chp 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Characters : Feliciano Vargas (N.Italy), Ludwig Beilcshmitch (Germany), Kiku Honda (Japan), Kartika N, Melati. (Nusantara/Indonesia).




Feliciano terbangun yang disambut oleh cahaya yang terang di ruang kamar yang sepi. sejak kapan ia ada disini? ia terus mengingat apa yang terjadi sampai terlupa telah teringat olehnya. benar juga, ia kan terlempar sesuatu di belakang kepalanya.

ia mengelus kepalanya memastikan kepalanya sakit atau tidak. ada sesuatu juga yang jatuh dari dahinya, sapu tangan yang tadinya basah sekarang sudah kering. ia bangun dari ranjangnya dan memakai pakaian kemeja hitamnya karena menurutnya pakaian seperti ini cukup nyaman untuk dipakai.

Ia keluar melihat sekeliling ruangan yang tidak besar namun juga tempatnya bisa terasa seperti dirumah. ia melihat kedua sahabatnya dengan tenangnya memakan sarapan kesukaan mereka, Kiku yang pertama sadar langsung menawari Feli dengan pastanya untuk sarapan. tentu saja tawaran itu tidak dia tolak, ya kan?

ditengah sarapan ia mulai bertanya karena penasaran. "Veh, Kiku, Ludwig, bagaimana aku bisa ada disini? perasaan aku masih ada dipantai dengan Kar - Veh! Nusantara!!" hampir saja nama asli gadis itu terbongkar oleh lidahnya sendiri. Kiku dan Ludwig memandang mata satu sama lain, lalu hal yang tak diduganya mereka tersenyum meringai saat memandang Feliciano.

"Ah, Nusantara - san yang membawamu kesini. kau bisa berterima kasih kepadanya nanti, dia sedang sibuk." tunggu dulu... bukankah maksud dia KARTIKA!? Kok bisa sih?? badan semungil dia mampu mengangkatnya dengan segitu kuatnya?? "Che cosa!? kau pasti bercanda kan Kiku!? karena mana mungki-?" pertanyaannya tak sengaja dengan nada keras yang membuat Ludwig memegang kepalanya sampai menjerit ampun.

"uhh.... aku juga punya masalah tentang itu. kau tahu, Rakyat Nusantara san begitu gigihnya ingin merdeka sampai begitu kuat untuk melawan...entah jika aku bisa memberikannya atau tidak..." Kiku memijat dagunya untuk berpikir tentang tenaga Nusantara "namun, itu juga bermanfaat bagi kita. karena kekuatannya,  kita mampu melawan dengan tenaga mereka."

tenaga mereka? apa maksud Kiku? pertanyaan itu selalu berputar dibenaknya. ia seperti tidak ingin memakan pasta kesayangannya yang ia selalu makan, karena ia mulai mengerti apa maksud Kiku;

'Kiku membuat kerja paksa yang mengerikan kepada rakyat Kartika. itu pasti di juga deritai oleh Kartika...'

.       .      .     .      .      .     .    . . . . . . . . . .

Kartika sedang memimpin para pejuang untuk pertarungan. pertarungan hanya memakai senjata bambu, tetapi senjata yang sederhana ini mampu memberi Netherlands mimpi buruk.

contohnya saat ia dan para pemuda mulai melawan Lars yang memiliki pasukan yang amat banyak dan senjata yang cukup. saat para Belanda sadar dengan senjata yang dimiliki Kartika dan pasukannya, Pasukan Belanda langsung retreat karena ketakutan dengan senjata pejuang sekalian komandon mereka langsung pingsan dan itu membuat pasukan belanda balik kucing.

Walaupun bambu ini tidak begitu sehebat senjata modern seperti Lars maupun Kiku, tetap saja senjata ini sederhana dan hebat untuk rakyatnya karena mereka mulai sadar dengan kesatuan jika ingin merdeka.

jika peristiwa Bambu runcing bisa membuat para pasukan Belanda mendapat trauma yang tak terhentikan. Jepang juga tidak akan mampu melawan mereka!

....

yah setelah kerja paksa ini selesai.

untuk sekian Kartika mengakhiri latihan mereka. 'Menggunakan bambu runcing itu mudah, mereka pasti bisa menggunakannya dengan baik.' itulah yang dipikirkan benaknya.

setelah bersalaman dengan para pemuda pemuda ia langsung pergi ke pasar yang dekat dengan sepedanya, dipasar ia disapa oleh semua orang disekitarnya, ia melambaikan tangan kepada rakyatnya yang tersayang itu untuk balasan sapa mereka. Kartika mengunjungi seorang paman yang menjual berbagai hasil perkebunan yang biasanya dibutuhkan saat cadangan tempur.

ia memiliki perintah dari Kiku kalau dia harus membeli beberapa hasil perkebunan yang dimiliki, masing - masing satu plastik. selesai melakukan tugasnya yang sangat mudah, ia masih belum pergi karena masih ingin bersosialisasi dengan rakyatnya.

akhirnya gadis yang diikat sederhana itu segera menuju kerumah yang saat ini ditinggali oleh Kiku dan kedua temannya.

.

.

Kartika memberi sebuah 'belanjaan' nya kepada Kiku. tidak lama kemudian, bibir dari orang jepang itu mulai membentuk dengan kesenyumman yang senang. arti kalau dia membeli sesuatu yang sesuai keinginannya. 

dan beberapa menit kemudian, Hasil perkebunan miliknya dan milik adiknya (Malaysia) itu diberikan kepada Ludwig untu dicek. Feliciano yang berada di sebelahnya hanya melihat bahan bahan itu dengan datar. ia memandang kepada Kartika yang sedang menulis entah apa dibuku catatannya. Kartika yang sudah memastikan beberapa informasi yang penting untuk diberikan kepada bosnya dihentikan sejenak karena tak ada informasi yang begitu penting untuk dicatat. Kartika memandang Feliciano yang sedang sibuk menatapnya, juga tak lama kemudian Feliciano langsung memfokuskan pandangannya ke hasil perkebunan sedang dibicarakan.

terlalu bosan...

Kartika memulai pembicaraan dengan Feli. "Tuan Feliciano?" Kartika menyapa kepada pria kebangsaan Italia yang berada disebelahnya itu. Feliciano segera menyapa balik kepadanya. "gimana dengan kepalamu?" Kartika bertanya sebab kejadian kemarin sore. Feliciano hanya memberi ekspresi cerah yang dimaksudnya adalah dia sudah sembuh.

Feliciano cukup ramah dibandingkan teman - temannya, ngobrol dengannya saja sudah asik, bagaimana kalau selalu begitu? Mau gimanapun itu Kartika suka dengan sikap yang dimilikinya, tapi bukan berarti ia suka dengan kolonialisme yang ia lakukan kepada negara lain.

Ada hal yang membuat Kartika penasaran tentang Feliciano...

rambut yang satu satunya ikal.

jika di ingat - ingat Kartika belum pernah lihat model rambut yang seunik itu. "Tuan Feliciano, mengapa ada sebuah ikal dirambutmu itu?" oops, wajah Feliciano mulai memerah saat mendegar  pertanyaan tersebut. Ia menghela nafas kecil berharap agar udaranya membawa keamanan di keadaan seperti ini. "Ini memang ada sejak aku kecil Bella, tapi ini agak.... sensitif."   

'Sensitif?'  itu membuat Kartika lebih penasaran dari pada mengganti topik. ia meminta izin kepadanya untuk coba mengelus ikalnya itu. Feliciano yang tidak tahu harus apa, membolehkan Kartika melakukan yang ia mau. segera ia tutup mulutnya menggunakan kedua tangannya dan menerjamkan matanya, saat Kartika mulai menyentuh ikalnya yang bisanya segera membuatnya sensitif.

suara meresah Feliciano terdengar sedikit terima kasih kepada kedua tangannya yang berusaha menutupi suara itu. Kartika mulai merasa bersalah 10 kali lipat saat mendegar resahan Feliciano sedikit, tangannya segera lepas dari rambut pria itu untuk menghentikan yang dilakukannya dengan wajah yang begitu memerah.

Feliciano menghela nafas lega sekaligus canggung. Kiku dan Ludwig sama sekali tidak mendengar suara kecil dari Feliciano karena terlalu sibuk membahas kebutuhan cadangan, Kartika saja yang mendengar.

walaupun ada suara obrolan, tetap saja kedua pasangan ini merasa sangat canggung akibat peristiwa tersebut. tak ada yang bisa dibicarakan sampai obrolan Kiku dan Ludwig selesai.

.     .     .     .     .     .     .     .

"...5 kotak untuk serat, 2 kotak untuk karet alam, 4 kotak untuk Kina, dan 4 kotak untuk minyak bumi... apakah ini sesuai yang diinginkan?" Kartika memastikan 4 hasil yang disebut itu sesuai yang dicatat di buku kecilnya. Kiku memandang kepada Ludwig yang menganguk. "Hai Nusantara - san, terima kasih..." Kiku mulai senyum sendiri saat ia berterima kasih dengan bahasa milik Nusantara selain bahasa tanah airnya.

Kartika menghela nafas legah karena yang dibutuhkan banyak juga. ada 15 kotak, 1 isi kotak ada 5.000 biji. hasil semuanya menjadi 75,000 biji. ia bersyukur ia memiliki sumber daya alam yang melimpah sampai - sampai banyak yang menjajahnya.

kotak - kotak itu segera dibawa oleh tentara jepang untuk dikirim ke kapal milik tentara Nazi. Akhirnya selesai dengan pekerjaan yang melelahkan, Kartika ingin pergi jalan - jalan di sekitar penduduk untuk menghibur dirinya. ia memutuskan untuk mengajak Feliciano yang sepertinya tidak memiliki pekerjaan apapun untuk saat ini.

ditengah perjalan kedua pasangan ini agak... yah bisa dibilang canggung...
Kartika akhirnya membuka mulut untuk menghentikan heningan yang tidak nyaman. "Tuan Feliciano.... maafkan aku..." Feliciano memandang Kartika bingung apa yang dimaksudnya. "maksudku maaf soal rambut ikal mu itu."
Akhirnya Feliciano mengerti "Veh bella kau tidak salah apa - apa!! hal itu selalu terjadi kepadaku jadi tidak apa - apa." Feliciano berusaha untuk tidak membuat Kartika merasa bersalah karena peristiwa tersebut. sungguh itu memang selalu dialaminya kecuali kakaknya dan warga negaranya...

Kartika hanya tersenyum saja. ia memandang kepada keramaian perkumpulan yang ada didepan mereka.
'sepertinya mereka sedang mengadakan tarian tersebut' pikir Kartika dibenaknya ia mengajak Feliciano sambil memegang lengannya agar tidak tertinggal.

terlihat ada beberapa penari melakukan tarian tradisional yang mengenakan topeng asal betawi. "Favoloso..." gumam Feliciano, matanya mulai terkagum dengan tarian adat tersebut dengan mengenakan topeng.

"Tarian ini adalah tari topeng betawi" Kartika menjelaskan "Tari topeng betawi adalah tarian dari hasil percampuran dan pengaruh dari tari sunda serta tiongkok (China) seperti jaipong yang mengenakan kostum penari khas pemain opera Beijing." Kartika memandang para penari sejenak dan kembali memandang kepada pria yang ada di sampingnya.  "Menurut kepercayaan dari masyarakat betawi, tarian ini dapat menjauhkan kita dari malapetaka" Feliciano mengedip matanya lalu langsung menanya secara mendadak "Veh! Sungguh!?"

ia tidak bermaksud untuk sekejut itu. "Tapi sepertinya tidak ada yang memercayakan itu lagi, namun tetap tarian adat ini dijadikan sebagai sarana hiburan, dan tarian ini tetap diadakan untuk memeriahkan acara pesta atau acara adat." Kartika sepertinya tidak terganggu dengan teriakan Feliciano, contohnya saja dia menjelaskan lagi dengan santai. "Veh...begitu yah?" Feli sekali lagi bergumam kecil, ternyata budaya milik Nusantara seperti ini...

ia pernah sih denger tentang Nusantara dari seluruh eropa sekaligus kakaknya yang mengetahui tentang begitu lezatnya rempah - rempah yang dimilikinya itu. Kalau tak salah Kakaknya pernah mengetahui tentang kerajaan majapahit yang runtuh yang juga diketahui oleh Alfonso (portugal) dan Yao (cina). kata mereka bertiga kerajaan majapahit runtuh akibat diserang kerajaan yang lain...

walaupun itu memang dari wilayah Nusantara, informasi itu bukan tentang mengenalnya tapi kakeknya dan hasil rempahnya saja.

"Veh Bella! pertunjukan topeng itu menakjubkan!!" Feliciano bersorak senang sampai ia dengar perutnya merasa kelaparan "Mau makan dulu?" Kartika menawar. Feli memberi kata 'iya' dalam bahasanya sendiri, Kartika menoleh sekeliling untuk mencari restoran yang tepat. "heran aku yakin ada makanan khas barat di sekitar sini... Ah!" akhirnya ia menemukan restoran dengan rumah ala belanda milik Lars.

sesampai di restoran, Kartika mengambil kedua menu dari kasir yang sudah lama ia kenal. meja mereka dekat dengan jendela berukuran besar yang bagusnya bisa dipandang dari luar restoran. walaupun pemandangan yang mereka lihat hanyalah beberapa warga sekitar maupun militer - militer jepang tetap bisa dinikmati pemandangannya. "Veh Kartika, Spagetti itu apa?" Feliciano bertanya kepada wanita asia yang sepertinya cukup mengenal menu - menu direstoran ini. "oh, itu jenis makanan yang berbentuk panjang silindris dan padat. oh, kalau pakai saos dan bakso atau danging bentuk bulat itu tambah enak!" dari penjelasan Kartika, Feliciano langsung mengerti apa yang dimaksud. "Veh~ apakah maksudmu pasta?" matanya langsung bercahaya karena senang bisa memakan makanan asli dari negaranya, betapa rindunya ia memakan makanan ini. (padahal selalu makan pasta terus lho,)

selesai memilih makanan mereka, Kartika memanggil pelayan yang segera datang ke mereka berdua "Halo Indonesia, diluar katanya sedang mengadakan tarian topeng itu yah?" kata seorang pelayan yang sepertinya sudah lama kenal dengan Kartika. "Iya, tapi kamu rugi lho~, karena bentar lagi pertunjukannya selesai." jawab Kartika yang hadiahnya adalah tertawaan dari pelayan tersebut dan Feliciano. "iya iyah, baiklah mau pesan apa? biar akunya punya kesempatan!" Kartika dan Feliciano memesan makanan mereka "omong - omong Rafta, Soto ayam masih ada ngak?" Kartika bertanya "Masih ada kok, ngak usah khawatir makanan itu tak mungkin dibuang begitu saja."

selesai memesan Feliciano mulai bertanya tentang restoran ini. "Bella, dulunya bangunan ini tujuannya untuk apa?" ia melihat sekeliling ruangan yang hiasannya sangat mirip dengan belanda tapi juga ada hiasan yang berbeda, yang ia pikirkan hiasan itu juga ada yang milik Kartika atau Indonesia . . . . .

"Tujuannya memang untuk membuat restoran. katanya restoran ini untuk wargaku mengenal dan coba untuk mencicipi makanan - makanan benua eropa... memang yang ia maksud itu masuk akal kalau dipikir - pikir, soalnya rakyatku tak banyak mengetahui tentang negara lain maupun makanan khas mereka. aku benci mengatakan ini tapi, perannya sebagai ayah pintar juga." Feli terkikik dengan kata yang terakhir

"tapi mohon jangan beritahu ini kepadanya tuan Feliciano."  Kartika menepuk kedua tangannya dengan kepala yang dibungkuk tanda memohon sepenuhnya. "Tenang saja Bella, aku ini cukup diandalkan dengan sesuatu yang berkait rahasia"

Kartika mulai tertawa mungil dengan kata 'janji' Feliciano. sangking mungilnya rasanya ia tidak ingin suara itu berhenti, lama kelamaan pipinya memerah terus selama menunggu menu mereka. sang pelayan memberi makanan mereka satu persatu "Silahkan dinikmati~ oh iya Kartika nanti ceritain Kencan manis kalian berdua nanti yah!" Feliciano hampir...

hampir memuntahkan air minumnya saat mendengar kata 'kencan' dari pelayan itu. "Kamu aneh -  aneh aja deh, emang menurut kamu kita pacaran?" si Kartika malah biasa - biasa aja saat ngedenger temen pelayannya bilang gitu, Feliciano pura - pura memakan pastanya dengan wajah yang bewarna lebih dari pada tomat milik Antonio. selesai Kartika dan pelayan itu berbincang, beberapa tamu yang ada didekat mereka memandang kepada kedua personafisikasi yang dikelirui sedang berpacaran. ada yang kesel, ada yang biasa, ada yang iri, ada yang baper, ada yang nulis di buku yang sepertinya sedang menulis fanfik(?). 

sepulang dari restoran yang memalukan Feliaciano bersyukur ia bisa pulang lalu mengambil bantal dan ditampar kepada kepalanya sendiri sambil menjerit dengan image imut Kartika dikepalanya.
temannya Ludwig suami idaman si kentang (wkwkwkwkw). makin lama makin penasaran dengan tingkah laku Feliciano yang tidak biasa. Kiku pun juga mulai khawatir, tapi sebenarnya ia mengerti mengapa Feli seperti itu. Rasanya kiku harus memberitahu Nusantara jika ia terlalu mempesona.

.......

orang asia memang menawan jadi gimana coba??

to be continued....

[A/N]

Halo Hetalians! ini ceritanya terlalu oocnes yah? maaf mina~ Admin sengaja ngebuat Feliciano seperti itu. Si Kartika in kurefrensiin dari karakter Dilan (nanti kujelasin)

kalian hasal gimana perasaannya saat dibagian ikalnya?( ✧≖ ͜ʖ≖) ✧

hahaha para pembaca kira ini smut kah?

belum waktunya lah nanti waktu mereka dijodohin.

selain ceritanya si Italy ama Nesia ini hasal ditambah ama Gerpan gitu yah? mohon jangan dibayangin dengan mereka berdua (mohon jangan  dibayangin gerpannya)

sekian segini dulu yah, Admin akan menjaguhi gedung tertinggi

AAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!!!!!!

'GUBRAK'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro