Twinkle-Twinkle Little Diamond

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Page 7
Audrey's Journal - Diamond in the Weird Cave

Audrey Minerva.

Itu adalah nama pemberian ayahku saat aku lahir. Audrey artinya mulia. Bukan berarti kedua orang tuaku berharap aku akan menjadi orang yang dimuliakan banyak orang. Namun, mulia berarti menjadi orang yang ceria, berbuat baik kepada siapa saja tanpa pilih-pilih, sehingga kita bisa menjadi terang di antara gelap.

Namun, sejak umurku 8 tahun, aku menjadi ragu. Sejak kematian ibu, semua hidup kami berubah. Aku tidak yakin bisa menjadi harapan orang tuaku, karena aku lebih sering menjadi gelandangan daripada orang yang mulia. Sejak itu, aku juga berpikir bahwa doa orang tua lewat nama, belum tentu bisa dikabulkan Tuhan.

Pernah mendengar bahwa seseorang keberatan menyandang namanya? Misal, namanya menggunakan nama raja-raja zaman dahulu, atau orang-orang tersohor pada zamannya. Namun, kelakuan si orang tersebut berbanding terbalik dengan sifat pemilik nama asli.

Nah? Jadi berat, kan?

Yah ... Begitulah hidup. Jika hidup lempeng-lempeng saja sesuai dengan ekspektasi kita, tidak seru, kan?

Demi mengatasi hidup yang tidak sesuai ekpektasi, aku bekerja siang dan malam. Bahkan aku sudah tidak pernah merasakan bosan ketika makan dengan menu yang sama. Aku tidak membutuhkan makanan untuk dirasakan dan dicecap rasa enaknya. Aku butuh makanan untuk mengisi perut. Itu saja.

Tapi ...

Tapi ...

Kali ini, aku benar-benar ingin sekali makan daging. Daging kelinci. Aku bersumpah serapah karena hewan-hewan kecil itu terus mengejarku. Astaga, cobaan apa lagi ini?

Masalahnya, ini bukan kelinci biasa.

Awas saja kalau kalian macam-macam. Akan kujadikan sate! Tapi, rasanya, perasaanki dan tubuhku tidak sinkron. Aku ingin melawan mereka, tapi yang kubisa hanya berlari sekuat tenaga. Entah sudah berapa lama aku berlari, menerjang ranting-ranting, rumput liar yang tinggi-tinggi, juga dedaunan dari tanaman yang menjulur. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali aku jatuh. Yang jelas, sejak meninggalkan rawa sialan itu dan mengetahui kalau aku dikejar kelinci siluman, aku tidak menoleh lagi.

Aku tahu, aku bukan pemeran utama yang diharapkan. Lemah, suka kabur dari masalah, dan tidak sekuat yang diharapkan.

Aku hanyalah aku. Perempuan 25 tahun yang di sepanjang hidupnya hanya tahu melayani pelanggan toko roti, tiba-tiba berada di daerah antah berantah dengan makhluk-makhluk ajaibnya.

Kalau dihadapkan dengan hal seperti hantu, binatang karnivora, atau hal tidak wajat lainnya. Pilihannya ya hanya kabur, lah.

Hehe..

Aku tahu, aku hanya pemeran utama yang lemah, tidak heroik sama sekali.

Baiklah, kembali ke cerita saat aku dikejar kelinci rawa. Karena memilih kabur dan tidak menoleh lagi, aku juga tidak tahu kapan mereka berhenti mengejar. Saat itu, karena kurasa aku sudah berlari cukup jauh, aku mencoba menoleh ke belakang. Lah? Kelinci-kelinci bakal sate itu sudah tidak ada!

Selama ini, aku terus berlari ke arah utara Green Mist Forest. Jadi, tibalah aku di tempat aneh yang saat itu aku belum tahu namanya. Namun, belakangan kutahu bahwa itu adalah Craby Dooland. Tempat ini tidak kalah misteriusnya. Yang bikin merinding, tempat ini lebih menyeramkan daripada Misty Forest.

Setelah berlari entah berapa lama tadi, anehnya, aku sudah tidak merasa lelah dan ngos-ngosan. Mungkin karena pikiranku teralihkan oleh anehnya tempat ini. Aku mencoba menjelajah.

1 kata untuk tempat ini.

Aneh!

Aku melihat bambu berwarna biru dan pohon pisang hitam yang berbentuk seperti mangga, tapi daunnya menyerupai kelapa. Ada buah yang tumbuh di bawahnya, bukan di atasnya. Wah? Aneh sekali pohon ini.

Aku menjelajah lebih jauh lagi ke dalam. Di sekitarku, pohon lebat dan di sepanjang itu, ada sungai kecil yang membelah jalan.

Wow, antara takjub dan takut. Aku tidak tahu makhluk apa lagi yang menantiku. Semoga saja aku masih tetap waras menghadapinya. Baru saja berpikir begitu, seekor makhluk mirip kepiting tapi terbang melewatiku. Aku hampir terjatuh ke belakang.

Iya, mata ini tidak salah. Kepiting terbang!

Begitu mengamati sekitar, ternyaya ada beberapa kepiting lain yang merayap seperti cicak.

Makhluk apa lagi ini?

Bulu kudukku berdiri. Aku berlari beberapa meter ke depan dan bersembunyi di balik pohon. Beberapa waktu aku memastikan kepiting aneh tadi tidak mengejarku. Aku bernapas lega ketika melihat mereka aman-aman saja. Tidak ada niatan untuk memakanku. Baguslah!

Kalau terjadi sebaliknya, demi Tuhan aku akan menambah daftar makanan keinginanku yaitu kepiting rebus, setelah sate kelinci tentunya. Karena aku tidak nyaman dengan tempat ini, rasanya aku ingin segera pergi. Aku berjalan terus hingga keluar dari hutan aneh itu.

Di tengah aku berjalan, aku melihat dari kejauhan ada bebatuan besar berbentuk piramid. Besar sekali! Di tengahnya ada lubang seperti gua. Pikirku, ada tempat untuk beristirahat, nih. Namun, aku mencium bau yang sangat busuk. Sepertinya berasal dari gua itu. Aku tidak mempedulikannya. Rasa penasaranku terhadap gua itu begitu besar. Semoga saja tidak ada beruang berbadan singa atau macan bersayap.

Aku mempercepat langkah dan tanpa pikir panjang masuk ke dalam gua. Tanpa disangka, aku melihat pemandangan yang luar biasa. Ada banyak sekali berlian dan permata berwarna merah di dinding gua. Berlian-berlian itu bercahaya bak menyala seperti api. Berlian yang banyak itu tersebar.

Alamak!

Aku baru kali ini melihat surga berlian. Gua ini bahkan seperti ada lampunya. Berlian itu bercahaya terang dan mempesona. Ketika berjalan semakin masuk ke dalam. Aku mendengar suara. Seketika aku bersembunyi di salah satu dinding timbul di dalam gua itu. Sumber suara itu kemudian menampakkan diri.

Meskipun dari pengalaman aku sudah menduga akan menemui makhluk aneh lagi, tapi aku tetap terkejut dengan hewan yang saat itu kulihat.

Tak jauh di depanku, ada hewan-hewan aneh yang menyerupai kambing dan rusa, tetapi tanduk mereka sangat besar dan meruncing seperti tanduk rusa. Dan yang paling aneh adalah mereka merayap di dinding.

Asataga, hewan apa lagi ini? Apakah mereka berbahaya? Jumlah mereka juga banyak sekali.

Awalnya, aku merasa mereka aneh, tapi lama-lama aku merasa takjub melihatnya.

Wah, sungguh aneh sekaligus ajaib tempat-tempat yang kukunjungi belakangan di WGALand. Memang kejutan sudah kualami sejak aku menerima undangan dari Kapten Quest. Namun, aku tidak menyangka aku mengalami petualangan seajaib ini. Yah ... sudahlah, mungkin ini adalah kesempatan emasku untuk keluar dari zona nyaman. Meskipun, sebenarnya sayembara ini adalah pertaruhan hidup dan mati.

Kenapa kubilang begitu?

Karena misi pencarian jimat suci ini tergolong berbahaya. Masih ingat dalam benakku kalau di petualangan ini aku harus menemui hantu wanita yang suka menghipnotis, arwah penunggu pohon, hampir tenggelam di rawa, dimakan kelinci.

Alamak!

Tidak ada upaya penyelamatan sama sekali dari kru kapal. Padahal, yang membawa kami semua ke tempat ini adalah mereka.

Jadi, sudah jelas, bukan, kalau ini adalah petualangan pertaruhan hidup dan mati?

Nah, kembali cerita ke gua tadi. Aku sedikit berhati-hati dalam melanglah, kali saja mereka mengejar dan berusaha melahapku, kan? Tapi, aku juga tidak bisa berdiam di sini terus. Jadi, setelah beberapa lama merenung, aku memutuskan lanjut berjalan. Aku melangkah beberapa langkah dan tidak ada perlawanan. Mereka memang tampak melihat kedatanganku, tapi mereka tidak berbahaya. Gerakan mereka saja sangat anggun dan elegan. Kuanggap, mereka menyambutku.

Pandanganku kembali ke arah berlian dan permata. Setelah kulihat-lihat, berlian dan permata itu tidak menempel erat.

Wah?

Apakah mereka bisa diambil?

Aku berpikir sejenak saat itu. Aku sedang berada di daerah yang asing, melewati bahaya, dan menemukan berlian. Jika dipikir-pikir, aneh sekali ada berlian di tempat seperti ini.

Ah, tapi hewan-hewan aneh itu juga nyata.

Lalu, kenapa aku harus diperlihatkan benda mengkilau ini? Aku memang bukan pencuri, tapi, aku berpikir bahwa semua kejadian yang kualami bukanlah kebetulan. Lalu, aku mengingat hantu perempuan dengan suara menhipnotis itu. Kalau-kalau aku ketemu dengan makhluk sejenis seperti itu, bisakah kami melakikan tawar-menawar jika membawa benda ini? Tidak menutup kemungkinan kalau mereka bisa berguna, kan? Jika dipikir-pikir, aku kan tidak punya perbekalan.

Lalu, aku berpikir ide konyol. Jika aku selamat dan memang permata-permata ini bisa kujual di pasar tersembunyi, mungkin, aku bisa membayar orang untuk menyuruhnya ke sini, menangkap kelinci-kelinci rawa sialan itu dan membuat sate dari dagingnya.

Ah, baiklah!

Cap cip cup...

Aku memutuskan untuk mendekati dinding dan mencoba mengambil beberapa yang berukuran kecil agar tidak berat.

Tidak apa-apa, kan?

Iya, kan??

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro