Path-09

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jika kalian berpikir sapu terbang itu keren, aku juga memikirkan hal yang serupa. Tapi, jika kalian berpikir menaiki sapu terbang itu mudah, maka kalian akan salah besar.

Miss Vere berkata menaiki sapu terbang sebenarnya sederhana. Hanya butuh mengucapkan mantra dan menjaga keseimbangan tubuh saat sedang terbang. Tapi nyatanya tidak semudah itu.

"Aduh!" Aku meringis pelan, mengelus bokongku yang menyambut kerasnya tanah lebih dahulu. Aku berdecak kesal, lagi-lagi aku terjatuh.

"Kena baik-baik saja?"

Lizzy mengulurkan tangannya padaku. Aku meraih tangannya kemudian beranjak berdiri. "Terima kasih." Ujarku.

"Tidak masalah." Lizzy mengangkat kedua bahunya. "Menaiki sapu terbang memang sulit, aku bahkan perlu waktu dua bulan untuk mempelajarinya, sampai sekarang pun aku terkadang masih suka terjatuh saat terbang. Itu kenapa aku tidak pernah lulus ujian." Lizzy tertawa hambar.

"Sebenarnya tidak susah, kok." Xia-xia terbang memutariku. "Asal kamu bisa menjaga keseimbangan saja, sudah cukup."

Aku menatap sebal Xia-xia yang berhenti melayang dan duduk dengan manis di kepalaku. "Bagaimana caranya, hewanku yang cerdas? Tolong ajarkan majikanmu yang bodoh ini."

Xia-xia meringis pelan, sedangkan Yumi, Fence, dan Lizzy tertawa.

Kemudian Xia-xia berpose seperti sedang mengajarkan anak SD satu tambah satu. "Caranya mudah, kok. Caranya sama saja seperti saat kamu menaiki sepedah saat di duniamu."

Sama seperti naik sepedah katanya? Naik sepedah ... ya?

"Whoaaaah!! Akh!" Aku sempat terkejut bukan main saat mendapati Yura terjatuh tepat lima puluh senti di hadapanku. "Aduduh ... sakitnya .."

Aku tertawa begitu saja melihat wajah Yura yang memelas menahan sakit. Kemudian aku mengulurkan tanganku dan membantunya berdiri.

Yura meraih tanganku, pipinya mengembung yang membuat wajahnya menjadi lucu. "Susah sekali menaiki sapu terbang."

Lizzy mengangguk setuju. "Benar, tapi kata Xia-xia caranya seperti naik sepedah. Apa itu sepedah?"

Aku kembali tertawa. "Sepedah itu seperti alat transportasi tapi dengan cara digoes. Kurang lebih seperti itu, kamu takan mengerti."

"Oh ... kamu benar, aku tidak mengerti."

Aku mengendikkan bahu tidak peduli, kemudian mencoba sekali lagi menaiki sapu terbangku. Aku mengucapkan sebaris mantra dan sapu yang kunaiki mulai melayang.

Xia-xia ikut terbang di sampingku. "Intinya, kamulah yang harus mengendalikan sapu terbangmu, bukan sapu terbang yang mengendalikanmu, paham?"

Aku mengangguk. Ini pertama kalinya Xia-xia mengatakan hal yang serius, maksudku, biasanya dia selalu mengatakan hal-hal yang tidak perlu 'kan?

Sapu terbangku mulai terbang tidak beraturan. Aku sedikit panik, kemudian aku mengikuti perkataan Xia-xia. Aku menutup mata, membayangkan saat aku masih kecil, saat pertama kali aku belajar menaiki sepedah roda dua. Aku selalu jatuh saat mencoba menaikinya, dan ibu selalu menenangkanku dan menyemangatiku agar aku tidak menyerah.

Waktu itu, ibu berkata bahwa aku harus pandai mengatur keseimbangan. Tidak boleh terlalu ke kanan, juga tidak boleh terlalu ke kiri. Harus seimbang, tidak boleh egois. Jika sudah bisa mengatur keseimbangan, aku bisa dengan leluasa mengatur kemana aku pergi sesuai dengan keinginanku. Caranya mudah, hanya dengan membelokan setir ke kanan untuk berbelok kanan, dan membelokannya ke kiri untuk berbelok kiri.

Aku membuka mataku. Itu dia! Ah, kenapa aku bisa sampai melupakan hal semudah itu?

Aku menarik pelan gagang sapu yang kupegang ke arah kanan, kemudian sapu yang kunaiki berbelok kanan. Lalu, aku menarik pelan lagi ke kiri, dan sapu yang kunaiki berbelok kiri.

Ternyata mudah! Bagaimana mungkin aku daritadi ber jam-jam mencoba memikirkan cara menaiki benda ini sedangkan caranya sederhana. Hanya dengan kemauan dan tekad yang bisa membuat sapu terbang ini menuruti kemauan sang pemilik.

"Hey, lihat! Kena sudah bisa naik sapu terbang!" Yura menunjuk ke arahku yang sedang melayang-layang, menikmati angin sore dari ketinggian.

"Kena keren! Bisa naik hanya dengan waktu tiga jam? Hebat!"

Aku mendengar suara sahut menyahut menyebut namaku dan memujiku. Aku mengerutkan keningku, ini menyebalkan. Walaupun aku senang karena dapat pujian, entah mengapa aku merasa risih. Jadi, kuputuskan untuk mengakhiri acara terbangku dan mendarat dengan mulus.

"Kerja bagus, Kena." Puji miss Vere setelah aku memasukan sapu terbangku kedalam pocket.

Aku tersenyum tipis. "Terima kasih, miss."

Sedetik setelah aku mengatakan itu, murid-murid di kelasku berdatangan dan bergerombol mengelilingiku.

"Kena, ya? Kamu murid baru itu 'kan? Keren sekali! Kamu memecahkan rekor dengan hanya mempelajari sapu terbang dalam waktu tiga jam!"

"Benar! Kamu keren sekali! Boleh daftarkan pocket-mu?"

"Kamu hebat! Nanti malam mau makan bersama, tidak?"

"Salam kenal, Kena! Hari minggu kamu sibuk? Ke pusat kota bersamaku, yuk!"

Dan banyak sekali perkataan serta ajakan lain yang bertubi-tubi. Ingin sekali aku berteriak meminta mereka menjauh dariku, tapi pada akhirnya aku hanya bisa tersenyum.

"Kena, karena kamu memecahkan rekor terbaik, maka miss akan memberimu bocoran tentang ujian kenaikan tingkat minggu depan." Miss Vere tersenyum hangat padaku. Tidak lupa dengan tatapan-tatapan kagum dari murid kelasku.

Kemudian, pocket-ku berdering, menandakan pesan masuk. Layar transparan muncul dari pocket-ku dengan sub-judul: ujian kenaikan tingkat.

Aku menekan tombol konfirmasi dan pesan tersebut tersimpan di pocket-ku. Aku tersenyum lebar. "Terima kasih, miss."

"Sama-sama." Miss Vere menatapku penuh arti. "Baiklah, semua. Kelas telah selesai lebih awal karena hari ini ada rapat. Rapihkan sampah-sampah kalian dan langsung kembali ke kamar masing-masing untuk persiapan makan malam, ya!"

"Baik, miss."

Aku baru saja hendak membaca pesan yang berisi bocoran dari miss Vere, jika saja aku tidak merasa tanganku ditarik tiba-tiba dan membuatku mau tidak mau harus mengikuti orang yang barjalan menjauh dari tempatku berdiri.

Lagi-lagi aku baru saja hendak memprotes, juka saja aku tidak melihat siapa orang yang menarikku menjauh.

"Kenapa?" Tanyaku sambil mengangkat sebelah alis.

"Tidak apa-apa." Jawab Yura dengan ketus. "Aku hanya tidak suka banyak orang yang mendekatimu seperti itu karena kamu mempunyai suatu kelebihan."

Lizzy yang berjalan disampingku mengangguk setuju. "Benar! Mereka melirikmu saat kamu sedang diatas dan meninggalkanmu saat sedang dibawah. Itu menyebalkan, tahu!"

Aku tertawa kecil. "Kalian cemburu?"

"Tidak!" Jawab mereka serempak.

"Jujur saja, cemburu juga tidak apa-apa. Aku justru akan senang." Ujarku, tak lupa senyuman manis yang terukir di wajahku.

Yura berhenti melangkah, kemudian menghela napas pendek. "Iya, iya. Aku cemburu." Jawabnya sembari memajukan bibir mungilnya beberapa senti.

"Mereka menyebalkan sekali! Hari minggu itu 'kan seharusnya aku yang pergi bersama Kena dan Yura ke pusat kota. Aku 'kan sudah duluan mengajak kalian." Lizzy mengembungkan pipinya.

Kali ini aku tidak bisa menahan tawaku. Mereka benar-benar imut sekali. Senang rasanya memiliki teman yang lucu seperti mereka. "Tenang saja, aku tidak akan menerima satu pun ajakan mereka, kok. Kalian itu sudah menjadi prioritasku."

Yura dan Lizzy nyengir lebar.

"Kalau begitu, ayo kita ke kamarku! Aku akan memberi tahu kalian cara mendapatkan uang agar kita bisa pergi ke pusat kota dan berbelanja!" Sahut Lizzy yang dibalas dengan sahutan setuju dari Yura.

Aku tersenyum lebar.

Tanpa kusadari, aku memiliki satu sahabat baru.

To Be Continue ...

Published 26-07-18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro