[17] : Izin sekolah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• The 'J' Siblings •

•~~•

Kalau ada Bison berbentuk Bang Nathan lari ya gaes

—Jie—

•~~•

—Jibran masih menggulung tubuhnya di dalam selimut entah kenapa hari ini lebih dingin dari biasanya, dan yang ia ingin lakukan hari ini hanyalah meringkuk mendekap selimut anna-nya.

Semalam ia bahkan tidur lebih awal, rasanya kantuk terus menerus menimpa anak itu, sesekali ia terbangun di tengah malam hanya untuk pergi mencari air di dapur, tenggorokannya terasa sesak dan sedikit sakit apabila ia menelan sesuatu.

Jibran merasa lemas.

"WOY JIE! KIRAIN UDAH BANGUN!" Jejen menggedor pintu kamar Jibran dengan kuat dengan tempo yang cepat, membuat Jibran mendecih kecil sebelum menarik selimut agar menutupi wajahnya  "CEPETAN ATAU GUE TINGGAL?!"

"Bang Jenn...lemess" Jibran berucap yang membuat Jejen seketika diam.

"BANG JAI!!! BANG NATHAN!!!!!!"

Jibran mengernyitkan dahinya, kenapa lah Jejen itu malah manggil 2 abangnya yang lain.

"Napa Jen?"

"Jibran bang!"

"Kenapa Jibran?"

"KESURUPAN KEKNYA FIKS"

"ASTAGHFIRULLAH!!!! SAHA MANEH?!!! BUKA PINTUNYAA!!!!" Suara lantang Nathan berhasil membuat Jibran melongo—dongkol sekali pikiran abang-abangnya ini.

"Awas awas"

Jibran dapat sedikit merasa lega kala justru suara Jai lah yang kini terdengar, setidaknya memang dalam satu rumah yang isinya orang-orang sinting bersaudara harus ada yang normal minimal satu.

"Allahula ilaha illahuwal hayyul qoyyum—"

Njir! Umpat Jibran

"AKU GAK KESURUPAN!!!"

memang tidak ada yang bisa diharapkan dari semua abangnya itu.

Selama beberapa saat mereka terdiam sebelum suara ibu lah yang terdenger lembut seraya mengetuk pintu kamar Jibran.

"Adek"

Seketika Jibran bangkit dari kasurnya kemudia berjalan untuk membuka kunci pintu kamarnya.

Pemandangan mengerikan rasanya menusuk sanubari Jibran, masalahnya kini di hadapannya berdiri ketiga abangnya dengan Jai yang sedang memegang Qur'an dan Jejen yang udah siap sedia memakai kopiah bapa dan tak lupa Nathan yang siap menyemburkan air dari mulutnya.

"Loh gak jadi kesurupannya?"

"Aku emang gak kesurupan!"

"Lagian gak ngejawab"

"Suara aku kelelep sama teriakan abang!!!"

"YA MAAP!" Jejen merasa tersalahkan sedang membela diri

"Ade kenapa? Kok belum siap-siap?"

"Aku gak enak badan bu"

"KOK GAK BILANG?! SEJAK KAPAN?!"

"PASTI DARI SEMALEM KAN KENAPA GAK BANGUNIN ABANG???!!!"

"JEJEN BUATIN SURAT IZIN YA?! GAK USAH SEKOLAH LU AWAS KALAU SEKOLAH"

Jibran sungguh malas untuk menanggapi teriakan tiga bekantan jantan di rumahnya ini, anak itu memeluk tubuh ibu dengan manja sambil melirik-lirik kecil dengan wajah yang dibuat melas.

"Jibran pengen Bubur Haji Amid"

"ABANG BELIIN!!!"

HWEHEHEHEHE—Hellow Kacung - Kacungku!

•~~•

"UTUTUTUTUTU ADE ABANG TERCINTAAA LAGI ATITTT.....HEEM?"

Amit amit ya gusti!!—Jibran membatin dengan ngeri

Nathan menjulurkan tangannya untuk mengusap kepala Jibran dengan kasih sayang.

"GAK NYIUM!!!!!"

"Nggak kok" Nathan tersenyum lembut yang membuat Jibran justru tambah mual.

"Abang gak ada kerjaan lain?"

"Nggak"

"Ada deadline kerjaan?"

"Nggak"

"Laptop abang kan ada yang mau dibenerin"

"Nggak ada, hari ini abang mau mengurus Jibran"

"JUSTRU ITU ABANGGG!!!—KERJA SONO!!! AKU GELI DEKET-DEKET ABANG!!!!"

"KOK GITU?! ABANG KAN SAYANG ADE!!"

"IYA TAPI GAK GITU JUGA! JIJIK!!!"

"Yaudah—Abang kerja"

"Yaudah"

"Abang kerja beneran loh Jie?"

Jibran nampak tak perduli, kedua bola matamya terus terpaku pada karakter 'Masha' yang sedang membuat selai sambil bernyanyi.

"ABANG KERJA JIE!!!"

Nathan masih tetap besusah payah untuk tetap berada di samping Jibran, laki-laki itu melompat ke depan sofa seraya memegang dadanya.

"ABANG KERJA!!"

"IYA!!! SANA KERJAAAA"

"Gak mauuuuuuu—Abang mau mengurusi Jibran"

Jibran Takut Sumpah!!!

"IBUUUU!!!! ABANGNYAAAA—"

Mulut Jibran di bekap "Kalau ngadu gue cipok!"

NYING!!!!

Jibran mengangguk paham.

"Gitu dong—Jibran mau abang pijitin?"

"NO!! BI*CH!!!"

Jibran mengacungkan jari tengahnya dan dengan sekuat tenaga berlari ke arah kamar Jai.

Tak lupa menguncinya.

Soalnya kalau gak dikunci nanti diseruduk anakan Bison!.

"BUSETTTTT ADE GUE BISA NGOMONG ENGGRESSS!!!"

•~~•

Nafas Jibran masih terengah-engah yang ditatap kaget oleh Jai

"Kenapa de? Lagi sakit juga lari-lari aja kamu"

"BANG NATHAN GILA!! SINTING!!!"

"Lah kan emang iya"

Jibran mendengus—Iya juga

"Aku mau disini dulu"

"Silahkan" Jai kembali melanjutkan aktivitasnya yang sedang mengerjakan sesuatu.

"Abang"

"Apa?"

"Kalau lagi sakit kenapa semua benda yang Jibran liat jadi raksasa semua ya?"

"Itu pusing—tidur aja, nanti makan siang abang bangunin"

"Abang gak ada kelas?"

"Ada—nanti sore"

Jibran mengangguk paham.

"Abang tau gak?"

"Tau apa?"

"Kalau diliat-liat kaya gini—ini bisa diibaratin sama Jibran melihat dunia"

"Pusing?"

"Bukan"

"Terus apa?"

"Merasa kecil—kecilll sampai gak ada seorang pun yang tau keberadaannya Jibran"

Jai menghentikan aktivitasnya dan beralih untuk menatap ke arah Jibran.

"Saking kecilnya—aku seakan gak punya kesempatan untuk apapun Bang"

"Jie, kecil bukan berati gak berdaya"

"Tapi aku emang gak berdaya, gak bisa apa-apa, cuman bisa berada di tempat yang paling bawah"

"Dengar abang, Semua orang itu bergerak dari bawah Jie, bukan masalah kamu berada dibawah sekarang, karena semua orang punya prosesnya masing-masing—"

"..."

"—De, orang yang kamu lihat tinggi sekali itu pernah menjadi kamu, yang jadi pilihannya sekarang adalah, kamu mau diam saja meratapi dia yang makin tinggi atau kamu coba untuk menjalaninya—"

"—satu lagi, gak perlu terburu-buru, orang yang kamu lihat tinggi itu, waktu seusia kamu, dia sama kaya kamu, yang perlu kamu lakukan hanya perlu menjalani kehidupan kamu saat ini jie, abang bukan mengajari untuk kamu bersantai dengan mengikuti alur hidup, tapi penting juga buat kamu untuk menyadari bahwa kamu gak perlu terburu-buru mencapai apa yang kamu dambakan, kamu ingin kan—pelan-pelan aja, tapi pastikan kalau kalau kamu mengalami perubahan yang lebih baik secara bertahap"

Jibran hanya diam, mencoba untuk meratapi apa yang Jai ucapkan padanya, melihat adiknya yang mengerutkan dahi, Jai hanya dapat tertawa.

"Kasian yang lagi sakit disuruh mikir"

"..."

"Dah sana tidur—nanti makan siang abang bangunin, nanti abang sekalian bikinin sop ayam jahe biar badan kamu enakan"

"Makasih Bang Jai"

"Tidur dulu, tubuh juga butuh istirahat, pikiran apalagi"

•~~•

ToBeContinue

•~~•

• The 'J' Siblings •

Author :

Hai haiiiii readerssss

Udah lama bangett yaa aku baru aktif lagi
Akhirnyaaaa satu beban bermaknaku selesai jugaa

Kedepannya semoga aku bisa lebih aktif lagi buag lanjut ceritanya

Masih ada yang nungguin gak sih? Wkwk

Love u all❤️

Semoga sehat selalu jangan lupa makan dan istirahat ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro