07. Si pembawa celaka

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dalam hidup ini ada sebuah hubungan yang tidak bisa kau jelaskan meski pada kenyataannya hal pahit lain sudah jelas di depan mata.
Hubungan yang tak bisa kau berikan sebuah alasan kenapa.

- Jaemin -

Renjun bersiap untuk ke kampus ketika ponselnya yang tergeletak diatas nakas bergetar.

"Siapa menelepon jam segini?" gerutunya sambil berjalan dari depan cermin untuk mengambil ponselnya.
Namun mata sipitnya seketika membulat cerah ketika melihat nama sang penelepon.

"Mark! Hai!" sapanya antusias dengan sebuah senyuman yang mengembang di bibirnya.

"Hai buddy! Gimana kabar lo disana? Asli gue kangen banget sama lo Ren."

Renjun tersenyum makin lebar, jujur dia baru saja menyadari kalau dia juga rindu pada sahabatnya ini.

"I'm fine, gue juga kangen sama lo ternyata."

"What? Gue nggak denger lo ngomong apa."

"Ya udah kalo nggak denger."

"Oh please, tell me one more time! Gue pengen denger seorang Renjun bilang kangen sama gue." suara Mark terdengar sangat heboh di seberang sana.

Renjun bisa membayangkan kehebohan Mark saat ini.

"Eh, wait... Mark bukannya disana masih tengah malam?"

"Emang. Masih jam 1 dini hari."

"NGAPAIN NGGAK TIDUR?!" semprot Renjun saat menyadari sahabatnya ini meneleponnya saat harus istirahat.

Renjun memang bukan tipe anak yang suka begadang atau tidur terlalu malam.
Di London yang bahkan memiliki jam malam yang bisa dinikmati banyak orang, Renjun memilih istirahat dan tidak kelayapan kemana-mana selain rumah Mark.

"Calm down man, ehehe. Gue kangen berat sama lo dan gue juga mikir kalo mau telepon lo. Secara rentang waktu kita jauh banget sekarang."

Renjun terdiam mendengar penjelasan Mark, terselip rasa sedih mengingat waktu mereka sekarang.
Dia juga tidak pernah jauh dari Mark.

"You can call me anytime Mark. Jangan berpikir apakah itu akan ganggu gue, karena gue nggak pernah terganggu sama lo." jawab Renjun kalem dan kini tangannya meraih sebuah foto diatas meja belajarnya.

Ya, fotonya bersama Mark yang dibawanya kesini.

Dia tersenyum menatap foto itu.
Seandainya Mark ada disini.

"Buruan tidur sana, ntar bangun kesiangan lagi. Sekarang udah nggak ada gue yang akan bangunin lo lagi sebelum berangkat ke kampus."

"Tapi gue masih kangen sama lo brother. Gue rela begadang demi bisa teleponan sama lo, tega bener mau ngusir gue gitu aja."

"Gue mau berangkat ke kampus."

"Lo ada kelas pagi? Padahal gue masih mau cerita banyak sama lo. Gue masih pengen denger suara lo Ren.
Eh, tau nggak kalo Eric pindah kampus juga setelah lo pergi!"

Renjun memiringkan kepala mendengar berita dari Mark. Kenapa Eric pindah?

"Dia ngapain pindah juga? Kesepian nggak ada yang dilawan selain gue?"

"I don't know, pokoknya setelah skorsing itu dia cuma masuk beberapa kali trus dia pindah. Kenapa nggak dari dulu coba? Kan lo nggak perlu pindah kalo Eric pergi duluan." keluh Mark panjang lebar.

Renjun tersenyum mendengar semua ucapan Mark, lalu dia melirik jam tangannya. Masih 45 menit sebelum kelasnya dimulai.
Dia masih ingin bicara dengan Mark, tapi sekarang sudah waktunya Mark tidur.

"Iya udah nggak apa-apa. Gue juga udah pindah dan baik-baik aja, terserah itu anak brengsek mau pergi kemana."

"Iya sih."

"Mark?"

"Ya?"

"Tutup teleponnya dan buruan tidur. Gue nggak mau lo sakit karena gue."

"Five minutes again, please..."

"Nggak. Tutup sekarang."

"Ren..."

"Udah Mark, janji nanti gue telepon lagi setelah pulang dari kampus. Oke?"

Mark terdiam mendengar ucapan Renjun, "Ya deh, okay. Promise me you'll text and call me again right?"

"Iya gue janji, dan sekarang CEPETAN TIDUR!"

Kemudian sambungan itu terputus, menyisakan sebuah senyum di bibir seorang Renjun.

Mark adalah sahabat terbaik yang dimilikinya selama ini dan dia berharap untuk selamanya.

Renjun meraih ranselnya ketika pintu kamarnya terbuka tiba-tiba menampakkan kepala Jaemin yang tersenyum padanya.

"Berangkat sekarang kan?" tanya Jaemin dengan senyum di wajahnya yang membuat Renjun tak habis pikir kenapa kakaknya itu memiliki wajah senyum yang menyebalkan.

"Iya, dan kita berangkat sendiri-sendiri." jawab Renjun kemudian berlalu melewati Jaemin yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

"Sampai kapan sih kayak gini Ren?"

"Udah jangan bawel dan jangan sampe Mom and Dad tau."

Renjun menuruni tangga dengan cepat sementara Jaemin mengikutinya di belakang.

"Dad udah berangkat?" tanyanya pada Jaemin.

"Sudah sih tadi pagi, papa agak buru-buru jadi nggak sempat pamit."

Renjun sedikit kecewa mendengar jawaban Jaemin, dia ingin sarapan dengan papa-nya.

Keduanya lalu sarapan dengan makanan yang sudah disiapkan oleh Jaemin. Ya meski rumah ini sangat besar tapi mereka tidak punya asisten rumah tangga.
Ada sih tapi hanya untuk bersih-bersih itupun datang di siang hari.

Dan perlu diketahui kalau Jaemin dan papanya sama-sama jago masak.
Mereka biasanya menyempatkan diri untuk membuat makanan untuk satu sama lain.

"Ren?"

"Napa."

"Kok aku nggak bisa menghubungi bunda ya?" tanya Jaemin dengan ekspresi sedihnya.

"Mom sibuk palingan." jawab Renjun cuek sembari mengunyah sandwich nya.

"Aku udah coba berkali-kali tapi nggak bisa. Coba kamu yang nelepon deh." Jaemin menatap sang adik penuh harap.

"Disana masih tengah malam bego, gue nggak mau ganggu tidurnya Mom." ucap Renjun sembari menggetok kepala sang kakak dengan ponselnya.

"Aduhhh! Sakit Ren!" Jaemin meringis, "Eh tapi iya juga, disana masih malam. Yaudah ntar sore aja."

Kemudian keduanya menuju mobil masing-masing dan segera berangkat.

.
.
.

Jeno sedang duduk di taman samping kampus ketika Jaemin datang barengan sama Lucas.

"Lah si Jeno udah duluan aja disini! Rajin amat lo!" sapa Lucas yang langsung duduk di samping Jeno, memperhatikan sahabatnya itu fokus bermain game di ponselnya.

"Ya daripada macet kan." jawab Jeno tanpa mengaligkan pandangan matanya dari layar ponsel.

"Ke kelas yuk, bentar lagi masuk kan." ajak Jaemin yang berdiri sambil membawa kameranya sementara kepalanya celingukan kesana kemari mencari objek foto.

Jeno mendongak menatap Jaemin sekilas, "Nggak barengan sama adik lo yang judes itu?" tanyanya.

"Adik siapa?" Lucas menatap Jeno kemudian Jaemin.

"Ehem, maksud lo 'sepupu' gue kemarin?" sahut Jaemin penuh penekanan sembari menatap Jeno. Bukannya kemarin Jaemin udah jelasin kalo hubungannya dengan sang adik tidak boleh sembarangan dikatakan?

Apalagi Lucas kan mulutnya ember, kalo dia tahu bisa-bisa warga sekampus bakalan tahu semua dan Renjun pasti akan ngamuk besar.

Nggak. Jaemin nggak mau hal itu terjadi.

"Ya terserah. Sepupu atau adik lo itu, gue nggak peduli. Bersyukur deh dia nggak ngikutin lo kemana-mana." jawab Jeno yang menyudahi permainannya lalu beranjak berdiri.

"Kenapa sih Jen, nggak suka banget sama Renjun?" protes Jaemin yang nggak habis pikir kenapa setiap kali membicarakan atau bertemu Renjun maka Jeno akan uring-uringan.

"Ya nggak suka aja."

Jaemin memberengut mendengar jawaban Jeno.

"Tau tuh Jeno, eh sepupu lo ambil jurusan apa?" kali ini Lucas bertanya setelah ketiganya berjalan menuju kelas.

"Oh, dia ambil seni rupa."

"Kirain sama kayak lo di fotografi atau fashion design. Soalnya mukanya cakep juga sih, cuman agak pendek." kekeh Lucas yang disambut cengiran di wajah Jeno.

"Sialan lo, gitu-gitu gue sayang tau." Jaemin mengapit kepala Lucas dengan lengannya meski tinggi badan mereka cukup berbeda. Lucas sedikit lebih tinggi dari Jaemin dan Jeno.

"Seangkatan sama kita nggak sih?" Lucas masih membeo dibawah pitingan lengan Jaemin.

"Bawel lo ya, nanya mulu."

"Ya kan gue mau tau Jen, gue ketinggalan banyak nih selama nggak masuk."

"Iya, seangkatan meski sebenernya dia beda tiga tahun lebih muda dari gue tapi karena pinter dia ikut kelas akselerasi dan jadi seangkatan sama gue." terang Jaemin yang kini melepas kepitan lengannya, lama-lama tangannya pegal juga.

"Oh, berarti lo bego ya? Bisa kesalip sama sepupu lo."

Jaemin mengerjap menatap Lucas yang masih cengar cengir.

"Bangsat nih anak, lo ngatain gue bego? Awas aja lo pinjam tugas gue ya!" teriak Jaemin yang berjalan mendahului kedua sohibnya.

"Lah, Jaeeemmmm! Kok gitu?? Gue bercanda! Aelaah nih anak ngambekan amat, woii tungguin!" teriak Lucas karena Jaemin sudah jauh didepan mereka.

"Lo sih, banyak ngomong. Udah tau dia ngambekan." Jeno menghela napas pelan melihat kelakuan kedua temannya.

.
.
.

Renjun sedang menunggu untuk kelas berikutnya. Dia memilih untuk duduk diam di kelas dan bermain ponsel memeriksa sosial medianya yang hanya berisi gambar-gambar hasil karyanya.

Lalu melihat postingan Mark, dan tersenyum sesekali melihat kelakuan absurd sahabatnya itu.

"Hei, lo anak yang baru pindah kan? Kenalin gue Yangyang, mau jadi teman gue?"

Renjun dikejutkan oleh seorang anak laki-laki yang mengulurkan tangan padanya dengan senyum yang menurut Renjun kelewat cerah.

"Oh, gue Renjun."

Renjun balas menjabat tangan anak bernama Yangyang itu yang kemudian langsung duduk di sampingnya.

"Jadi sekarang kita temenan?" tanyanya masih dengan senyum yang ceria. Entah kenapa hal itu sedikit mengingatkan Renjun pada Mark.

"Terserah lo."

"Yess! Gue punya temen baru. Btw, lo pindahan darimana?"

"London."

"Ah, London ya? Di universitas mana? Gue punya kakak cowok kuliah di London juga."

"Imperial College."

"Really?! Kakak gue juga kuliah disana! Kayaknya kita cocok deh!" Yangyang entah kenapa kelihatan se-excited itu sementara Renjun terus memainkan ponselnya dan sesekali tersenyum menanggapi ucapan Yangyang.

"Selamat siang, semuanya."

Sapaan seorang dosen menghentikan percakapan absurd mereka.
Yangyang kembali duduk di kursinya yang ternyata di belakang Renjun.

Renjun mendongak memperhatikan dosen pengajarnya. Tapi buk⁸ankah dia profesor muda yang ditabraknya di depan pintu?

"Halo semua, mulai hari ini saya akan menggantikan profesor Nakamoto yang ditugaskan ke Jepang. Oke, saya Kim Heechul atau bisa kalian panggil profesor Kim." ucapnya memperkenalkan diri.

Kemudian selama kelas berlangsung, Renjun entah kenapa tanpa sadar terus memperhatikan sang profesor sejak awal sampai akhir.

Menarik.

Itulah yang dipikirkan Renjun tentang profesor Kim ini, sekalipun sedikit tampak galak namun cara bicara dan penyampaiannya cukup menyenangkan. Dan lagi beliau masih muda untuk disebut profesor.

Seusai kelas Renjun bermaksud untuk ke ruang dosen untuk mengambil beberapa berkas yang harus diisinya saat Yangyang menarik ranselnya dari belakang.

"Apa?"

"Lo mau kemana Ren?"

"Ruang dosen."

"Ikut ya? Boleh kan? Yaaaa?" bujuk Yangyang yang entah kenapa udah sok akrab di hari pertama mereka berteman-gitu batin Renjun.

"Terserah." jawab Renjun yang kemudian beranjak keluar diikuti Yangyang di belakangnya.

"Eh, Ren tau nggak? Sebenernya gue udah liat lo pas pertama lo masuk kemarin. Tapi gue agak takut mau deketin lo, ehehhe..." jelas Yangyang random mengikuti langkah Renjun.

"Takut kenapa?"

"Lo nyeremin. Muka lo jutek, tatapan lo galak, udah gitu ngirit ngomong."

"Lo jujur atau ngatain gue sih?" Renjun melirik Yangyang di sampingnya.

"Nah gini nih, lirikan sama tatapan mata lo yang kayak gini asli galak!" Yangyang meringis mengucapkannya dengan dua telunjuknya menunjukkan V-sign.

"Random lo jadi orang." ucap Renjun yang tanpa sadar menyunggingkan senyum meaki hanya sekilas.
Yangyang mengingatkannya pada Mark. Sama-sama random dan receh.

"Bruukkhh!"

"Aduhhh!"

Renjun terdorong menabrak Yangyang di sampingnya ketika sesuatu menubruknya.

Lebih tepatnya seseorang.

"Sial! Apa lagi sih?!" umpat Renjun kesal karena tubuhnya cukup keras menabrak Yangyang-mana Yangyang juga kurus kerempeng badannya.

"Ah, maaf ya! Beneran nggak sengaja!"

Renjun melirik kesal ke arah si penabrak. Dan-

Dia gadis yang sama. Si pembawa celaka.

"Lo lagi lo lagi. Hobi ya nabrakin orang?! Asli hobi lo ngeselin tahu nggak?" omel Renjun yang kini berdiri menatap gadis di depannya itu.

"Ah, kamu yang ketabrak kopiku waktu itu? Maaf lagi ya!" gadis itu ternyata ingat Renjun dan kelihatannya kaget juga. Dia membungkukkan tubuhnya meminta maaf.

Tapi bukan itu yang membuat Renjun teralihkan dari kekesalannya.

Tubuh gadis itu basah. Tidak hanya sedikit tapi basah semua, bahkan rambut dan bajunya.

"Lo keujanan?" tanya Renjun yang kemudian melirik jendela kaca di belakangnya. Cuaca terang diluar sana.

"Hah?"

"Lo kena bully?" kali ini Yangyang yang bertanya setelah cukup kaget dengan insiden ini.

"Hah?"

"Bodoh ya? Ditanyain hah heh mulu dari tadi." sungut Renjun pada si gadis yang masih berdiri di hadapannya.

"Nggak! Gue nggak di bully kok!" jawab gadis itu panik.

"Lah kenapa lo basah kuyup gini? Diluar nggak hujan." ucap Yangyang sementara Renjun menatap gadis itu menyelidik.

"Itu-kran airnya tiba-tiba patah dan airnya keluar kemana-mana pas aku pakai tadi." jawabnya lalu meringis malu.

Seketika Renjun dan Yangyang melongok ke belakang gadis itu lalu mendongak ke atas.

Toilet wanita.

Keduanya menghela napas kesal.

"Lo tuh hobi bikin masalah ya? Tiga kali gue ketemu sama lo dan tiga kali juga gue kena sial ketabrak lo mulu!" cerca Renjun yang masih kesal dan menatap si gadis.

"Maksud kamu apa? Ini kan kecelakaan tapi kenapa kamu nyalahin aku? Aku juga nggak mau ya basah kuyup begini!" jawab si gadis tidak terima dengan tuduhan Renjun.

"Soal kopi kemarin juga nggak sengaja. Aku juga udah minta maaf kan sama kamu? Trus tiga kali ketemu kapan? Bukannya kita baru dua kali ini ketemu?" tanya si gadis.

Hah, dia nggak inget yang nabrak ada profesor Kim waktu itu. Emang dasar!- batin Renjun.

"Terserah deh kalo lo nggak inget. Lain kali pakai itu mata kalo pas jalan, jangan lari sembarangan trus nabrakin orang." cerca Renjun yang kemudian berbalik hendak pergi.

"Yakan aku kaget airnya nyemprot! Ngeselin banget sih jadi cowok! Bukannya bantuin malah ngomel-ngomel!" sungut gadis itu yang membuat Renjun berbalik kembali menatapnya.

"Eh, Ren-wait! Udah jangan marah, okay?" kali ini Yangyang yang melihat tanda bahaya di mata Renjun segera menahan lengan Renjun.

"Lo yang nabrak gue ya! Trus lo mau gue bantuin lo? Sumpah lo jadi cewek manja banget ya!" Renjun sudah tidak bisa menahan emosinya lagi sementara Yangyang berusaha menahan.

"Ren, udah dong jangan ribut! Di liatin sama anak-anak yang lain nih!"

Mendengar itu Renjun menoleh dan melihat beberapa anak bergerombol dan berbisik menatap ke arah mereka.

"Sialan!"

Renjun melepaskan lengannya dari Yangyang kemudian berbalik pergi.

"Bener-bener cowok ngeselin! Nggak bertanggung jawab sama cewek!"

"Ren, kita bantuin dia dulu deh. Ya? Diliatin banyak orang kayak kita habis ngapa-ngapain dia." bisik Yangyang panik.

Renjun menghela napas kasar, dan dengan enggan kembali menghadap gadis itu.

"Kita bantuin tapi jangan teriak-teriak ya?" ucap Yangyang pada gadis itu yang langsung di tanggapi dengan anggukan dari si gadis.

"Lantai kamar mandinya banjir..."

"Emm, parah banget sih di dalam. Kalo kita masuk bakalan basah juga." ucap Yangyang setelah melongokkan kepalanya dari pintu.

"Panggil petugas kampus aja deh! Gue nggak ngerti dan nggak mau repot kebasahan untuk alasan nggak jelas." tukas Renjun yang langsung menghubungi kantor kepengurusan kampus.

Setelah menunggu beberapa menit dengan kesal karena tatapan aneh orang-orang yang lewat, akhirnya petugas kampus datang.

"Udah ya, gue udah bantuin lo. Jadi nggak usah teriak-teriak nggak jelas dan ngrepotin gue." ucap Renjun ketus melirik ke si gadis yang berdiri di samping Yangyang kemudian beranjak pergi.

"Iya makasih. Hatchiiii!!!"

Renjun memejamkan matanya dsn menghela napas kesal.

Nggak. Dia nggak mau tahu dan terserah.

"Hatchiii!!"

Sial.

"Lo ngapain ikutin gue?" Renjun berbalik menghadap si gadis sementara Yangyang terlihat cukup kaget dengan bentakan Renjun yang tiba-tiba.

"Ren, calm down bro."

"Aku nggak ngikutin kamu ya. Aku mau ke ruang dosen." jawab gadis itu innocent.

Udah gila ya?
Ngapain ke ruang dosen dalam keadaan basah kuyup begitu? Nggak waras nih cewek.

Oh, apa dia mau ngadu ke profesor Kim ya?
Dia kan keliatannya suka banget sama profesor Kim sampe ngejar-ngejar kayak kemarin.

"Woi Ren, are you okay?" tanya Yangyang. Sementara yang ditanya sadar dari lamunannya.

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa? Lo diem aja, jadi ke ruang dosen nggak?"

"Iya."

Dan sesampainya di ruang dosen, Renjun segera menemui prof. Choi dan meminta maaf karena terlambat dan membuat prof. Choi menunggu.

Setelah mengambil berkasnya, Renjun segera keluar menemui Yangyang yang sedang menunggunya.

"Udah?"

"Iya, lo mau balik apa gimana?" tanya Renjun ke Yangyang karena kelas mereka sudah selesai sore ini.

"Sebenernya gue-"

"Apa? Profesor Kim sudah pulang? Bukannya masih ada kelas sore?"

Kalimat Yangyang terputus saat sebuah suara protes terdengar di belakang mereka membuat keduanya menoleh.

Lagi-lagi gadis itu.

"Tuh kan, dia pasti mau ngadu." gumam Renjun.

"Apaan?"

"Nggak penting. Gimana lo mau balik atau kemana?" tanya Renjun.

"Sebenernya gue mau traktir lo makan sebagai tanda pertemanan kita hari ini. Tapi barusan nyokap telepon minta gue pulang cepet. So, next time ya?" Yangyang tampak menyesal dan lagi-lagi masih dengan ringisannya yang kayak anak kecil.

"Oke, nggak apa-apa. Gue juga mau balik."

"Okay, see you tomorrow brother. Nice to be your friend!" kemudian Yangyang berlalu pergi setelah menepuk bahu Renjun gembira.

Renjun menatap kepergian Yangyang dan tak habis pikir kenapa dia selalu bertemu dan berteman dengan oramg modelan kayak Mark dan Yangyang.

Renjun beranjak pergi menuju parkiran. Sudah sore ternyata, hari ini berlalu begitu saja bagi Renjun. Dia cukup lelah karena ada kelas sejak pagi, belum lagi insiden tadi yang menguras emosinya.

"Hatchiiii!"

Renjun terkejut dan berbalik mendengar suara bersin di belakangnya dan mendapati gadis tadi sedang berjalan di belakangnya.

Oh no.

Renjun berusaha tidak mempedulikan si gadis dan melanjutkan langkahnya.
Toh sepertinya gadis itu juga tidak sadar dengan keberadaannya karena dia sibuk menatap layar ponselnya.

"Uhukk! Uhukkk! Ah-hattchiii!"

Renjun kembali memejamkan mata dan menghela napas kesal.
Ini sungguh-sungguh membuatnya kesal.

"Lo bisa nggak sih diem dan nggak berisik? Dan lagi kenapa gue ketemu lo mulu deh?" ucapnya berbalik menghadap gadis dibelakangnya yang kini berhenti dari fokusnya pada layar ponsel dan menatap Renjun.

"Aku nggak ngikutin kamu kok. Aku juga nggak ngajak kamu ngomong kan? Berisik gimana?"

"Lo tuh,-"

"Haatchiiii!"

"Berisik kayak gitu tau!" kesal Renjun pada akhirnya.

Gadis itu menatap Renjun tak percaya. Kenapa bersin itu berisik? Lagipula siapa juga yang mau bersin-bersin begini?

"Aku bersin juga bukan kemauan-haatchiii!"

Renjun mengerutkan kening menatap gadis itu menyelidik. Lalu dia bergegas menuju mobilnya.

Sementara si gadis masih bingung kenapa cowok di hadapannya tadi selalu marah dan ngomel padanya.

"Ukhh!"

Gadis itu gelagapan ketika wajahnya tiba-tiba tertutup.

"Apa sih?" keluhnya meraih sesiatu yang menutupi wajahnya.

Sebuah kemeja.

"Pakai itu. Dan stop bersin-bersin. Lo bodoh apa gimana sih? Udah tahu basah kuyup bukannya pulang malah kelayapan ke ruang dosen. Penampilan lo ganggu mata banget deh." sungut Renjun menatap gadis dihadapannya yang kini malah diam bengong.

Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali menatap Renjun.

"Buruan dipakai, ngapain bengong? Hobi ya nyusahin orang."

"Eh, nggak usah. Aku nggak apa-apa kok-uhukkk! Uhukkk!"

Renjun merotasikan bola matanya jengah. Lalu melipat kedua tangannya di depan dada menatap tajam pada gadis itu.

"Apanya yang nggak apa-apa? Sumpah ya, lo beneran ganggu mata dan telinga. Sekarang lo pakai itu buat ganti biar lo nggak bersin atau batuk lagi."

"Tapi aku-"

"Udah, gue pergi." Renjun membalikkan badan dan bersiap masuk ke mobilnya sebelum kemudian lengannya ditangkap seseorang.

"Tunggu! Makasih untuk kemejanya. Nanti aku balikin, tapi boleh minta tolong sekali lagi nggak?" gadis itu menatap Renjun penuh harap.

"Apa lagi?"

"Boleh pulang bareng nggak? Jemputanku nggak datang dan tebengan aku udah pulang."

Kali ini Renjun mendengus keras, menatap gadis di hadapannya ini.

"Nggak boleh. Sekarang lepasin gue."

Gadis itu terlihat kecewa lalu melepaskan pegangannya pada Renjun.

"Eh, ya sudah. Aku bisa panggil taksi." gumamnya lirih.

Renjun kemudian masuk ke mobilnya, menyalakan mesin lalu meninggalkan gadis itu sendiri.

"Udah sore gini pasti taksinya lama. Baterai ponsel udah habis, kakak udah pulang belum ya?" gumam gadis itu lalu menggenggam kemeja yang Renjun berikan.

"Kalau ganti baju harus naik lagi dong ke toilet ganti." Gadis itu bergidik kedinginan saat angin sore berhembus.

"Duh, dingin..." gumamnya lirih dan memeluk tubuhnya sendiri.

Hari ini dia sangat tidak beruntung.
Kenapa kran kamar mandinya harus rusak saat dia memakainya dan berakhir seperti ini.

Belum lagi cowok galak yang tadi.

Gadis itu mulai berjalan kembali memasuki gedung kampus saat tiba-tiba Camaro merah berhenti di depannya.
Kaca mobil itu turun dan menampakkan si pengemudi.

"Naik."

Gadis itu menundukkan kepalanya dan menatap si pengemudi dengan kaget.

"Kamu?"

"Gue hitung sampe tiga nggak naik bakalan gue tinggal, satu, dua, ti-"

Gadis itu secepat kilat membuka pintu mobil dan mendudukkan dirinya di samping pengemudi.

Renjun menoleh menatap gadis di sampingnya itu.

Tidak percaya pada apa yang tengah dilakukannya sekarang. Kenapa dia harus berputar dan kembali hanya untuk gadis pembawa celaka ini.

"Lo beneran bodoh ya? Kenapa nggak ganti?!"

"Aku baru mau masuk gedung buat ganti pas kamu datang." jawab gadis itu membela diri.

Renjun memijit keningnya, pusing dengan semua hal ini.

"Lo ganti di mobil gue aja. Kelamaan kalau balik ke gedung. Matiin lampunya." perintahnya kemudian Renjun keluar dari mobil dan menunggu.

Gadis itu sungguh-sungguh bingung sekarang tapi karena dia sudah sangat kedinginan dan ingin cepat pulang maka dia menuruti perkataan cowok galak itu.

"Udah selesai." gadis itu melongokkan kepalanya dari jendela untuk memberitahu Renjun.

Renjun yang melihatnya kemudian segera masuk ke mobil dan melajukannya meninggalkan parkiran.

Dan tanpa disadarinya, beberapa blok tak jauh dari sana ada seseorang yang sedang menatap mereka.

Jaemin.

Dia baru saja tidak salah lihat kan?
Itu tadi benar-benar Renjun dan...

"Hei, ngapain ngelamun?" sapa Jeno yang kini sudah ada di samping Jaemin bersama Lucas.

"Ah, nggak. Nungguin kalian lah, katanya mau ke cafe dulu?" jawab Jaemin kemudian menatap kedua sahabatnya.

"Iya jadi, kita berangkat sekarang." jawab Jeno berjalan menuju mobilnya.

"Gue nebeng lo ya Jaemin? Mobil gue masih disita bokap nih! Sekalian nyobain mobil baru lo, hehe." ucap Lucas yang membuat kedua temannya tersenyum maklum.

"Iya Luc."

"Jen?"

"Apa?"

"Em, nggak jadi deh. Gue lupa." kilah Jaemin tersenyum pada Jeno yang kini menatapnya.

Dia harus memastikannya dulu pada Renjun nanti.

.

.

.
Bersambung.

Hai yeorobun^^
Masihkah kalian baca? Semoga iya. Ehehe...

Nah, di chapter ini udah keluar nih sosok cewek baru. Dia akan jadi lead female apa second female? Nggak tau juga :')
Yang jelas dia akan sering dimunculin beserta sosok lainnya juga.

Ohiya, kalau kalian bingung kenapa gaya bicara Renjun-Jaemin berbeda itu karena aku sengaja pengen vibes Renjun itu lebih bebas jadi pakai lo-gue.

Sementara Jaemin ke Renjun pakai aku-kamu karena dia sesayang itu sama adiknya jadi ya anggap aja itu bahasa sayang.
Tapi Jaemin ke temen-temennya tetep pakai lo-gue juga.

Terus kenapa panghilan Jaemren ke ortu mereka juga beda?

Ini sih karena aku mau Jaemin itu jadi anak yang sopan.
Kalau Renjun lebih ke 'sedikit' nakal.

Segitu dulu deh, kapan-kapan kujelasin lagi. Atau kalian juga boleh nanya kok. ^^

Ah, hampir lupa.

Di sini ada cast yg pakai nama asli tapi ku ubah marganya seperti anggota keluarga Renjun.

Nanti ada juga yang namanya total kuganti semua.

Udah ah, enjoy it!

Yangyang.
Teman baru Renjun yang random dan berisiknya 11-12 sama Mark.
Nanti ketiganya bakal jadi geng paling hits deh.

Lee Jeno
Sahabat baiknya Jaemin yang udah kayak paket lengkap. Dimana ada Jaemin disitu ada Jeno.
Protektif banget sama Jaemin.
Nanti kita akan tahu fakta mengenai Jeno di chapter-chapter mendatang.

Lucas
Sohib Jaemin yang hobi makan, dan balapan mobil.
Suka banget ghibah bareng Jeno dan Hwiyong. Bahan ghibah tentu aja Jaemin. Wkwkwk.

Hwiyoung
Sohib Jaemin yang hobi balapan dan hobi diem. Tapi sekalinya ngomong nggak putus. Agak pemalu dan sedikit dingin sama orang lain diluar gengnya.

Nah, ini pasti udah ditungguin ^^

Yeji ITZY as Lee Dae Hae
Cewek pembawa celaka menurut Renjun. Yang entah nantinya bakal bawa celaka atau sebaliknya buat Renjun.
Yang pasti si cantik ini bakalan sering muncul, ehe...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro