Chapter 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Neya memutuskan pergi meninggalkan lelaki itu. Ia tidak bisa bertahan lebih lama, takut kesedihan serta kemarahannya bertambah besar.

Saejun melihat ke arah punggung Neya yang menjauh pergi. Ia tidak tahu kenapa seketika merasakan sesak di dada melihat kepergian gadis itu. Ia memegang kepala karena frustrasi, berharap bisa mengingat kenangan yang pernah ia lalui dulu. Sungguh, ingin cepat meminum darah Neya agar bisa terbebas dari hidup yang mencengkeramnya ini.

~~~~

"Kim Ne Ya!" sapa Giyeom  pada gadis yang turut membuat teman-temannya menoleh.

Giyeon hendak berlari ke arah mereka. Namun, dengan cepat Saejun menghentikan langkah karena ia mencium darah dingin dari mereka semua.

"Tidak, ayo, kita pergi!"

"Kenapa? Lalu bagaimana dengan Neya?

"Apanya yang kenapa? Ayo, kita pergi saja!"

Lebih baik Saejun mengajak pergi, jika tidak ia tidak tahu akan jadi apa temannya ini. Saejun akan melindungi Giyeon apa pun yang terjadi. Lelaki itulah yang membantunya selama ini. Sikap polos membuat Saejun ingin melindungi Giueon.

'Dia seperti adik bagiku.

~~~~

Tepat di taman kampus mereka kembali bertemu. Daeho setengah mendengkus, lalu menatap tajam pada Giyeon

"Kau menyukai Neya?" tanya Daeho pada Giyeon yang tengah duduk sendiri di taman.

"Pergi!" titah Saejun yang tiba-tiba berdiri di samping Daeho.

"Jangan khawatir!"  Daeho mendekati Saejun, kemudian berbisik, "Kau akan mati di tanganku pengkhianat."

Daeho pergi dengan mengantongi tangan. Giyeon bingung dengan mereka berdua.

"Apa kalian bermusuhan? Setahuku dia pacar Neya, apa kau juga menyukai Neya, Saejun?" tanya Giyeon membuat lelaki yang berdiri di sampingnya terkejut. Saehun tak menjawab, ia hanya diam karena memang tak ingin membahas masalah yang menurutnya tak penting.

~~~

Di rumah besar terlihat singup itu sedang diadakan rapat.

"Nona! Manusia serigala mendekat untuk memulai pertarungan." Neya menghela napas mendengar Tuan Song mengatakan hal tersebut.

"Ah, melahkan sekali ... siapkan semuanya, Tuan Song!" perintah Neya sembari meminum darah. Ia meremas gelas sampai pecah, kemudian membantingnya.

"Kita harus bagaimana sekarang?" tanya Jeunghoon.

Neya hanya diam sembari menghela napas panjang.

"Tidak bisakah kita hidup dengan damai?" geram Soomi. "Kenapa para serigala itu selalu mencari perkara dengan kita?" tambahnya yang turut menambah kekesalan Neya.

"Kalian diamlah! Aku tak bisa berpikir!" ucap Neya dengan mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. "Ayah, sekarang bagaimana ini? Apa ini yang kau maksudkan dulu?" Mata Neya mulai berkaca-kaca. Ia tak bisa berpikir dengan jernih.

"Jangan khawatir! Aku ada di sampingmu." Daeho menepuk-nepuk bahu Neya mencoba untuk menenangkan gadis itu. "Tak akan aku biarkan dia melukaimu," tambahnya.

Para serigala-serigala itu semakin mendekat ke rumah Neya. Para vampir telah bersiap-siap untuk adegan yang akan menakjubkan. Pertarungan hebat akan terjadi di rumah ini.

Para vampir berhasil mengalahkan serigala-serigala yang sudah berjatuhan di lantai. Sampai pada akhirnya Saejun datang dan mengalahkan semua vampir dengan sekali loncatan.

"Siapa yang menyuruh kalian datang ke rumah ini?" bentaknya marah pada anggotanya. "Jika ada orang yang akan membunuhnya itu adalah aku."

"Lihatlah siapa yang datang?" geram Neya dengan menatap marah pada Saejun yang telah membuat semua anak buahnya terbunuh tak tersisa. Neya berjalan sembari menancapkan jarum perak ke semua vampir yang telah mati. Ia tersenyum, kemudian kembali menatap tajam mata Saejun.

"Kau, yeah kau! Apa yang vampir lakukan pada serigala?" tanya Neya.

Saejun hanya diam tak berkata apa-apa. Keempat teman Neya menatap marah ke arah lelaki yang sedang bermawah diri.

Tuan Song telah datang dengan membawa banyak vampir lainnya. Peperangan hebat berlangsung lama. Dengan mudah teman-teman Neya membunuh para serigala. Mereka mengambil hati dan jantung dengan sekali tancapan.

Pertarungan berganti di hutan. Neya melihat jari-jarinya yang tengah tergenggam, kemudian dengan sekali kedipan semua jari-jarinya terbuka memperlihatkan kuku panjang. Lalu, mulai menatap serigala dengan tatapan mematikan yang dimilikinya. Sekali gadis itu berlari telah membuat para serigala berjatuhan.

"Kalian bukanlah tandingan Neya."

Ternyata selama ini ayah Neya membuat penelitian tentang serigala. Ia mencari cara untuk membunuh serigala dengan sekali hempasan. Dengan meminum ramuan tersebut serigala yang menyentuh Neya seketika akan mati.

"Kalian para hewan ingin melawan vampir. Hewan adalah hewan manusia adalah manusia dan vampir adalah vampir. Hewan hanya akan jadi peliharaan manusia," ucap Neya sinis.

"Wah, kerja bagus Neya." Soomi menepuk bahu Neya dengan tersenyum menang.

Tak lama kemudian Neya melihat banyak vampir yang berjatuhan di tanah. Saejun tersenyum melihat kemenangan yang diperolehnya. Hanya tersisa sepuluh vampir termasuk Neya dan teman-temannya.

Salah satu serigala hendak membunuh Tuan Song, membuat Neya berlari dengan cepat kemudian memegang serigala itu dan membunuhnya. Melihat ini Saejun bingung harus berbuat apa. Dengan serigala dan vampir yang masih tersisa, pertarungan berlanjut sengit. Saejun dan Neya sedang memawas diri menunggu serangan dari masing-masing. Neya terkejut dengan Saejun yang bisa menyentuhnya. Kalung yang awalnya berwarna perak berubah menjadi abu-abu gelap.

'Kenapa bisa terjadi seperti ini?' pikirnya dalam hati.

Pertarungan terjadi dengan saling lempar melempar. Ketika Neya berhasil melempar Saejun ke tanah ia malah menanyakan keadaan lelaki tersebut. Jelas, jika Neya masih memiliki perasaan pada lelaki yang telah membunuh ayahnya.

Saejun menendang Ne ya sampai terpental ke pohon. Gadis itu menghela napas,  tidak seharusnya ia merasa khawatir.

"Hoi, si pucat! Cepat bunuh dia!" perintah Soomi ketika melihat Neya berhasil mencengkeram Saejun.

Sesaat, niatnya terhenti oleh beberapa kenangan-kenganan yang mengganggu pikirannya. Berputar-putar di otak, kayaknya kaset rusak. Ia tidak menyangka jika kenangan itu akan menjadi hal menyedihkan dan menyakitkan.

"Cepat bunuh dia! Jika benar dia lelaki yang pernah berada di hatimu, dia tidak akan pernah melupakanmu! Sekalipun dia harus kehilangan ingatan, dia akan tetap mengingatmu di hatinya. Dia bukan lelaki itu, kan? Cepat bunuh dia, Neya!"

Ucapan Soomi mengingatkan akan kebodohannya yang telah menunggu lelaki ini untuk bertahun-tahun lamanya.

Vampir kalah jumlah, teman-teman Neya telah tertangkap oleh para serigala.

"Jika kau memerintahkan anak buahmu untuk membunuh teman-temanku, akan aku pastikan kau mati di tanganku!" ancam Neya terlihat frustrasi.

Daeho datang membebaskan Jeonghoon, Soomi, juga Insoo. Mereka memulai pertarungan kembali. Saejun berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Neya. Namun, dengan mudah Neya membuatnya tersudut di cengkeramannya kembali.

"Diam!" perintah Neya.

Daeho tidak begitu memperhatikan sekitar lantaran terlalu fokus membunuh serigala. Ia tertusuk pisau perak yang memang sengaja diarahkan padanya. Iamerintih, kemudian terjatuh ke tanah.

"Kakak!" teriak Neya yang berhasil menghentikan pertarungan, kemudian berlari membunuh serigala itu lalu menidurkan Daeho di pangkuannya.

~Tbc~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro