Gerakan pertama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng







Sebelum kak Dimas alias ketua Barata satu menegaskan misi selanjutnya, cezk sudah memberitahuku soal desas desus dua desa yang sedang terkena konflik dengan pemerintahan, kami dan anak barata lainya juga berdiskusi soal konflik desa ini dan bagaimana cara-cara aktivis negara lain menyelesaikan permasalahan seperti ini.

diskusi dimulai pukul 10 siang hingga pukul 8 malam, terjeda sholat dan makan siang. Cezka dan abim membawa banyak kertas kliping hasil penelitian mereka yang sudah di fotokopi sebanyak banyaknya untuk dibagikan ke anggota diskusi lainya, kalau cezka bertangung jawab soal materi negara negara asia menyelesaikan kasus serupa, kalau abim persoalan desa-desa tersebut dan bagaimana bisa terjadi konflik. mereka berdua memang paling gerak cepat untuk mengumpulkan informasi seperti ini.

ada anggota lainya yang muncul dalam diskusi, seperti Tio, Sri ningsih, Eka, Darma dan sekjen barata yaitu Mba Jeni. aku sebelumnya memang sudah bertemu dengan kak dimas, namun untuk berkenalan dan berbincang ,belum, kataya jadwalnya kak dimas memang selalu padat ditambah pergerakanya yang terbatas akibat pantauan aparat setempat.

Kata Cezka, sebenarnya ada banyak anggota barata, namun untuk kumpul dalam satu waktu itu ringkas ketauan aparat atau mudah dicurigai, jadi markas pusat (gedung tua di ujung gang) hanya di datangi oleh orang-orang yang butuh tempat diskusi mendesak, sisanya bisa dilakukan dimana saja asalkan jauh dari pusat kota.

Mba Jeni tidak terlalu sering ke markas, ia lebih suka memimpin kelompok kelompok lainya untuk berdiskusi ditengah kebun pisang warga, atau dalam warung makan tegal bu Amih, atau dimana saja asalkan berpindah-pindah. katanya dengan seperti itu otak dan fikiranya seperti selalu di refresh.

berbeda dengan Mba Jeni, Kak dimas lebih jarang lagi ikut kumpul seperti ini, seperti yang sudah dijelaskan barusan, jadwatnya padat sekaligus pergerakanya terbatas. jadi Adji lah yang memimpin diskusi didalam markas yang berisi Abim yang memiliki ketangkahan dalam misi lapangan dan Cezka sebagai juru bicara barata. Yogi juga kerap hadir di markas mengunakan alat ketik untuk menulis sajaknya, ditambah Ajun yang bersifat diam untuk menulis semua point point diskusi.

awalnya aku sedikit bingung mengapa orang orang hebat dikampus terasa hilang dan tertutup, tidak seperti saat bersekolah anak anak yang memiliki skill sosial yang tinggi akan masuk dalam organisasi. ternyata orang orang hebat di kampus selalu aktif di pergerakan bawah tanah, kumpul dalam senyap dan merancang dalam gelap, semuanya dilakukan bersembunyi dari aparat.

Sebagai anak baru di barata aku sedikit enggan untuk melontarkan pendapatku, selain karena tidak mungkin menyela perebatan keras abim dan cezka, aku juga kurang percaya diri, sepertinya adji menyadari hal ini, jadi setelah topic diskusi selesai disampaikan adji selalu membiarkan yogi menjelaskan pendapatnya dahulu baru adji memberi waktu untukku untuk menjabarkan pendapatku, setelah itu dengan alami abim dan cezka akan mendominasi diskusi.

berbeda dari biasanya, diskusi besar seperti ini Mba Jeni yang memimpin, cara mempinnya mirip-mirip sama adji yang lebih banyak mengamati dengan mata dan telinga, bicara seperlunya, memastikan diskusi memang pada jalanya. namun perbedaanya mba jeni lebih sering memojokan penyataan pendapat yang anggota ajukan hingga benar-benar terpojok, hal iini juga membantu supaya membuat pemikiran lainya menjadi lebih kritis dan bisa mengambil keputusan dalam tekanan. berbeda dengan adji yang sering kali ikut menyemplung dalam perbebatan, menurut cezka juga adji lebih pandai mengambil keputusan di lapangan, sedangkan mba jeni lebih ahli dalam strategi balik layar, kalau kak dimas keduanya pria itu pandai makanya bisa menjabat ketua barata.

ini diskusi besar pertamaku, padahal kami belum tahu akan ikut turun membantu warga di desa itu atau tidak, namun kami disini seolah olah berfikir besok adalah waktunya jadi cepat pikirkan sekarang. dari awal diskusi aku merasa ada sebuah tekanan besar yang menyelimuti kami, suasana berubah total, ekpresi mereka semua menjadi serius.

Materi pertama soal mengapa super power atau EDSA manila bisa berhasil dengan gembira. hal ini dipicu oleh benigo yang mengambil hati seluruh rakyat filipina soal kasusnya yang secara mendadak mendapatkan senapan kematian, pejuang penyakit kanker sekaligus senator yang dikagumi rakyat negaranya itu harus tergeletak tidak berdaya saat baru menginjakan kakinya di filipina setelah sekian lama berada di amerika melawan kanker kanker yang mengerogoti tubuhnya perlahan. saat itu rakyat bersediih harus kehilangan pejuang demokrasi seperti beliau. lalu setelah itu pemilu di adakan, seperti kebanyakan kasus, sang pemimpin negara tampak terlihat mencalonkan dirinya kembali setelah menutupi kasus kasus buruk yang segudang adanya saat masa pemerintahanya, saat itu rakyat ramai-ramai turun ke jalan untuk berdemokrasi secara damai, beruntungnya tidak ada kerusuhan saat itu, semua berangur dengan damai dan penuh gelora.

namun presiden saat itu menutup kupingnya seakan teriakan rakyat tidak pernah mempengaruhinya, pemilu tetap diadakan dan ia kembali menang. rakyat tidak menyerah, terus menerus menekan pemerintah hingga satu persatu kursi parlemen membalik berpihak sepert yang seharusnya hingga pemuka agama ikut turun bersama rakyat menyatu dan berbaur berpihak pada rakyat. hasil itupun membawakan hal yang besar, presiden mereka akhirnya turun dari jabatannya.

setelah cezka dan mbak jeni bergantian membacakan teori hasil klipingnya, kami semua tampak iri dengan people power yang dimiliki negara itu, namun si gila abim malah tertawa, katanya jangan harap indonesia bisa begitu,masyarakat indonesia terlalu heterogen, antara ras, antara daerah, antara agama, semuanya terlalu individualisme, belum sepenuhnya menyatu. hal ini dibantah oleh cezka, katanya indonesia bisa seperti EDSA, indonesia hanya perlu lebih banyak mahasiswa yang berani memasang badan memulai pergerakan, yang penting memulai saja dahulu, nanti para rakyat jika melihat kesungguhan mahasiswa juga akan ikut berani untuk turun ke jalan.

setelah itu mbak jeni bertanya hal apa yang bisa kita ambil dari gerakan EDSA, dan bagaimana kita menerapkanya pada kasus desa desa kedung dalam dan kedung ombo. diskusi terus berjalan satu persatu mulai mengeluarkan pendapatnya, ajun yang sedikit lelah itu bergantian dengan cezka untuk menulis point pentingnya, untuk sementara cezka menjad sedikit pasif lebih sibuk untuk mendengarkan, namun abim masih tetap bersuara mendebat apapun termasuk mbak jeni.

selanjutnya abim yang menyampaikan materinya soal hasil penelitianya dengan kedua desa itu, pertama adalah desa kedung dalam, terletak di pinggir laut kecamatan itu termasuk penghasil ikan yang cukup sukses, banyak orang orang diluar kecamatan itu berbondong bondong datang untuk membeli ikan hasil tangkapan daerah sana, karena hasil tangkap ikanya yang memiliki kualitas tinggi pasar disana juga tampak lebih rapih dari pasar biasanya, ini karena warga melihat potensi pasar ikan yang besar di pinggir laut itu, makanya warga secara gotong royong membangun tempat itu menjadi lebih baik agar bisa berjualan dengan maksimal dan menaikan nilai ekonomi kecamatan itu. hal buruk terjadi ketika jalan kedung dalam(desa awal yang menjadi akses masuk ke dalam kecamatan itu) memiliki jalan yang jelek sekali wujudnya, apalagi jika hujan turun, sama sekali tidak bisa dilewati oleh truck truck atau kendaraaan lainya, semuanya akan terjebak pada lumpur lumpur itu, hal ini tentu saja menganggu akses masuk masyarakat desa lainya, terjebak dan selalu mengalami masalah yang sama, pada wargapun mulai protes ke kantor kecamataan setempat namun tidak di gubris, katanya tunggu saja lumpur itu hilang kering oleh matahari, karena sudah melapor kejadian ini berkali kali namun tidak mendapatkan hasil yang puas, masyarakat pun mundur dari protesnya.

lalu hal lainya datang, sebuah jembatan penyebrangan irigasi mereka hancur, hancur lebur karena jalanan yang dibuat hanya untuk menampung kendaraan kecil saja, tidak seperti truck truck besar yang menjadi tamu pasar ikan mereka, hal ini menjadi pemutus kedung dalam dengan kecamataan luar, langsung terhenti aktifitas ekonomi pasar karena hal ini, jengkel sekali masyarakat pada kantor kecamatan yang menyarankan masyarakat berpatungan untuk memperbaiki jalan, padahal menurut informasi yang beredar hal ini sudah di dengar kantor bupati dan sejumlah uang sudah di turunkan, namun entah mengapa uang itu sama sekali tidak menunnjukan hasil apapun, jalanan masih rusak dan jembatan masih hancur hingga sekarang.

sedangkan dusun kedung embo adalah pengusiran lahan rakyat akibat pembangunan industri, aku tidak mendengarnya banyak karena aku harus mundur dari diskusi sejenak untuk ke toilet mencuci mukaku dan mengambil segelas air, kepalaku pusing karena duduk terlalu lama disana sambil ikut berfikir hal seberat itu.

aku tidak langsung menuju ruang tengah, aku duduk pada dapur sambil mengambil sebutir obat pereda nyeri kepala. aku tidak sendiri rupanya, disana aku berkenalan dengan Sri Ningsih, perempuan baik hati dengan penutup hijab di kepalanya. kami sedikit mengobrol ringan disini dengan volume rendah, melemparkan basa basi untuk mendinginkan kepala kami perlahan.

katanya sakit kepalaku wajar, bahkan hebat aku bisa bertahan disana jauh lebih lama dari dirinya yang sudah ikut organisasi ini sejak lama, ia memiliki efek samping seperti ku kepalanya pusing dan pandanganya seakan berputar ditambah perutnya keroncongan.

tidak lama, karena mbak Jeni memangil kita untuk segera kembali karena pembagian kelompok akan di umumkan, aku terkejut bukan main sambil memandang cezka,

"ini benar kita akan membantu warga disana? katanya belum ada perintah dari kak dimas?" bisiku

cezka menganguk, "ada atau tidak ada perintah kami selalu membuat rencana" balasnya

seketika tubuhku menegang, aku belum siap tentunya pada misi turun ke jalan seperti ini, aku masih ragu-ragu, aku belum memikirkan bagaimana cara izin pada ayah, bagaimana jika aku benar benar tertangkap dan hal buruk lainya.

Mba jeni berbicara soal pembagian dua kelompok, lalu mbak jeni menatap kami semua sambil berdiskusi pelan dengan adji.

"kelompok utama akan kami fokuskan pada kedung ombo, karena protes unjuk rasa ini harus berhasil sebelum lahan rakyat benar-benar tergusur, jadi kak dimas masuk dalam kelompok ini, lalu cezka, abim, ajun..."

mbak jeni terus membacakan deretan nama disana, aku masih menatap mbak jeni berharap aku masuk dalam kelompok sana dan berada dalam misi yang sama dengan cezka. mbak jeni sadar ditatap dalam dalam olehku, seperti kami bisa bertelepati mbak jeni mulai menghela nafasnya.

"diandra masuk kelompok satu---eh tidak, iya benar diandra kamu di kelompok dua, kedung dalam, kamu dibutuuhkan disana" katanya mutlak.

aku berusaha untuk tidak kecewa, bertanya pada cezka mengapa aku disebut lebih di butuhkan dalam kedung dalam. "aku? mengapa aku? aku hanya anak baru" bisiku

cezka terkekeh, "pendapatmu soal penyelesaian irigasi yang hancur tadi sepertinya berkesan untuk mbak jeni sehingga kemungkinan caramu akan di pakai disana"

oh, iya tadi aku sempat berpendapat soal jembatan irigasi irigasi serta jalanan jelek mudah hancur, tentu saja aku tahu cara trick trick kecil mengatasi hal ini akibat ayahku juga mendapat permasalahan seperti ini di kalimantan, ketika kebun kabun kami dilanda hujan lebat maka akses jalan akan menjadi permasalahan, aku melihat ayahku berbagai macam upaya, banyak juga yang gagal kembali rusak, karena ini aku bisa memberi pendapat jika sejelek-jeleknya hasil yang kami terima bahwa kantor kecamatan tidak mau membenahi jalanan.

yaitu dengan pengerasan tanah, tanah tanah di buat sangat keras dan padat sehingga air hujan ataupun truck bermuatan berat tidak akan membuatnya retak ataupun berlumpur. perusahaan yang berpengalaman dalam hal ini juga memberikan harga khusus pada daerah-daerah terpencil yang memang memiliki permalsahan serupa. atau masyarakat bisa bergotong royong pake cara manual dengan alat kecil yang lebih terjangkau.

kembali ke diskusi pembagian kelompok, aku kedapatan berkelompok dengan mbak jeni juga yogi dan lainya, adji masih belum bisa ditempatkan dimana karena perannya tergantung kak dimas berada dikelompok mana dan apakah bisa hadir atau tidak. namun untuk sementara adji ditempatkan pada kelompok dua.

setelah pembagian kelompok, mbak jeni meminta kami berkumpul sesuai kelompoknya yang mulai membagi peran disana, dan memikirkan dari perjalanan kesana dan rondown acara apa saja yang akan dilakukan disana. cukup sedih karena aku harus berpisah dengan cezka.

kelompok dua dominan orang yang tidak berisik, karena tidak ada orang yang berisik seperti abim atau ajun, jadi tekanannya lebih besar karena tidak ada bahan bercanda untuk mendinginkan suasana.

mbak jeni menyarankan untuk kami menuju kesana dengan jam waktu yang berbeda-berbeda untuk menghindari aparat aparat yang berjaga di setiap kota. adji, mbak jeni dan yogi akan berangkat satu malam sebelumnya, sisanya terserah berangkat kapan saja yang pasti saat pagi hari semuanya sudah sampai disana mencar mengungsi pada rumah warga sebelum melakukan aksi demo. mbak jeni dan yogi akan memimpin kelompok dua -B untuk menyebar pada desa-desa belakang kudung dalam untuk menyiapkan warga warganya, dan adji berjaga pada kudung dalam untuk memimpin pergerakan.

adji dengan entah apa alasanya menunjuku sebagai patnernya yang bertangung jawab pemimpin pergerakan pertama yaitu kudung dalam untuk menemaninya, padahal dikelompok kami terdapat darma yang lebih kompeten, namun setelah adji menjelaskan ia butuh seorang perempuan yang lebih dipandang memiliki simpati agar bisa menyatu dengan para ibu-ibu disana. aku senang seekaligus takut, sadar bahwa beban dipundaku semakin berat.

aku bertanya juga apakah boleh aku berangkat bersama dia, yogi dan mbak jeni untuk kesannaya, sebab aku benar benar buta ransportasi umum. adji menjawab aku tidak perlu meminta izin seperti itu, katanya jika ingin maka hanya perlu bilang hal itu tampa bertanya.

selain itu, aku juga mengelist semua barang bawaan yang wajib aku bawa, semakin lama jantungku semakin berdebar tidak sabar sekaligus takut.

"apakah ada aparat yang akan berjaga disana?" pertanyaan marni membuat seluruhnya menoleh pada mbak jeni.

mbak jeni mencoba menenangkan, "informasi sampai sekarang tidak ada, kalaupun ada kita akan bertindak seperti biasanya"

aku lagi-lagi harus menarik nafasku, aku harus banyak mengerjar informasi cara melakukan aksi seperti ini.

sepertinya, aku akan mulai banyak merepotkan adji.








__________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro