[5] : Jibran lagi!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• The 'J' Siblings •

Es Kiko adalah segelintir hal berharga yang wajib gue miliki

JibranBungsunyaBapaJaka

•~~•

—Jika ada hal paling menakjubkan di dunia ini, maka Jibran akan dengan segera menjawab ' Spaghetti bolognese buatan Bang Jai di pagi hari ' tapi yang menjadi lebih menakjubkannya lagi, kakak keduanya itu baru saja mengaku kalau ia memiliki seorang kekasih.

Oh ini sogokan

"Besok abang bawa kesini" ujar Jai seraya memotong satu buah semangka yang baru saja bapa petik dari kebun belakang rumah—tempat yang pusaka dimana biawak sialan itu berada.

Selain menyayangi hewan, ayahnya itu juga menyenangi kegiatan berkebun, kedua hal yang menurun langsung kepada Jai.

"Alhamdulillah—Jibran kira selama ini Bang Jai beneran homo, padahal temenku udah rekomendasiin ustadz Sholeh yang bisa ruqyah"

"Emang kamu rela Abang homo?"

"Ya—Nggak lah!"

"Makanya jangan suka mikir aneh-aneh"

"Lagian Bang Jai gak pernah keliatan ada tertarik sama perempuan, coba kaya Bang Nathan, bejadnya keliatan sekali kaya si John kalau udah ngeliat Jibran memasuki area merah!"

Jai hanya tersenyum kecil seraya menyodorkan semangka yang sudah ia potong pada Jibran yang mulutnya penuh dengan bumbu spaghetti.

"Cantik gak?"

"Cantik—kan perempuan"

"Bang Jejen kalau pake kerudungnya ibu juga cantik kok"

"Jejen cantiknya kecut"

"Bener!—kaya keteknya Bang Nathan!"

"APANIH NAMA COGAN DISEBUT-SEBUT?

Jibran berani sumpah, kalau ada penukaran barang berharga dengan Es Kiko, Jibran akan memilih Nathan untuk ia tukarkan.

"Geer!"

"Widih emih!—"

"—Spagheti!"

"BU JIBRAN MAKAN MIE—ASYU!"

"IBUUUUU BANG NATHANNYA!"

"NGADU!"

Jibran hanya mendelik tajam diikuti dengan lidah yang menjulur keluar meledek Nathan.

"Udah toh de, sana mandi—kenapa sih anak-anak ibu tuh paling susah disuruh mandi, kalau matahari mau terbenam baru aja rebutan kamar mandi" ibu yang sedari tadi sibuk menemani bapa berkebun, akhirnya memilih untuk ikut menikmati buah semangka di ruang makan bersama ketiga anaknya itu.

"Nathan gak pernah rebutan kok Bu"

"Emang kamu pernah mandi?"

"Ya ampun ibu! Tega banget sama anak sendiri!"

Diam-diam Jai dan Jibran menyetujui hal itu, kedua anak tersebut cekikikan kecil seraya menundukkan kepalanya dalam.

"Mana Jejen?"

"Lagi nyuci baju di atas"

"Ada yang sobek lagi gak? Kemarin aja ibu sampe heran kenapa kaos hitam punya Jejen sobeknya kaya pola dinosaurus gitu!, Aduh... besok-besok jangan suruh Jejen cuci baju!"

"Nggak kok Bu! Tuh udah Jejen jemur Alhamdulillah selamat semua baju Jejen" Jejen jadi manyun sendiri seraya melangkahkan kakinya untuk mendekati ibu dan ketiga saudaranya itu, matanya dengan secepat kilat mengarah pada spaghetti yang sedang Jibran makan.

"Pengen" tangannya dengan segera menarik sendok yang menganggur di atas piring Jibran, membuat sang empu yang tidak rela spaghetti nya di sentuh menepuk tangan Jejen sekuat yang ia bisa.

"GAK BOLEH!!"

"MINTA!!"

"INI PUNYA JIBRAN!!"

"PELIT BANGET!!"

"BANG JEN!"

"MINTA DIKIT DOANG ELAH!"

"Gak usah rebutan gitu, itu Bang Jai bikin banyak juga" tegur ibu dengan ekspresi wajah yang mulai lelah dengan kelakuan anak-anaknya itu.

"BANG JEJEN! IBUUUU!!!!!"

"Jean Nolendraa"

Jejen menyengir lebar dengan sebelah tangan mencubit pipi Jibran.

"Ambil lagi yang baru nak, jangan rebutan"

"Iya Jejen ambil yang baru" Jejen menyerah, anak itu berlalu begitu saja mendekati kompor, disusul dengan Bapa yang baru saja kembali dari kebun belakang rumah.

"Kumpul kok gak bilang bapa"

"Jai bikin spaghetti pa" Jai menyodorkan sepiring spaghetti ke arah ayahnya itu.

"Mie?"

"Kan! Kata bapa juga mie ini tuh"

"Terserah Bang Nathan aja deh yang MUDA ngalah—IBU!" Pekikan Jibran memenuhi ruangan tak kala Nathan mengangkat tangannya tinggi.

"Apa lagi?"

"Bang Nathannya"

"Nathan..."

"Astagfirullah ibu, Nathan gak ngapa-ngapain"

"Jangan bercanda ah berisik, liat rumah tetangga gak ada yang ribut-ribut gini"

"Rumah tetangga kan banyak masalah Bu, jadi perang dingin"

"Hush! kebiasaan kamu!"

"Siapa sih yang besok mau dibawa kesini?" Tanya Bapa yang sekarang duduk di samping ibu yang langsung menuangkan air pada gelas untuk suaminya.

"Pacar Jai"

"DEMI APA?!"

Kalau ada berita paling mencengangkan selain kelahiran anak anjing keluarga kerajaan Inggris, berita itu udah pasti tentang Jai dan kisah percintaannya.

"Tuh mata Bang Jejen kayanya mau copot saking kagetnya"

"BENERAN CEWEK KAN?!" Nathan yang tadi lagi gangguin Jibran juga jadi ikutan kaget—yang langsung di pukul ibu dengan penuh tenaga.

"IBU!"

"Kalau ngomong tuh ya!"

"Hehe"

"Siapa namanya bang?"

"Nadine pa"

"Mana coba, ada fotonya?"

"Ada, bentar—" dengan segera Jai pergi ke ruang tengah untuk mengambil ponselnya, mencari salah satu foto yang Jai sukai "—Ini Pa"

Bapa nampak terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya menyodorkan ponsel Jai kepada Ibu "Cantik ya Bu?"

"Cantik pa" balas ibu tersenyum.

"Kok bapa gak kaget?" Tanya Jai ketika menatap wajah ayahnya yang nampak tak ada perubahan sama sekali.

"Bapa bakalan kaget kalau ternyata Nathan yang punya pacar kaya gini—kalau kamu bapa gak aneh"

Ucapan bapa tadi membuat Nathan menganga tidak percaya, sedangkan Jejen dan Jibran tertawa lepas sampai perut mereka sakit.

"Nathan mulu!—kayanya di rumah ini yang bawa-bawa vibes anak jahanam tuh Nathan ya?!"

"Ampun dah gak sadar Abang gue"

Jejen hampir aja di tepak sama tangan Nathan yang tampolable.

"Ibu!!!!!"

"Terakhir kemarin sama siapa tuh Pa? Haduh cape banget Nathan ganti-ganti pacar mulu, mana ibu belum sempet kenalan"

"Emang kalau ibu kenal mau apa?"

"Mau ibu tes, bisa gak dia bikin opor ayam?"

"Serem banget!"

"Ya sudah, Bapa tunggu—orang mana Bang?"

"Bogor pa"

"Jauh amat"

"Jemput kesana, jangan suruh berangkat sendiri kesini—izin sama orang tuanya"

"Iya pa"

Nathan kembali mengusili Jibran dengan menarik-narik boxer anak itu, yang berujung pada Jejen yang ikut serta dan Jai yang sudah di buat murka setengah mati.

Di sisi lain Bapa dan Ibu nampak mesra menikmati spaghetti buatan Jai.

"Hari ini ada jadwal belanja bulanan ya Bu?"

"Eh iya, Sorean aja ya pa, Ibu harus nyetrika seragam bapa dulu nanti siang"

"Jai aja yang belanja, nanti ibu tulis keperluannya apa aja, sekalian Jai mau beli barang juga"

"IKUT!" Jejen yang tadi sedang sibuk dengan aksi tindih menindih Jibran bersorak kencang.

"JIBRAN JUGA IKUT"

"GUE JUGA!"

"LO NGAPAIN IKUT!" Jai memelotot galak pada Nathan.

"EMANG KENAPA?!"

Di tengah adu mulut Jai dan Nathan, Jibran mulai berlari takut ke kamarnya yang di buntuti Jejen untuk mengejar Jibran dengan suara dibuat seram.

"Kayanya kita harus ngebangun tempat di atas buat area gulat deh bu—anak-anak kita ada bakat"

"Hadehhh......Gak Anak, Gak Bapak, ada aja kelakuannya!"

•~~•

"Siapa yang nyetir?" Tanya Nathan sebelum mereka memasuki mobil.

"Lo aja, gue bagian ngecek wishlist-nya ibu"

"Ok"

Satu persatu anak-anak Bapa Jaka itu memasuki mobil. Nathan yang menyetir dengan Jai di sampingnya serta Jejen dan Jibran yang duduk di kursi belakang.

"Asik Hot Weels"

"Gak ada jajan hot wheel, bulan ini pengeluaran lagi banyak"

"Orang Jibran udah nabung juga—Wle!"

Meanwhile Jejen sedang sibuk dengan dunianya sendiri.

Karina ❤

Aku lagi ikut abang-abang ke supermarket

Tumben kamu ikut?
Biasanya paling gak mau

Lagi pengen aja, nanti aku telepon kamu kalau udah balik lagi ke rumah

Okkkkkk
Hati-hati ya ❤

Iya makasih byyyyy
Jean send a photos

With love dari pacar yang ganteng ❤️❤️❤️

Jelek 😝❤❤❤

"Idih geleuh pisan punya Abang teh"

"Bocil diem! Lo tuh gak di ajak!" Sarkas Jejen pada Jibran.

"Bang Nathan setel lagu dong"

"Nih pake Hp Bang Jai aja, udah kesambung kok"

Dengan segera Jejen meraup ponsel Jai untuk ia putarkan lagu, anak itu menatap serius ke arah deretan judul-judul lagu dengan huruf hangul yang membuat matanya rabun mendadak—Akhirnya Jejen memilih untuk mencari salah satu judul lagu yang dapat ia baca tanpa harus berfikir keras.

"Tadinya gue merasa excited karena mau liat banyak jajanan tapi gak jadi karena playlist si Jai bikin galau brutal—Ganti napa Jen! Sebelum gue nangis!"

"Lemah" Jai berujar singkat seraya menghitung perkiraan biaya yang akan mereka keluarkan hari ini.

"Siapa yang gak nangis dengerin Glimpse of us?!"

"Itu mah elunya aja yang gagal move on"

"Bang Nathan gagal move on?!"

"Seriusan?!"

"Itu Mang Kusnandang aja berani sumpah guling-guling padang pasir kalau denger Bang Nathan gagal move on!"

"Berhenti ngomongin cogan! Ganti aja lagunya!"

"Boleh ganti gak Bang?"

"Boleh, ganti aja"

"Pake hp gue aja" ucap Nathan seraya menyodorkan ponselnya ke belakang.

"Pilih aja, soalnya Spotify gue PREMIUM"

"Iya"

"Sayang soalnya PREMIUM"

"IYA YANG PREMIUM!"

"Premium bukannya jenis bensin gitu Bang?"

"Dikata premium cuman bensin doang apa?"

"Kenapa playlist Bang Nathan kaya playlist lagu angkot semua sih?"

"Gak Kendang gak Kane!"

Berujung dengan dangdutan sampai mereka tiba di supermarket.

•~~•

"Gue sama Jejen duluan ya—Jibran temenin Bang Nathan cari parkiran, awal bulan suka rame banget—biar menghemat waktu juga"

"Ok"

Setelah Jai dan Jejen pergi lalu Nathan menemukan tempat untuk mereka parkir, Jibran dengan semangat 45' segera melompat turun dari mobil.

Anak itu nampak begitu tidak sabar untuk mencari barang yang sudah ia dambakan sebulan lamanya.

"Ayo Bang!"

"Bentar"

"Cepetan!"

"Gue selepet Lo ya ngomong mulu!"

Nyali Jibran ciut.

Kini dengan sabar anak itu menunggu Nathan selesai membereskan barang yang akan ia bawa, sesekali melompat-lompat kecil untuk menghilangkan jenuh.

Dug...

Jibran hampir saja tersungkur jika saja tidak ada mobil yang terparkir rapih di hadapannya, anak itu dengan segera membalikkan tubuhnya hanya untuk mendapati seorang pria berjas yang sedang mengomel-ngomel tidak jelas padanya.

"Maaf pa"


"Bocah jaman sekarang suka gak tau attitude ya?!"

"Tadi saya kan sudah minta maaf"

"Baju saya gimana ini?! Hari ini saya ada acara penting!"

"Maaf? Ada apa ya pa?"

Seseorang kini menepuk bahu Jibran pelan, merangkulnya dengan aman sebelum menatap pria di hadapannya ini dengan tatapan marah yang tertahan.

"Gak usah ikut campur kamu!"

"Saya Kakaknya"

"Oh kamu kakaknya? Liat! Hari ini saya ada rapat penting dan adik kamu ini malah membuat kopi saya tumpah mengenai baju saya!"

"Saya minta rugi atas kopi dan baju saya!"

"Tapi tadi adik saya sudah meminta maaf"

"Adik sama Kakak sama aja! Gak di ajarin Tata Krama kamu sama orang tua kamu?"

"Maaf sebelumnya pa, bagian mana yang anda sebut tidak bertata krama?, jika memang adik saya salah, adik saya pun sudah langsung meminta maaf atas kesalahannya"

"Berani kamu menceramahi orang tua?"

"Mohon maaf, tapi yang saya perhatikan tadi justru Anda lah yang menabrak adik saya—dan orang berattitude mana yang berteriak keras kepada orang lain di tempat umum hanya karena kesalahannya sendiri?"

Nathan menatap ke sekeliling, banyak orang yang sedang memperhatikan pertengkaran mereka sekarang,  sebelum pada akhirnya salah satu dari orang-orang itu angkat bicara.

"Laki-laki itu yang menabraknya"

Nathan mengangguk paham, tatapannya kembali tertuju pada pria di hadapannya.

"Saya bisa saja membayar kopi dan biaya laundry pakaian anda jika adik saya benar-benar melakukan kesalahan—tapi saya dan orang-orang di sekitar sini juga melihat bahwa Anda lah yang menabrak adik saya"

"..."

"Ayo Ji, minta maaf—Mau kamu salah atau tidak, orang yang meminta maaf duluan itu lebih bijaksana"

Ucapan Nathan tadi justru membuat pria berjas tadi merasa malu sendiri, tanpa berbicara lagi, ia pergi begitu saja, meninggalkan Jibran yang sedang menatap Nathan penuh dengan binar.

"Abang"

"Abang Lo ini keren kan?"

"Jibran sayang Bang Nathan"

Nathan jadi merasa bangga sekaligus tersipu ketika Jibran mengatakan hal tersebut, laki-laki itu nampak mengulum senyumannya dalam-dalam, sebelum akhirnya—

"Jibran tarik kata-kata Jibran soal nukerin Bang Nathan sama Es Kiko"

—Sebelum akhirnya menatap galak ke arah Jibran yang sedang menyengir sempurna.

"LO NGEGADEIN GUE?!"

"BANG JAI! BANTUIN JIBRAN!"

•~~•

• The 'J' Siblings •

•~~•

ToBeContinue

Bonus Pict :

Bang Nathan gak pernah mandi

Bang Nathan ganti baju

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro