Path-11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku berdiri di sebuah taman yang indah, beragam bunga bermekaran. Warna warni bagaikan pelangi mengelilingi diriku, aku sangat terpukau.

Aku menyusuri taman bunga yang indah tersebut dengan penuh kekaguman. Harum bunga sangat menenangkanku. Disaat sedang kagum dengan bunga di sekitarku, aku melihat ada sekumpulan bunga yang layu, hitam, dan kering. Aku meringis pelan, bagaimana mungkin diantara rinbunnya bunga, terdapat sekumpulan bunga mati?

Disaat sedang dilanda kebingungan, ada sesuatu yang menarik perhatianku. Sebuah bunga, yang indah, cerah, dan bercahaya. Aku mendekati bunga itu, dan saat jarakku sekitar satu meter, sebuah cahaya terang yang menyilaukan mata menghalangi penglihatanku. Aku menutup mataku beberapa saat, sebelum akhirnya membuka mataku, dan mendapati seorang wanita berpakaian serba putih tersenyum anggun padaku.

Aku mundur beberapa langkah, memasang sikap waspada.

"Si, siapa kamu?!"

Wanita itu tersenyum. "Aku? Apakah kamu tidak mengenalku?"

Aku tertegun sesaat mendengar perkataan wanita di hadapanku. Tentu saja aku tidak mengenalnya. Memangnya dia siapa? Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Walaupun aku merasa sedikit familiar dengannya, sih. Mungkin karena dia hanya berumur beberapa tahun diatasku? Entahlah.

"Aku tidak tahu, tuh. Memangnya kamu siapa?"

Wanita itu tersenyum. "Kalau begitu, itu tugasmu untuk mencari tahu."

Dan setelah aku mendengar perkataannya, cahaya putih menyelimuti tubuhku.

Aku membuka mataku, dan beranjak duduk. Ah, ternyata hanya mimpi. Mimpi yang aneh, sangat aneh. Mimpi yang terasa sangat nyata, tapi hanya sebuah mimpi. Aku bahkan masih mengingat dengan jelas setiap kata yang keluar dari mulutku di mimpi barusan.

Aku menarik napas panjang, dan membuangnya perlahan. Aku menoleh ke arah jarum jam yang menunjukan pukul empat pagi.

Suatu kejadian langka aku bisa bangun sepagi ini.

Mataku terjatuh kepada sebuah objek yang sedang mendengkur dengan nyenyaknya di pangkuanku. Xia-xia tidur sangat pulas sekali, aku jadi tidak tega membangunkannya.

Tanganku mengelus bulu lembut Xia-xia. Jika diperhatikan, Xia-xia begitu imut dan menggemaskan.

"Nnghh ...," mata mungil Xia-xia terbuka dengan perlahan. Tangan kecilnya mengusap wajah bantalnya. "Oh, pagi Kena! Sekarang jam berapa?"

"Empat subuh." Jawabku hangat.

"Oh benarkah?" Sayap Xia-xia mengepak dan menghasilkan serbung kuning. Tubuh kecilnya terangkat beberapa senti dari pangkuanku. "Waw, suatu kejadian langka kamu bisa bangun sepagi ini."

Oke ralat, Xia-xia hanya menggemaskan disaat dia tidur saja. Saat sedang berulah begini, dia sangatlah menyebalkan.

"Kena, masih ada waktu sampai sarapan tiba. Aku tidak bisa tidur lagi." Ujar Xia-xia sambil terbang memutariku.

Aku mengangguk. "Sama, aku juga."

"Hmm, sebaiknya kita melakukan sesuatu." Xia-xia memasang pose sedang berfikir ala dektektif. "Oh, bagaimana jika kita main ular tangga? Aku yang jadi ular, dan Kena yang jadi tangga?"

Aku menatap datar Xia-xia. "Mana ada permainan yang seperti itu?"

Xia-xia hanya cengengesan. "Kan siapa tahu ..." hewan menyebalkan itu terbang dan duduk di atas kepalaku. "Bagaimana dengan bocoran ujian kenaikan tingkat? Kamu sudah lihat?"

"Sudah," jawabku setengah minat. "Itu sama sekali bukan bocoran."

"Memang isinya apa?"

"Latih kecepatanmu."

"Itu sebuah bocoran, Kena bodoh!" Xia-xia melompat-lompat diatas kepalaku. Aku meringis pelan, apa hewan menyebalkan ini tidak berpikir bahwa tubuhnya itu lumayan berat? Aku bahkan tidak tahu jika spesies seperti Xia-xia itu termasuk jenis hewan atau tidak.

"Apa maksudmu bilang aku bodoh, heh?!" Aku menepis Xia-xia agar turun dari kepalaku.

Xia-xia bersungut sebal, kemudian terbang dihadapanku dan menatapku. Majikanku bodoh sekali! Begitulah arti dari tatapannya.

Xia-xia menghela napas pendek, sebelum akhirnya kembali menatapku. "Kamu beruntung, Kena."

"Aku? Beruntung?"

Xia-xia mengangguk. "Sebelum aku terbentuk menjadi pixieball-mu, aku adalah sebuah benih bunga di sebuah tempat yang dinamakan taman kehidupan. Menjadi benih bunga itu menyenangkan, juga membosankan. Menyenangkannya aku bisa melihat apapun yang terjadi di dunia ini, sedangkan yang membosankannya aku tidak bisa melakukan apapun."

"Lalu, apa kaitannya dengan aku yang beruntung?" Selaku dengan tidak sabar.

"Jangan menyelak!" Kilah Xia-xia dengan sebal. "Setahuku, benih kehidupan yang telah bertransfortasi menjadi makhluk hidup akan kehilangan ingatannya sebagai benih. Tapi anehnya, aku tidak. Aku pernah membicarakan hal ini pada Yumi dan Fance, tapi mereka justru menganggap aku gila."

Aku tertawa jahat dalam hati. Memang dia gila 'kan?

"Seingatku, ya, Kena. Setiap bulan ada ujian kenaikan tingkat, dan setiap bulan ujian itu berbeda. Bulan lalu, sebelum kau masuk kesini, ujiannya adalah petak umpat menggunakan sapu terbang. Para guru akan menjadi yang jaga, dan para murid harus terbang dengan lincah melewati pepohonan untuk tiba di garis finis tanpa ditangkap para guru." Jelas Xia-xia.

Aku terdiam. Otakku mulai berputar, mencerna perkataan Xia-xia.

Kelincahan.

Itu adalah kunci ujian tahun lalu.

Jika kunci yang kudapatkan ini adalah kecepatan, berarti ...

"Balap terbang."

Xia-xia tersenyum. "Benar, dan hanya ada satu cara untuk melatik kecepatanmu."

"Bagaimana?"

"Kamu harus menyiapkan energi sebanyak mungkin, karena kamu akan butuh kefokusan yang sangat tinggi."

Aku tersenyum miring. Bagaimana mungkin aku melewati pemikiran sesederhana itu? Ah, bodohnya aku.

Kemudian, aku teringat sesuatu.

"Xia, sekarang jam berapa?"

Xia-xia menoleh ke arah jam dinding bulat yang tertempel di dinding atas kasurku.

"Jam ... setengah enam."

Hening ...

"Eh ..? EEEEHHH?!!" Aku menjerit histeris. "TIGA PULUH MENIT LAGI SARAPAN BERAKHIR!!!"

Tentu saja, disaat seperti ini, waktu berjalan begitu cepat.

To be Continue ...

Published 06-08-18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro