Terjebak Arus Mimpi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Awalnya kami main sepak bola di halaman suatu rumah besar.

Bola ditendang terlalu tinggi oleh temanku, bahkan sampai terbang. Karena kami berada di atas tanjakan, bola itu jatuh, memantul dan menggelinding ke bawah. Seorang anak lelaki dengan pakaian nuansa putih polos mengambilnya.

Seorang anak lelaki, di tempat yang sepi ini.

Kami—aku bersama dua orang—bertatapan sebentar. Kemudian aku memutuskan turun. Iya, aku turun dengan hati-hati, menuruni bukit—sebenarnya ada jalan—karena itu cara tercepat.

"Hei terima ka–" Saat bertatapan, aku tahu matanya itu pertanda buruk bagi kami.

"KAU–"

Dia cuma menatap tanpa ekspresi, bergumam, "Ketemu, tangkap mereka."

Aku berdecak, berlari menjauhinya dan segera menuju ke arah gazebo yang ada di tanjakan.

Aku teriak saat mendekati gazebo. "Cepat kembali dan ambil tongkat sihir kalian!"

Aku langsung mengingat kalau tongkat sihir yang kami miliki itu tidak boleh ada. Tidak boleh digunakan. Tidak boleh dikeluarkan

Tapi ternyata sudah ada dua orang anak laki-laki, yang wajahnya sama persis dengan yang kuketahui, berdiri di depan gazebo. Membelakangi senjataku itu.

Aku berjalan mundur, kemudian berbalik. Berlari cepat, hingga berlari di tembok. Anak-anak itu hanya bisa diam mengikuti arahku berlari, yang ternyata ke arah belakang mereka.

Aku berhasil mendapatkan tongkatku dan buru-buru melompat ke atas tembok.

Ketika berdiri, aku berpikir panjang. Aku tidak melihat temanku keluar dari rumah besar itu. Di sisi lain, aku sedang berada di atas tembok yang tidak terlalu tinggi, di belakang ada dua anak lelaki, sementara jika aku jatuh, ada satu orang yang tadi mengambil bola.

Tongkat ini sedang tidak bisa diaktifkan. Karena spesial, jadi butuh urutan tertentu mengaktifkannya.

Rasanya seperti ... menunggu angin berhembus kuat, untuk menentukan, ke mana aku pergi, ke mana aku didorong.

Tetapi yang terjadi bukan keduanya.

Aku duduk di tengah jalan. Jalan kecil yang dikelilingi rumah dan toko. Pakaianku berubah. Aku sendirian.

Tempat seperti game yang kukenal. Saat aku menoleh ke kanan, seseorang ... tunggu sepertinya bukan orang. Wujudnya tanpa tengkorak, tanpa kulit, hanya benang dan asap hitam yang membentuk siluet manusia. Sesaat kami bertatapan saja, aku sudah merasakan hawa pembunuh. Tangan kanan yang tadi disembunyikan, mengeluarkan bibir raksasa yang memiliki gigi tajam dan panjang. Monster.

Aku bangkit berdiri. Berjalan mundur sambil memastikan arah aku harus kabur. Kemudian aku berlari, melalui tanjakan, belokan, pintu-pintu dari rumah dan toko. Tapi kemudian aku ditemukannya.

Tanpa kusadari bagaimana caranya, aku terbunuh.

...

Aku terbangun di tengah jalan, terduduk melamun ke arah depan.

Entah kenapa familier.

Aku berdiri, memeriksa tubuhku. Tidak ada luka. Ternyata kepala tongkat berbentuk bintang dan tongkat terpisah. Tidak bisa kupakai.

Aku ingin mencari temanku, tapi saat menoleh, aku mendapat seseorang yang aneh. Makhluk apa itu? Terbuat dari benang hitam dan asap.

Tu–tunggu kenapa dia mengeluarkan pedang?

... tidak. Aku tahu, aku tahu.

Saat kuingat jalan sebelumnya berujung jurang, kali ini aku memilih jalan sebaliknya. Di tengah jalan, aku melihatnya.

Dia mengenakan gaun. Gradasi warna merah muda dan hijau tosca. Aku tidak bisa melihat jelas wajahnya, terhalang sinar matahari. Tapi aku bisa melihat tubuhnya manusia, jarinya, cara berdirinya, aku merasa dia temanku hanya karena itu.

"Kok di sini juga?!" tanyaku antara bersemangat dan panik.

Wajahnya sedikit mendekat, bibirnya hampir terbuka. Tapi kemudian dia melihat ke arah belakangku. Tanganku ditarik, kami kabur bersama.

Menaiki tanjakan, memasuki rumah, melalui tangga, lorong, jendela, hingga naik ke atap bangunan tertinggi.

Langit di belakang bangunan itu berbeda. Bukan biru, menurutku bahkan bukan langit yang biasa kulihat. Seperti cerminan suatu kota, hitam, gelap sekali. Tapi menurutku itu jalan pulang. Menurutku kami harus melompat. Menurutku kami bisa bebas dari tempat ini.

Genggaman tanganku mengendur. Aku menoleh kaku. Aku tidak ingin percaya. Padahal ... padahal sedikit lagi! Di putaran itu, aku melihat temanku tumbang. Di dalam pelukanku.

Lalu ... aku terbangun di tengah jalan.



Author note

608 kata

... sad dream :/ mimpi 8 November lalu.
Apa bisa disebut gantung? ABSURD?

Kapan-kapan revisi ah 😭
→type kalau ga publish= ga disentuh

Apa yang bikin penasaran? (. ❛ ᴗ ❛.) Tell me okay, maybe bisa aku tuliskan

Thank you for reading and see you~

Salam semanis lolipop 🍭
Yemimaliez

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro