[14] : Jejen Gak Suka Cekcok Sebenernya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• The 'J' Siblings ●

•~~•

Apapun demi Jibran aing maju paling depan

—Jejen Samsonnya Bapak Jaka—

•~~•

—Hari ini Jejen dibuat mengernyitkan dahinya berlipat-lipat seraya memandangi sosis bekal yang dibuat dengan sedemikian rupa seperti gurita dan nasi yang di cetak berbentuk paus dengan taburan nori yang begitu menggemaskan.

"Lucu amat bekel lu jen"

"WAHHHHH!!!!!"

"FAK KATA GUE TEH JEN! ELU KENAPA?!" Gebrakan meja Jejen mengejutkan Nana yang tadi sedang memandang kagum pada bekal makan temannya itu.

"ABANG GUE LAGI GALAU BRUTAL!"

"Hah?"

"PANTESAN TADI PAGI MELON DI RUMAH POTONGANNYA DIBENTUK JADI BURUNG MERAK!—FIKS ABANG GUE LAGI PATAH HATI!!!"

"Abang lo yang mana?"

"BANG JAI LAH, BANG NATHAN KALAU GALAU MALAH JAJANIN SATU KELUARGA KE RESTO MAHAL"

Nana jadi merasa dongo "Keluarga lo emang isiannya uhm—luar biasa semua ya"

"Nggak juga, tapi kenapa?"

"Apanya?"

"Kira-kira nih Na, kalau lo jadi kambing yang belum dikebiri—"

"—ogah!!"

"Nah kan begonya di tanem, denger!"

"Heem kenapa?"

"Kalau Bang Jai patah hati, kira-kira gimana perasaan leluhur lo?"

"Peduli setan!" Nana pengen ngakak guling-guling rasanya "Apa hubungannya leluhur gue sama perasaan abang lo?!"

"Iya juga, kira-kira kenapa ya abang gue?"

"Satu abang lo bukan tipe yang susah cari kerja jadi gak mungkin kalau patah hati gara-gara di tolak kerjaan"

"Betyul"

"Dua, abang lo pasti gak punya konflik sama temen temennya, soalnya mas bro ini baik hati dan suka menolong walau kadang yang di tolong gak mau ditolongin"

"Right"

"Tiga, keluarga lo cemara"

"Kembang semar"

"Jadi alasan terakhir ini pasti masuk akal"

"Apa?"

"Cewe"

Jejen menjentikan jarinya menyadari sesuatu "Bener"

"BENER?!"

"Kok lo yang kaget?"

"SOALNYA KAN ABANG LO HOM—"

"—MONCONG LO MINTA GUE GEBER-GEBER YAK?!"

"Eh itu pacar lo tuh!" Nana menunjuk ke arah belakang punggung Jejen sekaligus mencoba menyelamatkan dirinya sendiri dari bogeman tak terduga Jejen.

Walaupun ia bisa menahannya, tapi kadang bogeman Jejen tidak berperasaan.

"Biarin aja"

"BJIR?!!!!!"

"ikut gua aja skuy" tanpa berfikir panjang Jejen menarik kerah belakang Nana untuk ia seret pergi begitu saja.

"EH! EH CILOK GUA SIALAN ITU KETINGGALAN!!!!"

Jejen nampak tak peduli dan sekuat tenaga membawa Nana pergi keluar dari kelasnya melewati tubuh kekasihnya itu begitu saja yang terlihat sembab sisa menangis semalaman.

Iya, kemarin malam mereka bertengkar hebat, sudah cukup Jejen bersabar, gadisnya itu harus tau jika ia pun bisa marah.

"Lagi berantem lo?"

"Kaga"

"Tolillll keliatan banget lagi ada masalah lo berdua"

"Urusan gue lah"

"Iya sih"

"JEAN!!!!"

Seorang anak laki-laki berlari menghampiri Jejen yang dengan wajah komuknya dan dahi berkerut menatap ke arah anak itu seolah berkata 'NAON?!!'

"Ade lo!"

"Siapa?"

"Jibran ege!" Kepala Jejen ditoyor Nana.

"Iya kenapa ade gue?"

"Ada yang mukulin!"

Ekspresi Jejen berubah dengan cepat, rahangnya seketika menegas dengan sedikit gertakan di giginya serta raut wajah yang nampak seribu kali lebih seram dari biasanya.

"SIAPA YANG BERANI MUKULIN ADE GUA?!"

"I-itu—mending lo datengin aja di depan kelasnya ribut banget"

Tanpa berfikir panjang lagi, Jejen melenggang cepat, disusul oleh Nana dibelakangnya.

Duh, mati dah tu bocah, Nana membatin, mengingat betapa kewalahannya Nana menahan Jejen ketika terakhir kali ia berkelahi saat SMP.

"JEN! JANGAN HILANG AKAL YA!!!"

•~~•

"BERLAGAK BANGET LO! NAMA LO BESAR DISINI CUMAN GARA-GARA NAMA ABANG LO DOANG!!!!!" Seorang anak laki-laki bertubuh besar dengan tinggi yang semampai tengah menarik rambut Jibran, memaksa anak itu untuk menatap ke arahnya.

Satu tarikan yang lebih kencang kini mendarat dirambut anak laki-laki itu, menampak seseorang dengan tatapan berkilat penuh dengan amarah.

"Lo yang berlagak, berani banget nyentuh ade gue"

Bukannya takut, anak laki-laki itu justru tertawa dengan menggelegar.

"Lo semua liat kan? Gimana pengecutnya curut ini"

Satu layangan tinju melesat begitu saja yang kemudian membuat Jejen terbelalak dengan sangat lebar.

Layangan tinju yang seharusnya ditujukan pada bocah besar itu malah mendarat pada rahang Jibran.

"Bang, ini bukan urusan abang"

Jibran melenggang pergi begitu saja melewati kerumunan siswa yang menonton perkelahian anara mereka.

Jejen sempat terdiam beberapa saat mencoba untuk mencerna apa yang sedang terjadi namun tak lama kemudian dengan segera ia menyusul adiknya itu dan menyeretnya untuk pergi ke tempat yang lebih sepi.

"LO KENAPA SIH?! GUE LAGI BANTUIN LO!!"

"GAK ADA YANG LO BANTUIN BANGG!!!"

Jejen terhenyak.

"LO JATUHIN HARGA DIRI GUE!!!" Suara Jibran meninggi yang dijawab tak kalah tinggi oleh Jejen

"GUE BANTUIN LO JIBRAN!!!"

"INI SEMUA GAK AKAN SELESAI KALAU TERUS-TERUSAN LO BANTUIN GUE—ARGHHHHH!!!!!! BIAR GUE BERESIN INI SENDIRIAN!!!"

"JIBRAN!!!"

Jibran nampak frustasi, sesekali anak itu mengusak kasar rambutnya.

"Gini deh bang—Gue lagi dalam keadaan rumah terbakar, iya makasih lo bantuin buat madamin, tapi setelah itu? Puing-puing yang hangus, atap yang roboh—"

"..."

"Semua gak akan selesai Bang—Biar gue yang urus sendiri!"

"Tapi lo gak akan bisa—"

"IYA! GUE EMANG GAK BISA!! GUE EMANG GAK BISA APA-APA!!"

"LO KENAPA SIH JI?!!!"

"GUE TAU GUE GAK BISA APA-APA—JADI BERHENTI BUAT NGURUSIN URUSAN GUE!!!"

"..."

"IT'S NOT YOUR BUSSINES!!"

•~~•

Jejen terdiam di dalam kamarnya, enggan untuk pergi keluar sampai-sampai Nathan perlu datang untuk membujuk anak itu.

"Kenapa gerangan hamba sahaya ini?"

"Abang kalau gak mau kasih solusi keluar aja deh"

"Oh my god, gue tersakiti nih"

Jejen berdecak sebelum menelungkupkan wajahnya dalam-dalam ke bantal.

"Gue gak bisa ngasih solusi kalau kalian berdua gak ada yang mau buka suara—kasian loh ibu sampai searching tadi di handphonenya percaya gak?"

"Searching apaan?"

"Bagaimana cara membujuk anak merajuk untuk bercerita"

"Terus?"

"Yang munculnya referensi membujuk untuk anak umur 5 tahun"

"Kan gue bukan anak umur 5 tahun"

"Makanya karena lo bukan umur 5 tahun, harusnya kalau ada masalah dibicarakan baik-baik, kalau belum ketemu gimana cara bisa cerita ke gue misalnya, biar ada titik tengahnya, gue siap jadi hakim yang adil awokwokwokwok"

Jejen menghembuskan nafasnya perlahan sebelum membalikan tubuhnya untuk menatap Nathan.

"Tadi Jibran di pukul orang"

"KOK BISA???!!!!"

"YAKAN ABANG JUGA PASTI MARAH KALAU JIBRAN ADA YANG PUKUL!!!" Jejen merasa terbela.

"TERUS-TERUS?!!!"

"JEJEN MAU BOGEM BALIK KAN BOCAHNYA JEJEN JAMBAK UDAH NGAMUK NIH DI UBUN-UBUN PENGEN DITARIK AJA ITU ISI GINJAL SAMPAI ION ION TUBUHNYA!!!"

"BETUL ITUUU!!!!"

"Tapi yang kepukul malah si Jibran"

"Ohhh itu alasannya muka Jibran bonyok—sini gue gebuk muka lo Jen"

"ABANG!!"

"LANJUT SAYANG"

"EWH"

"BURUAN!!!"

"YA GUE BINGUNG KAN GUE BILANG KENAPA MALAH NGELINDUNGIN TU BOCAH BIAR GAK KEPUKUL SAMA GUE!!!"

"HUUH TERUS GIMANA?"

"ANAKNYA MALAH MARAH SAMA GUE, KATANYA GUE MENGHANCURKAN HARGA DIRI DIA"

Nathan terdiam sesaat sebelum kemudian menganggukan kepalanya mengerti.

"Ok, gue tau benang merahnya dimana"

"Gue belum selesai loh ceritanya"

"Masih mau lanjut cerita?"

"Udah aja lah males gue"

"Yaudah nanti malem lo berdua ke kamar gue, kita berunding"

"Ngapain si?!"

"Mau gini terus?"

"Iya!iya!!"

"Yaudah nanti gue panggil lo berdua ya—sekarang makan dulu"

"Iyaaaaa!!"

Nathan kemudian berjalan pergi keluar kamar Jejen, meninggalkan Jejen yang masih dibuat kesal dengan scene pertengkarannya dengan Jibran tadi.

Semua aja marah sama gue!

Anak itu merogoh ponselnya untuk melihat apakah ada pesan masuk yang belum sempat ia baca.

Benar saja, kekasihnya itu masih melakukan boom chat berisikan permintaan maaf yang belum berhenti sedari kemarin.

Sebetulnya Jejen sudah tidak marah.

Apakah ia harus menghubungi gadis itu duluan dan memaafkannya lalu menjalankan kembali hubungannya seolah tak terjadi apapun?

Mungkin akan Jejen pertimbangkan setelah pertengkarannya dengan Jibran selesai.

Sebenarnya apa yang dirasakan anak itu?

Apa yang membuatnnya berfikir seperti itu?

Ada begith banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan.

Saat ini baiknya Jejen makan melon meraknya Bang Jai.

•~~•

• The 'J' Siblings ●

●~~●

ToBeContinue

•~~•

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro