Path-06 : Trouble Start

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku membuka mataku, kemudian kembali menutupnya saat merasakan cahaya mentari begitu menusuk. Setelah mengerjap-ngerjapkannya untuk beberapa saat, aku mengusapnya dan beranjak duduk. Aku mengarahkan pandanganku ke seluruh bagian ranjang tempatku berbaring, kemudian menatap sekitarku. Sekarang ini aku terbangun di atas ranjang kamarku. Ini hal yang aneh, tentu saja. Bagaimana caranya aku bisa berada di sini? Padahal jelas semalam aku terlelap di kereta terbang.

Setelah berpikir cukup lama dan tak kunjung mendapatkan jawaban, aku memutuskan untuk kembali mengedarkan pandanganku, mencari keberadaan sesuatu. Keningku terlipat begitu aku tidak menemukan keberadaan Xia-xia di manapun.

Baiklah, sekarang ini hari Minggu, jadi mungkin saja hewan itu sedang bermain dengan pixieball lainnya.

Aku segera melompat bangun dari ranjang, kemudian merenggangkan tubuhku yang sedikit terasa pegal. Setelah itu, aku segera melesat ke Kamar mandi dengan satu setel baju casual dan handuk.

Hari libur ini takkan aku sia-siakan. Aku bertekad akan berlajar dengan giat di Perpustakaan.

***

Yura menopang wajahnya, sesekali menghela napas bosan. Dia menatap jera lelaki berambut navy yang sedang fokus di depan penggorengan. Itu Hide, dan lelaki itu sedang belajar membuat omelet, dengan Yura yang menjadi gurunya.

Gadis itu memperhatikan setiap langkah yang Hide lakukan, mencoba mencari di mana kesalahan lelaki itu. Tapi, sedari tadi tak ada satupun kesalahan. Hide mengikuti intruksinya dengan benar, bahkan takarannya pun pas. Lalu, mengapa rasa omelet yang sedari tadi rasanya masam?

Yura mengernyitkan keningnya begitu melihat ada sedikit kejanggalan. Hide memasukkan sebuah bumbu yang tidak ada di dalam resep yang ditulisnya. Dengan sigap, Yura segera menahan Hide sebelum sempat lelaki itu menuangkannya. "Stop! Itu bumbu apa?"

"Eh? Ini?" Hide memamerkan botol kecil berisi bumbu berwarna merah kepada Yura. Wajahnya tersenyum lebar. "Ini bumbu spesial dari Val! Bumbu ini terbuat dari saringan buah grasslime. Katanya ini sangat manjur untuk orang yang sedang jatuh cinta!"

Entah mengapa, Yura justru menepuk keningnya, tampak pasrah. "Hide, kamu ini bodoh atau apa?" erangnya putus asa.

Hide memiringkan kecil wajahnya, "ya?"

"Grasslime itu rasanya masam, hanya digunakkan untuk membuat air lemon. Pantas saja dari tadi omeletmu rasanya aneh, ternyata kamu memasukkan bumbu itu. Haduh, kau ini bodoh ya?"

Senyuman sirna dari wajah lelaki itu, dia tampak kecewa. "Berarti, aku dibohongi oleh Val?"

"Kamu baru sadar?!"

"Anak itu..." Hide menggertakkan giginya, kesal. "Awas saja, akan kubuat dia menyesal!"

Diluar dugaan, Yura justru tertawa. "Ternyata kamu benar-benar bodoh, ya? Astaga, aku tak bisa berhenti tertawa."

Hide tersenyum simpul. Melihat gadis yang disukainya tertawa meredam emosinya. Dia mengendikkan kedua bahunya, kemudian melanjutkan kegiatan memasaknya. "Oh iya, kamu sudah mendengar berita terbaru?"

"Tentang murid baru?" Yura memutar bola matanya, "kalau tentang itu, sudah. Membosankan sekali, semua orang membicarakan dia."

"Bukan," raut wajah lelaki itu tampak serius. "Ada berita yang lebih buruk."

Kalimat yang terlontar dari mulut Hide membuat Yura mendongakkan kepalanya. "Oh ya? Apa itu?"

"Kudengar, ada beberapa murid yang tidak bisa menggunakkan kekuatannya," raut wajah lelaki itu datar, bahkan hampir tidak berekspresi. "Ini aneh. Tak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya."

Yura mengedipkan matanya beberapa kali, tampak terkejut. "Benarkah? Ini buruk sekali. Lalu bagaimana? Apakah kekuatan mereka menghilang?"

"Kekuatan tidak pernah bisa menghilang, kecuali jika si pemilik kekuatan tersebut sudah tiada," Hide mematikan kompor. Dia menghela napas panjang. "Kata Clyde, mereka semua terkena efek sihir hitam. Kekuatan mereka terkunci untuk beberapa saat, entah berapa lama."

"Tapi bukan berarti tidak bisa digunakkan lagi, kan?" Yura menggigit bibir bawahnya, tampak cemas. "Kehilangan kekuatan adalah mimpi terburuk setiap penyihir."

"Memang," Hide memindahkan omelet dari atas penggorengan ke piring saji. "Nah, sudah siap! Silahkan dinikmati!"

"Terima kasih," Yura menatap omelet panas di atas piring tanpa berselera. "Tapi mungkin... kamu saja yang makan. Aku sedang tidak ingin."

"Sayang sekali, padahal aku berani bertaruh kali ini rasanya enak!" Hide menarik kursi di samping Yura, kemudian meraih sendok perak. "Selamat makan!"

"Hm," Yura menopang wajahnya, dia sangat cemas memikirkan berita buruk itu. Bagaimana jika kekuatan yang terkunci itu tidak kembali? Dan yang lebih aneh, bagaimana mungkin ada sihir hitam di sini? Sama sekali tidak masuk akal. Kejadian ini mirip sekali dengan William yang terkena efek sihir hitam. Dia mendengarnya langsung dari William. Katanya dia tidak dapat melihat masa depan lebih jelas, hanya terlihat samar saja. Setelah Clyde mengeceknya, ternyata dia terkena sihir hitam yang mengunci sebagian dari kemampuannya. Ini aneh, sangat aneh. Tidak mungkin Amartia kembali melakukan aksi jahat, karena dia sudah mendekam di penjara bawah tanah Kerajaan Timur. Lagipula, dia tidak memiliki kristal kematian yang mana menjadi sumber kekuatannya.

Ah, memikirkannya saja sudah membuatku gila, Yura mengacak pelan rambutnya. Lebih baik aku mendiskusikannya dengan Dewan nanti.

"Hei, Yura."

Yura menoleh saat mendengar namanya dipanggil oleh Hide. "Apa?"

Lelaki itu terdiam beberapa saat, menatap sepiring omelet di hadapannya dengan wajah masam. "Sepertinya aku memasukkan gula lagi, bukan garam."

Yura menatap datar Hide untuk beberapa saat, sebelum akhirnya memberikan saran, "sebaiknya kamu menyerah saja. Aku yakin kamu bukannya tidak bisa, kamu hanya tidak berbakat saja."

***

Kondisi Ruang dewan begitu sepi, hanya ada Hanz sendiri bersama tumpukkan berkas lainnya. Hanz tak habis pikir, bagaimana bisa tugas sekretaris lebih sibuk dibanding ketua dan wakil? Ralat, dia berasa menjadi wakil bayangan Romeo. Sena tidak pernah mau jika diminta mengurus berkas, dan membuat Hanz--yang mau tak mau--harus mengerjakan semua tugas Sena yang terlantar itu.

Hanz dengan senang hati mengerjakan tugas Sena. Hanz tidak suka jika hanya berdiam diri saja. Dia harus melakukan sesuatu. Jika tidak ada kerjaan, dia mungkin akan ke Perpustakaan atau berlatih mengendalikan kekuatannya di Taman sekolah.

Terlalu sibuk, ia tak sengaja menyenggol tumpukkan berkas di sampingnya. Hanz menghela napas panjang begitu mendapati berkas-berkas yang telah ia susun sekian lama berceceran kembali. Dengan sebal, Hanz kembali merapihkan berkas-berkas tersebut. Tanpa sengaja, matanya tertumbuk pada satu kertas berisi informasi siswa. Hanz tahu dia tidak boleh sembarangan melihat isi berkas, tapi rasa penasarannya mengusir jauh peringatan tersebut. Maka Hanz membaca cepat tulisan yang tercatat di atas kertas tersebut.

"Ini aneh," gumam Hanz pada dirinya sendiri. "Tanpa ada riwayat hidup? Sepertinya aku harus mendiskusikannya dengan yang lainnya segera."

Pintu ruang dewan terbuka lebar, membuat Hanz refleks menyembunyikan kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya. Terlihat ada Alice di sana, dengan mata sembab dan wajah memerah. Hanya dengan melihatnya sekilas, Hanz tahu Alice baru saja menangis hebat. Ia segera berjalan cepat menghampiri gadis itu dengan air wajah khawatir. "Alice?! Ada apa denganmu?"

"H-Hanz..." air mata mulai membanjiri pipi Alice. "A-Aku..." gadis itu menatap kedua telapak tangannya, tangisnya pecah seketika.

Hanz segera memeluk tubuh mungil Alice dengan erat di dalam dekapannya. "Apa apa? Sudah... sudah.. jangan menangis. Ada aku di sini. Katakan saja padaku."

"Aku..." Alice memejamkan matanya, mencoba berkonsentrasi. Ia melepas pelukkan Hanz, kemudian kembali membuka mata. Gadis berkacamata itu jatuh terduduk begitu tahu ia tidak merasakan apapun. Tangisnya kembali pecah, tangis hiteris. "Kekuatanku... hilang."

Hanz tampak terkejut mendengarnya. "Apa maksudmu?!"

"Aku... tidak bisa memakai kekuatanku."

***TBC***

Magic Cafe

HAHA! Konflik dimulai manteman!!!

Eh enggak juga sih, ini baru permukaan doang. Konflik utama munculnya masih lama. Ntar, setelah Kena dkk masuk kelas Senior.

Hmmm... bahas apa yah di MC kali ini......

Oh! Mari kita bahas tentang kehidupan di dunia sihir!

Seperti yang kalian tempe (?) Wilayah di dimensi sihir itu terbagi menjadi 7, sesuai arah mata angin (Le Vara mager sebut satu-satu)

Nah, kan udah sering dibahas di SOM, dan jika kalian cukup baik hati buat baca MC, kalian pasti udah tau kan?

Vara ga mau ulang lagi ya, ibukota di setiap Kerajaan apa aja, udah sering dibahas di MC SOM. Urutannya juga udah pernah dibahas.

Intinya kerajaan itu kayak negara di dunia kita. Kerajaan Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, Barat Laut itu negara masing-masing. Ya gitulah, semoga aja kalian ngerti :v
//plakk.

Nah, kehidupan di Dimensi sihir emang mudah. Teknologinya berlipat-lipat lebih maju dibanding di Bumi, tapi nggak semua kehidupan di Dimensi Sihir mudah, lho.

Di dimensi sihir itu ada desa-desa terpencil yang kehidupannya sulit. Nggak semuanya mudah. Semakin dekat letak suatu Kota atau Desa ke Ibukota, maka semakin mahal biaya hidupnya. Meski ga ada anak jalanan di Dimensi sihir (ehh :v) tapi tetep aja biaya hidupnya itu ga mudah.

Contohnya kayak kehidupan Xen di panti asuhan. Masih inget Xen kan? Kan si Xen agak plesbek dikit tuh. Yaudah. Hehe :3

Mungkin ini sulit, dan kalian ga bakal terlalu ngerti. Emang di cerita utama ga terlalu dijelasin, soalnya Vara mau fokus ke konfliknya.

Vara niatnya mau bikin seri The Tales lainnya. Jadi nanti di seri itu bakal dijelasin selengkapnya. Jadi, sabar aja yah bebeb-bebeb Vara sekalian, wkwkkwkwk :v

Hmmmm, kan mata uang di dimensi sihir itu poin. Kalo dirupiahin....

1000 poin itu kayak RP. 100.000

10.000 poin itu RP. 1.000.000

Berarti 100 poin itu RP. 1.000

Dan tentang pocket.....

Pocket itu ibaratkan tas yang bisa diisi apa aja, sebanyak apapun. Tas dengan kapasitas tanpa batas.

Dan tentu aja pocket itu nggak gratis.

Pocket itu dijual oleh pedagang, kayak orang jualan tas lah.

Dan nggak semua pocket punya kapasitas tanpa batas. Yang dimiliki Kena itu yang harganya paling mahal. Kok Kena bisa punya? Yaiyalah, kan dia putri :v

Kalo ga ada pocket, transaksi gimana?

Di beberapa tempat di dimensi sihir, masih ada beberapa desa yang transaksi masih pake koin.

Harga pocket yang paling murah, yaitu pocket yang hanya bisa menampung 10 barang harganya 3000 poin.

Sedangkan yang kapasitas tanpa batas, harganya 50.000 poin.

Ya begitulah. Ekonomi dimensi sihir emang mehong mehong :v

Udah yaw~ saatnya Vara kembali ke dunua fantasi Vara!

Kena: Halah, bilang aja mau nonton anime -_-

HEH! Sok tempe kau Ken! Orang Vara mau ngetik lanjutan cerita, kok!

Kena: Senpai sok banget, huh!

Bodo! Wek!! 😛😛😛

BABAY!!! ADIOS~!

Big Luv, Vara.
🐣🐤🐥

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro