13. Sakit yang di rahasiakan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kehidupan memang misteri.
Hal-hal di dalamnya selalu berhasil menjadi sebuah kejutan.
Entah menyenangkan atau tidak.

***

Pemuda bersurai hitam itu mondar mandir dengan raut wajah cemas. Tangan kanannya masih setia menempelkan ponsel di telinga menunggu jawaban dari yang ditujunya.

"Kok nggak bisa sih?!"

"Lo diem deh, duduk. Pusing gue liatnya."

"Gimana mau diem ini ponsel Renjun nggak bisa dihubungi. Gue nggak tenang sama keadaan dia, Jeno."

Jaemin menggigiti kuku kirinya, kebiasaan saat dia gugup atau khawatir akan sesuatu. Sementara Jeno yang duduk di hadapannya masih setia menemani dan menatap ke arah Jaemin yang masih mondar-mandir.

Jaemin baru tahu kalau Renjun telah pergi bersama om Vernon.
Tadi dia harus terpaksa mengikuti kakek dan neneknya untuk sekedar basa basi kepada beberapa tamu yang 'katanya penting' sehingga dia harus meninggalkan Renjun sendirian.

"Tadi dia nggak baik-baik aja waktu gue tinggal, cuma diem dan kayaknya pucet." gerutu Jaemin.

Oh, Jeno sengaja tidak mengatakan mengenai serangan panik yang dialami Renjun pada Jaemin karena dia yakin bahwa sahabatnya itu akan bersikap impulsif dan berlebihan jika menyangkut adiknya. Saat ini saja dia sudah terlihat khawatir.

Dan om Kyuhyun sepertinya juga tidak mengatakan apapun, karena setelah acara selesai beliau langsung pergi mencari Renjun.

"Papa dimana? Ini ponsel Renjun nggak bisa dihubungi, aku sama Jeno masih di room." Jaemin akhirnya menghubungi papa-nya karena dia tidak tahu harus menghubungi siapa. Dia tidak memiliki kontak om Vernon.

"Jaemin, kamu pulang dulu saja ya sama Jeno. Papa mau ke rumah utama Bundamu untuk menyusul Renjun."

"Aku susul ya Pa! Jaemin kesana sekarang."

"Tidak. Kamu pulang saja, ini sudah terlalu larut. Papa pastikan adik kamu baik-baik saja."

"Tapi Pa—"

"Jaemin, turuti apa yang Papa suruh."

"Iya Pa..."

Menghembuskan napas panjang akhirnya Jaemin duduk di samping Jeno dengan raut kecewa.

"Gimana?"

"Papa nyuruh gue pulang, mau nyusulin Ren ke rumah Bunda."

"Yaudah, pulang yuk."

Jaemin pada akhirnya menuruti keinginan papa-nya lalu pulang bersama Jeno. Meski pikirannya tidak tenang.

.
.
.

"Hyuri, apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba harus membawa Renjun ke rumah utama?" protes Kyuhyun tidak terima saat menelpon mantan istrinya itu.

Dia sedang dalam perjalanan ke rumah utama keluarga Wayland yang cukup jauh dari Seoul, butuh 50 menit untuk kesana.

"Harusnya aku yang bertanya padamu Kyu. Apa yang kau lakukan pada putraku hingga membuatnya terkena serangan panik?!"

"Jangan bicara seperti itu. Ren juga putraku dan aku hanya membawanya ke acara formal bersama Jaemin juga, apa itu salah?"

"Kenapa tiba-tiba? Kenapa kau begitu ceroboh membawanya ke acara formal tanpa persiapan apapun? Kau gila. Kau mendaftarkan kepindahannya atas nama keluarga Kim jika kau lupa, bukan keluarga Cho. Jadi untuk apa kau membawanya ke acara formal tanpa berpikir bahwa kau tidak akan bisa mengakui keberadaannya sebagai putramu!"

Kyuhyun terdiam mendengar ucapan Hyuri, karena benar dia tidak berpikir bahwa dia tidak bisa mengakui status Renjun di acara formal.

Jujur dia hanya merasa senang ketika berpikir bisa menghadiri acara perusahaan dengan kedua putranya. Dan lupa bahwa itu tidak akan bisa terjadi dengan mudah. Apalagi dia melupakan keberadaan kedua orangtuanya yang selalu ada di acara seperti itu.

Kyuhyun menghembuskan napas panjang lelah, dia mengakui kesalahannya yang tanpa sengaja malah melukai putranya.


"Maafkan aku Hyuri. Aku sungguh-sungguh tidak berniat untuk melukai Ren. Aku sangat ingin membahas banyak hal denganmu terutama tentang serangan paniknya, tapi biarkan aku menemui Renjun dulu sekarang."

Terdengar helaan napas yang juga lelah diujung sana, "Biarkan Renjun di rumah utama sementara waktu. Dia butuh ketenangan dan perawatan."

"Tidak, aku akan membawanya pulang dan merawatnya."

"Jangan bodoh. Kau tidak bisa merawatnya biarkan Vernon mengatasinya, dia sudah terbiasa merawat Renjun saat disini."

"Kau sungguh berhutang penjelasan mengenai kondisi Renjun padaku."

"Benarkah? Kenapa aku harus memberitahukan kondisi putraku padamu?"

"Dia putraku juga Hyuri. Jangan mengungkit kembali semua pembicaraan yang tidak berujung ini. Kita sudah pernah membahasnya dan dia adalah putraku."

"Terserah. Kau bisa menemuinya tapi tidak untuk membawanya pulang."

"Hyuri—"

"Jika kau tidak setuju maka aku tidak mengijinkanmu untuk datang. Bye—"

"Tidak! Maksudku, baiklah biarkan aku menemuinya."

Kyuhyun memutuskan sambungan telepon sekalipun dia masih ingin meminta pada Hyuri untuk membawa Renjun pulang.

Ponselnya kembali berdering, panggilan dari Lee Donghae.

"Jadi, bagaimana?" tanya Donghae.

"Dia tidak mengijinkanku membawa Renjun pulang, aku hanya bisa menemuinya sekarang."

Kyuhyun memijit keningnya, pusing.

"Kyu? Boleh aku bertanya?"

"Ya."

"Maaf jika ini menyinggungmu. Tapi kenapa kau sebegitu pedulinya pada Renjun dan selama ini aku tahu kau memperhatikannya lebih dari Jaemin?"

"Aku hanya ingin menjadi ayah yang baik untuknya. "

"Hanya itu? Maksudku, ini bukan sebuah bentuk penebusan atas penyesalanmu di masa lalu?" tanya Donghae berhati-hati.

Donghae tahu sahabatnya ini memiliki penyesalan besar yang membebaninya hingga sekarang.

"Mungkin ya. Tapi, aku benar-benar menyayanginya seperti anakku sendiri."

"Apakah Renjun dan Jaemin tahu 'tentang kalian' dulu?"

"Tidak."

"Dan jika mereka suatu hari nanti mengetahuinya?"

Kyuhyun diam mendengar pertanyaan Donghae barusan.
Dia tidak tahu bagaimana kedua putranya akan menilai setelah tahu 'masa lalu' itu.

.
.

Kyuhyun akhirnya sampai di sebuah rumah mewah dengan halaman sangat luas. Terlihat berapa penjaga diluar.
Kyuhyun turun dari mobil dan bergegas masuk.

Vernon yamg sudah menunggu menyambut kedatangannya.

"Dimana Renjun?"

"Tuan muda sedang beristirahat di kamarnya."

"Aku ingin melihatnya."

"Tentu, mari saya antar." Vernon berjalan mendahului menuju kamar Renjun.

Tapi sesampainya di depan pintu Vernon berhenti dan menatap Kyuhyun sebelum mengetuk.

"Maaf tuan Cho, tapi nanti sebaiknya anda tidak mengatakan apapun tentang acara sebelumnya di hadapan tuan muda."

Kyuhyun menatap orang kepercayaan Hyuri setelah Jung Jaehyun itu dengan tidak mengerti.

"Apa maksudmu?"

"Akan saya jelaskan setelah anda melihat tuan muda nanti, silahkan." Vernon membuka pintu dan mempersilahkan tamunya untuk masuk.

Renjun sedang duduk dengan memeluk lututnya diatas tempat tidur. Matanya terlihat merah karena menahan air mata, diwajahnya terdapat ekspresi takut khawatir akan sesuatu yang entah apa itu, serta tatapannya yang terfokus pada satu titik.

Dia ditemani seorang pria muda dengan pakaian rapi yang duduk di tepi ranjangnya.

"Dia dokter Hong, dokter pribadi yang mengurus tuan muda sejak dulu. Kebetulan beliau sedang ada di Korea sehingga saya bisa memintanya langsung kesini." bisik Vernon menjelaskan.

Melihat kedatangan mereka, dokter itu bangkit lalu menganggukkan kepala menyapa dan berjalan mendekat.

"Dia tuan Cho, ayah sambung tuan muda." kali ini Vernon menjelaskan kepada sang dokter.

"Halo tuan Cho, akhirnya bertemu dengan anda. Saya Hong Joshua, psikolog pribadi keluarga Kim."

Kyuhyun mengernyitkan dahinya bingung, kemudian melempar seulas senyum menanggapi perkenalan sang dokter.

Dan jika boleh jujur, Kyuhyun cukup kaget dengan situasi. Separah apa gangguan panik dalam diri putranya hingga membutuhkan seorang psikolog pribadi?

Kyuhyun berjalan perlahan mendekati Renjun.

"Ren?"

Beberapa detik Renjun tidak merespon panggilannya, hingga Kyuhyun duduk disampingnya dan mengelus pelan surai coklatnya dengan lembut.

Renjun menoleh saat merasakan usapan lembut di kepalanya, mendapati sang ayah sedang menatapnya khawatir.

"Dad?"

"Iya, Dad disini." kemudian Kyuhyun meraih putranya itu dalam pelukannya.

Sungguh dia tidak pernah melihat sosok putranya seperti ini, dan hatinya merasa khawatir sekarang.

"Iya, Dad disini untuk kamu, everythings gonna be okay, hmm?"

Renjun hanya mengangguk samar, "Aku mau ketemu Mom."

"Ada Dad disini, nggak apa-apa ya."

"I want my Mom... I just have Mom..." Renjun merengek pelan masih dalam dekapan sang ayah.

"Ren, tarik napas panjang pelan-pelan ya." dokter Hong mengusap bahu Renjun pelan dan memberi isyarat agar Kyuhyun melepaskan pelukannya.

Tangannya menggenggam erat jari jari Renjun yang tampak memucat. Anak itu kembali mendekap kedua lututnya, memejamkan matanya dan satu tangannya menutup telinganya.

Kemudian sebuah video call di ponsel Vernon datang dari Hyuri, dia tampak sangat khawatir.

"Ren, ini Mommy. Are you okay?"

"Mom... Ren butuh Mommy disini.. please..."

Mendengar rengekan putranya, Hyuri tampaknya tidak sanggup. Dia memejamkan matanya dan setitik air bening jatuh dari sudut matanya.

Kyuhyun melihat semuanya dalam diam, isi kepalanya kini penuh dengan berbagai pertanyaan.
Fakta bahwa putranya memiliki serangan panik cukup mengejutkannya. Apalagi dengan keberadaan seorang dokter khusus untuk menangani, dan sikap khawatir Hyuri yang baru kali ini dilihatnya.
Apa saja yang tidak diketahuinya tentang mereka berdua?

Sekarang dilihatnya wajah Jung Jaehyun menggantikan Hyuri di layar.
Ah, tentu saja.
Dimana ada Hyuri disana ada Jung Jaehyun.

Dilihatnya pria itu sedang bicara pada Renjun, mencoba menenangkan putranya dari kepanikan.

"Jangan mengkhawatirkan apapun, okay? You can do it, buddy. I proud of you, kamu selalu jadi jagoan kesayangan uncle. Janji bisa nggak mikirin apapun yang mengganggu kan?"

"I scared uncle..."

"Ren Wayland, ingat kan apa yang uncle selalu bilang? You're not alone. You'll never be alone. Kamu punya Mommy, uncle, Mark, Jaemin dan juga Daddy kamu kan? Kami semua ada untuk kamu, jadi jangan pernah berpikir kamu sendiri, hmm? Okay?"

Renjun tidak menjawab hanya mengangguk samar. Sungguh Renjun terlihat sangat rapuh.

"Okay, sekarang tarik napas panjang pelan-pelan lalu hembuskan."

Renjun mengikuti instruksi Jaehyun di dampingi oleh dokter Hong. Kyuhyun hanya menatap semuanya dalam diam dan perasaan kebingungan.

Setelah tampak lebih rileks, Renjun berbaring masih dengan video call dari Jaehyun. Lupa sama sekali dengan kehadiran papa-nya.

Dokter Hong beranjak dan memberi isyarat agar Kyuhyun mengikutinya.

Mereka kini berada di luar kamar Renjun bersama Vernon.
Kyuhyun masih menatap cemas putranya dan dokter Hong meyakinkannya bahwa Renjun sudah mulai baik-baik saja.

"Anda tidak perlu khawatir, Renjun sudah tidak apa-apa. Hanya saja dia masih butuh istirahat." ucap dokter Hong.

"Benarkah yang anda katakan?" tanya Kyuhyun yang dijawab dengan anggukan oleh sang dokter.

Kyuhyun menghembuskan napas lega.

"Anda sangat mengkhawatirkannya."

"Tentu, aku papanya. Sejak kapan putraku mengalaminya, serangan panik ini?" tanyanya menuntut jawaban dari vernon dan dokter Hong.

"Tuan muda mengalami serangan panik sejak usia 10 tahun." kali ini ucapan Vernon sukses membuatnya kembali membelalak terkejut.

"Usia 10 tahun?" tanyanya tidak percaya. "Dan aku tidak tahu?!"

"Dulu tuan muda pernah mengalami bullying saat berusia 10 tahun."

"Bullying? Putraku?"

"Benar, sekalipun bukan secara fisik namun membuatnya trauma. Verbal bullying karena dia tidak memiliki seorang papa."

Hati Kyuhyun mencelos mendengar penjelasan dari Vernon. Sama sekali tidak menyangka bahwa sang putra mengalami hal tersebut.

Dia sudah memastikan keadaan Hyuri dan putranya itu selama ini dan memang tidak ada hal serius dari laporan yang didapatkannya.
Orang yang ditugaskannya mengawasi dan melindungi putranya di London adalah orang yang dipercayainya dan ditambah kenyataan Hyuri menyembunyikan
ini darinya sungguh menyakiti dan membuatnya kecewa.

"Kenapa aku tidak tahu sama sekali tentang hal ini?" tanyanya lirih lebih seperti menggumam.

"Nyonya muda sangat menyembunyikan hal ini, termasuk pada anda ataupun keluarga Wayland sendiri."

"Ayah dan ibu tidak tahu?" tanya Kyuhyun mendapati rahasia lain yang mantan istrinya itu sembunyikan.

"Tidak, hanya Nyonya muda, Jaehyun, saya dan dokter Hong yang tahu."

"Astaga Hyuri..." desah Kyuhyun yang pusing dengan semua informasi tiba-tiba ini.

Dia memang tidak sering pergi ke London, hanya sesekali mengunjungi.
Dan ya, memang status Renjun yang bukan putra dari pernikahannya dengan Hyuri menjadi sesuatu yang sulit. Dia ingin sekali memberikan nama keluarganya saat anak itu lahir namun Hyuri menolaknya juga ayah dan ibu mereka tentunya.

Hyuri yang dengan keras kepalanya tidak mau memberitahukan siapa ayah kandung Renjun pada keluarga mereka. Dan mengatakan cukup dia yang menjadi satu-satunya orang tua bagi Renjun.

Tapi Kyuhyun tahu kebenarannya dan telah berjanji untuk diam pada Hyuri.
Dan karena rahasia itulah Kyuhyun selalu merasa bersalah pada Renjun.

"Aku sungguh tidak tahu jika hal bullying seperti itu bisa terjadi di London."

"Sebenarnya bukan dari lingkungan buruk yang menyebabkan tuan muda mengalaminya. Namun karena beberapa orang dewasa dalam lingkaran bisnis yang menyerang keluarga Wayland menggunakan tuan muda."

Kyuhyun mengusap wajahnya kasar, hatinya sungguh sakit mendengar kebenaran yang ditutupi darinya selama ini.

Dia gagal menjadi ayah untuk Renjun.

"Terimakasih atas penjelasanmu, aku harus bicara dengan Hyuri."

Kyuhyun mengambil ponsel dalam saku jasnya, menghubungi Hyuri menuntut penjelasan.
Namun setelah deringan cukup lama yang terus di ulanginya beberapa kali, Hyuri tidak menjawab panggilannya.

Menghembuskan napas kasar dan lelah, Kyuhyun kembali ke kamar Renjun.

Dilihatnya Renjun tertidur memeluk ponsel yang tadi digunakannya bicara dengan Jung Jaehyun.
Kyuhyun mendekat, memindahkan ponsel ke atas nakas, membenahi selimut untuk Renjun dang mengusap lembut surai coklat putranya.

"Maaf."

"Maaf karena Dad tidak bisa menjadi papa yang baik untukmu.
Maaf membuatmu harus mengalami hal buruk seperti ini, Nak.
Kau tahu kan kalau Dad sangat menyayangimu?"

Kyuhyun mengecup pelan puncak kepala Renjun sebelum beranjak keluar dari kamar.

Diluar Vernon dan dokter Hong masih menunggunya.

"Anda akan menginap?"

"Tidak. Aku sangat ingin tapi Jaemin menungguku dan aku tidak mau putraku yang lain merasa khawatir."

Vernon mengangguk mengerti.

"Bisakah kupercayakan Renjun pada kalian? Aku akan datang lagi besok."

"Anda tidak perlu khawatir tuan Cho, saya akan melindungi tuan muda dengan sungguh-sungguh."

"Saya akan melakukan yang terbaik untuk merawatnya."

Kyuhyun mengangguk mendengar jawaban Vernon dan dokter Hong. Setelah berterimakasih Kyuhyun  kembali pulang meski hatinya ingin menemani Renjun.

.
.
.

.
.

"Pa, gimana? Renjun mana?"

Pertanyaan Jaemin langsung tertuju saat Kyuhyun pulang memasuki rumah sendirian.

"Ren akan tinggal disana sementara waktu."

Jaemin menatap papa-nya tidak percaya, "Kenapa? Renjun baik-baik aja kan Pa? Terus kenapa harus tinggal disana? Papa harusnya bawa Ren pulang kan?"

"Jaemin stop. Tanya satu-satu, papa pusing."

Kyuhyun merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah diikuti Jaemin yang duduk di sampingnya dengan tidak sabar.

"Renjun manaa?"

"Jaemin nggak dengar tadi papa bilang apa, adik kamu malam ini menginap di rumah utama bunda. Besok papa kesana lagi mau jemput."

"Jaemin ikut ya!"

"Nggak, besok kamu kuliah."

"Iya sih, tapi aku mau ketemu Renjun. Lagian kenapa sih pa? Ren kenapa?"

Kyuhyun membuka matanya yang terpejam, menatap putra sulungnya itu. Menimbang haruskah dia memberitahu Jaemin tentang keadaan adiknya?

"Pa, Jaemin nanya kok diem aja."

"Hmm?" Kyuhyun membenahi posisi duduknya, "Jaemin tahu apa yang terjadi sama Renjun tadi?"

"Nggak, karena tadi kakek dan nenek ajak Jaemin pergi. Jaemin nggak enak ninggalin Renjun soalnya dia cuma diem dan keliatan pucet gitu."

Kyuhyun terdiam mendengar penjelasan Jaemin.

"Pa, aku sadar kok sikap kakek dan nenek tadi keterlaluan ke Renjun. Apa Renjun sakit hati karena itu trus nggak mau pulang kesini?"

Kyuhyun mengusap pelan surai hitam putranya, dia tidak tahu harus menjawab apa karena kenyataannya dia sendiri tidak bisa melakukan apa-apa saat ayah ibunya jelas jelas menolak kehadiran Renjun.

"Kamu khawatir sekali ya pada Renjun?"

"Papa kok nanya gitu, tentu aku khawatir. Renjun itu adik Jaemin satu-satunya dan Jaemin sayang Renjun pake banget."

"Kalau begitu doain papa supaya besok bisa ajak adik kamu pulang ya?"

Jaemin merasakan hal aneh ketika mendengar ucapan papa-nya.

Kenapa papa terdengar tidak yakin? Kenapa papa terdengar ragu?
Ada apa sebenarnya?

Sekarang hatinya benar-benar tidak tenang.

.
.
.
.

Keesokan paginya Kyuhyun berangkat pagi-pagi sekali ke rumah utama.
Jaemin yang memang ada kelas pagi hanya menatap khawatir sang papa dan berangkat ke kampus.

"Hei, kenapa? Pagi-pagi udah ngelamun."

Jeno duduk disamping Jaemin yang saat ini sudah berada di kelas.

"Jeno, adik gue gimana kabarnya?" gumamnya lirih.

"Emang semalam gimana?"

"Ren nggak pulang, papa bilang sementara dia tinggal di rumah bunda. Jeno, kok gue ngerasa ada hal yang janggal ya? Gue khawatir banget."

Jeno masih terdiam, dia nggak tahu harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak pada Jaemin.

"Papa lo nggak bilang sesuatu?"

Jaemin menggeleng pelan. Wajahnya tampak murung dan khawatir.
Jeno ragu apa dia bisa menyimpan kenyataan dari Jaemin.

"Papa tadi pagi udah berangkat ke rumah bunda jemput Ren."

"Harusnya lo tenang sekarang dan tunggu kabar dari om Kyuhyun."

Jaemin menghembuskan napas panjang tepat saat dosen mereka memasuki kelas.

Jeno melirik lagi sahabatnya itu, dia akan memberitahu Jaemin nanti setelah dia mendengar kabar dari om Kyuhyun.

.
.
.

Wayland mansion.

Kyuhyun sudah sampai sejak tadi namun kedatangannya dikejutkan oleh keberadaan sosok lain di rumah itu.

Hyuri.

Ibu dari anak-anaknya itu berada disana.

Hyuri sedang berada di kamar Renjun saat Kyuhyun datang.
Sepertinya putranya itu belum bangun karena obat penenang dari dokter Hong. Melihat kedatangannya Hyuri segera beranjak dan mengajak Kyuhyun keluar dari kamar.

Mereka kini berada di ruang tengah yang jauh dari kamar Renjun.

Keduanya saling menatap dengan pandangan menuntut penjelasan dari masing-masing.

"Jelaskan."

"Bukankah harusnya kau yang menjelaskan?"

"Ini bukan saatnya keras kepala Kim Hyuri. Kau sudah menyembunyikan kebenaran tentang Renjun padaku. Apa maksud semua ini?"

"Tidak ada maksud apapun. Aku hanya mau melindungi putraku. Bukankah itu wajar?"

"Wajar!? Menyembunyikan hal penting dari seorang ayah adalah hal wajar?"

"Dia putraku Kyu, jika kau lupa."

"Dia juga putraku, dan harusnya kau ingat."

Keduanya terdiam dan saling membuang muka.

Hyuri tersenyum getir.
Dia menghargai kebaikan mantan suaminya ini, yang selalu mau melakukan apapun demi dirinya dan juga Renjun sekalipun Ren bukan darah dagingnya.

"Jadi jelaskan padaku sekarang, semuanya."

Hyuri menghela napas panjang, sakit baginya harus mengingat kembali masa mengerikan itu kembali.
Namun Kyuhyun berhak tahu karena memang selama ini mantan suaminya itu begitu peduli dan menyayangi putranya dengan sepenuh hati.

"Saat berusia 10 tahun Ren mengalami verbal bullying yang membuatnya trauma dan sering mengalami serangan panik. Bukan dari lingkungan atau anak-anak teman sekolahnya tapi lebih pada orang-orang dewasa yang menggunakannya demi kepentingan mereka."

"Orang dewasa? Siapa? Menggunakan Ren untuk apa?"

"Ren dianggap 'aib keluarga Wayland karena terlahir diluar status pernikahan dan tidak diketahui siapa ayah biologisnya.'
Itulah yang orang-orang sialan itu katakan dan beritakan untuk yah... kau tahu untuk menjatuhkan reputasi keluarga Wayland. Para kompetitor pesaing bisnis berlomba-lomba mencari tahu kebenaran tentang Ren yang sudah kututupi selama ini. Dan saat mereka tidak berhasil menemukan fakta sebenarnya, mereka membuat berita tidak masuk akal di setiap forum ataupun majalah bisnis.
Aku cukup bisa mengabaikan semua omong kosong itu. Tapi tidak dengan Ren, setiap kali aku membawanya ke setiap acara formal, orang-orang brengsek itu akan mulai bicara dengan sengaja mengatakannya di hadapan Ren yang saat itu hanyalah seorang anak kecil."

Hyuri diam sejenak mengambil napas panjang dan berat, mengusir sesak yang ada di hatinya.

"Bagaimana dengan ayah dan ibu? Mereka tidak mengatakan apapun tentang itu?" tanya Kyuhyun pelan, dia sama sekali tidak menduga terjadi hal seperti ini diluar penjagaannya.

Padahal selama ini sejak Hyuri memutuskan merawat Ren sendiri di London, Kyuhyun menugaskan orang kepercayaannya untuk mengawasi dan menjaga mereka di London.
Juga melaporkan padanya setiap hari tentang apa yang terjadi pada Hyuri dan Ren.
Tapi kenapa dia sampai tidak tahu masalah ini?

"Ayah tidak ambil pusing dengan hal seperti ini, baginya Ren tetaplah cucunya dan bagian dari keluarga Wayland. Tapi ibu seperti yang kau tahu, dia tidak menyukai
hal-hal seperti ini dan dia masih menganggapmu sebagai menantu idamannya begitu juga Jaemin sebagai kesayangannya. Aku tidak tahu bagaimana persisnya itu terjadi,
namun suatu hari Ren bertanya padaku apakah dia bukan putraku?"

Hyuri tertawa hambar dan terdengar menyakitkan. Kyuhyun masih duduk di hadapannya setia mendengarkan dengan hati yang tak kalah sakit.

"Kau tahu bagaimana perasaanku saat dia menanyakannya padaku? Ren bilang dia mendengar orang-orang mengatakan padanya jika dia bukan putra pewaris keluarga Wayland, bukan anak sah dimata hukum, aib besar bagi keluarga konglomerat. Aku rela menukarkan seluruh kebahagiaanku untuknya agar dia tidak terluka. Tapi mereka melukainya dengan kata-kata yang penuh kebohongan. Anak kecil yang tidak seharusnya mendengar hal seperti itu."

"Mereka tidak akan berani saat ayah ada bersama Ren, tapi saat Ren sendirian aku benar-benar melihatnya saat itu—

'Oh jadi ini anak itu?'

'Siapa namanya? Apakah keluarga Wayland benar-benar mengakuinya?'

'Memalukan sekali membawa anak seperti itu ke acara seperti ini."

'Entah dia itu anak siapa, dia hanya beruntung lahir dari rahim putri keluarga Wayland.'

Hyuri menutup wajahnya mengusap air matanya. Sakit sekali rasanya mengingat masa kelam itu.

"Maaf. Seharusnya aku melindungi kalian."

Kyuhyun berdiri dan merengkuh mantan istrinya itu dalam pelukannya.
Dia pun merasakan sakit mendengar cerita Hyuri.

Ren tidak seharusnya mendengar hal seperti itu. Seharusnya putranya tidak pernah mengalami hal itu jika dia bersamanya.

"Ren kecil ketakutan setiap melihat orang-orang menatapnya terang-terangan, berbisik dan mendekatinya. Dia akan menangis dan serangan panik itu datang. Dia bahkan tidak bisa bertemu dengan banyak orang tak dikenal setelah itu tanpa mengalami serangan panik."

"Jadi itu alasanmu membuatnya home schooling saat itu?" tanya Kyuhyun mengingat.

Hyuri mengangguk sebagai jawaban dan melepaskan diri dari pelukan Kyuhyun setelah merasa cukup tenang.

"Aku butuh waktu lama untuk membuatnya kembali dalam keadaan baik-baik saja tanpa sepengetahuan ayah dan ibu. Jaehyun dan Vernon membantuku bersama dokter Hong. Dan akhirnya Ren bisa kembali seperti semula."

"Maaf aku tidak tahu dan malah membawanya ke acara perusahaan."

"Bukan salahmu sepenuhnya Kyu. Salahku karena tidak memberitahumu, aku tidak menyangka kau akan mengajaknya."

"Dia bertemu ibu dan ayah semalam. Kurasa itu yang membuatnya panik, dan juga beberapa tamu yang menanyakan dirinya. Maafkan aku tidak menjaganya."

Hyuri tersenyum tipis, "Ibu dan ayahmu tidak menyukai Renjun kan, sejak dulu."

"Maaf."

"Mom?"

Suara panggilan itu membuat Hyuri dan Kyuhyun menoleh, mendapati Renjun berjalan menuruni tangga menuju mereka.

"Yes, sweetheart. I'm here."

Mengerjapkan matanya tidak percaya lalu Renjun berlari kearah mereka dan menubruk mereka dengan pelukan.

"Ini beneran Mom? Dad?"

Keduanya tersenyum dan mengangguk. Renjun kembali memeluk keduanya dengan senyum lebar dengan air mata tergenang disudut matanya.

"Anak Mommy yang jago berantem sekarang jadi cengeng?"

"I miss you Mom... jangan tinggalin Ren ya Mom?"

Hyuri tersenyum mengusap punggung putranya lembut, dia menahan untuk tidak menangis dihadapan putranya.

"Mom tidak akan pernah meninggalkan kamu. Ingat itu ya?"

Mereka melepaskan pelukan, Kyuhyun mengusap kepala putranya itu lembut.

"Dad?"

"Iya, Dad akan selalu ada buat kamu."

Sepertinya Renjun sudah pulih melihat keadaannya sekarang yang jauh berbeda dari semalam.

"Sarapan yuk?" ajak Hyuri memeluk lengan putranya.

"Bertiga?"

"Iya, sama Dad juga. Yuk!"

Senyum tampak terukir jelas di wajah Renjun.

Hyuri dan Kyuhyun saling menatap dan menghela lega. Sepertinya mereka tidak tahu bahwa senyum Renjun bagaikan kaca bening yang tipis.

Yang bisa pecah berkeping-keping dalam sekejap.

.
.

Bersambung.

.
.

Halooo semuanya!
Pertama-tama mau minta maaf kalau part ini terasa berat. T_T

Disini mulai akan muncul konflik keluarga terutama dalam diri Renjun.
Maaf ya Injun sayang, kamu jadi sad boy :')

Tapi semoga nggak sad ending.
Eh, endingnya masih lama sih...
wkwkwk

Nanti deh, kalian bakal tahu seiring munculnya chapter lain.

Makasih banyak buat kalian yang masih dan mau bacaaaaa!

Thankyou, makasih dan gomawo you all!
Semoga kalian nggak kecewa.
Sampai ketemu di next chapter.

Salam sayang
Mamanya JaemRen.

Vernon Chwe.
Orang kepercayaan Hyuri nomor dua setelah Jaehyun.

Joshua Hong.
Dokter pribadi Renjun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro