18. Banana Smoothies

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halooo...

Kembali lagi di Wattpad. Udah baca belum chapter 17 versi Karyakarsa yang bikin cenut-cenut itu? Hahaha... kalau belum... buruan baca, dong. Nggak rugi, kok. LOL. Cuma ceban, jatah beli cilok sehari doang. Wkwkwk

Buat yang udah dukung, thank you so much. I feel very loved by your supports!

Part ini aku mau dikasih 800 votes dong kalau bisa, komennya 500, ya....

Healthy Fun Facts

Mengonsumsi alkohol dapat menghalangi produksi hormon yang berguna untuk menahan air, akibatnya tubuh bisa mengalami dehidrasi dan kekurangan elektrolit seperti potassium dan sodium. Seperti yang kita tahu, pisang mengandung potasium tinggi yang dapat membantu tubuh mendapatkan apa yang dibutuhkannya kembali. Sebuah pisang ukuran tanggung mengandung 12% kebutuhan harian kita untuk nutrisi ini. Pisangnya yang ada kulitnya, yaaa.... (HEH!!!)

***

He left.

Terakhir kali kuingat, aku tertidur di lengannya, kemudian mimpi berciuman dengan Adrian. Ciuman sensual yang bahkan di alam sadarku, entah kenapa aku merasa bersalah kepada Sigit Handam Almahmoudi.

Rasa bersalah itu raib setelah kutahu dia meninggalkanku sendirian.

Aku nggak menyangka Mahmoud berani meninggalkanku seperti pria-pria yang biasa perempuan temui untuk kesenangan semalam. Yah... oke, ku-temui. Aku nggak munafik, aku juga pernah begitu. Kupikir Mahmoud berbeda. Selama menikmati kelembutan belaiannya semalam, aku sempat bertanya-tanya, muka kayak gimana yang harus kuperlihatkan kepadanya besok pagi di atas tempat tidurku? Aku nyaris yakin dia akan tinggal dan mengejutkanku dengan secangkir kopi, ternyata dia menyelinap pergi.

Apa memang semua laki-laki punya naluri seperti itu? Kabur ketakutan setelah meniduri seorang perempuan?

Memangnya mau pergi ke mana kamu, Mahmoud?!

Aku tersenyum geli. Kamu kan masih harus ke kantor dan bertemu denganku lagi. Atau jangan-jangan... dia berniat langsung mengundurkan diri setelah dirayu atasannya? Tapi kenapa? Semalam dia kelihatan menikmati, kok. Nggak terpaksa. Aduuuh... kalau dia sampai mengundurkan diri, Tamara bisa mengomeliku.

Mbak apain dia semalam sampai ketakutan begitu?

Mampus aku.

Selain itu... apa yang kukatakan padanya dalam kondisi tipsy semalam? Kenapa aku melakukannya kepadamu, Moud? Oh, Wilhelmina! Aku membenamkan kepalaku ke bantal karena malu mendengarku mengatakannya sekali lagi meski dalam hati. Gombal banget kamu, Minul?! Jelas aku mengatakannya hanya supaya aku bisa membuka celananya.

Kusingkap selimutku dan bangkit duduk di tepi tempat tidur, kupandangi diriku sendiri di pantulan cermin.

Semalam Mahmoud melihatku dalam keadaan seperti ini. Telanjang bulat. Seorang pria yang kupekerjakan sebagai pesuruh melihatku dalam keadaan telanjang bulat. Aku kembali roboh ke atas kasur. Memukuli bantal sampai babak belur.

Kenapa aku harus mempekerjakannya sebagai pesuruh, sih???

Tapi pesuruh yang satu ini memang lain.

Aku menekuk lulut dan memeluk bantal yang babak belur itu. Semalam aku memeluknya seerat ini saat bagian dirinya ada di dalam diriku. Aku menyebut namanya dan dia menyebut namaku. Mina... Mina... Oh... Mu... Oh, sekali lagi, Mu.... Sial! Siapa suruh ada pesuruh setampan Sigit Handam Almahmoudi???

Tubuhnya, senyumnya, goyangannya... arrrghhh!!!

Ini salahku sendiri, dan di luar dugaanku, dia sangat pintar bermain cinta. Jarang sekali aku menemukan pria yang bisa memuaskanku di atas ranjang. Dia tak banyak bicara, tak banyak mendesah, dia tahu apa yang harus dilakukannya. Yang terjadi semalam adalah seorang bawahan yang mencoba tampil prima di hadapan bos-nya, dan Mahmoud berhasil mengesankanku. Kalau yang semalam itu ujian praktik untuk kenaikan kelas, aku akan langsung menaikkan kelasnya dua tingkat. The fact that it's his first time, nyaris tak terasa.

Tam mungkin benar... sayang sekali natural talent kayak Mahmoud hanya dijadikan tukang cuci piring. Dia good looking, pernah mengenyam pendidikan tinggi meski putus di tengah jalan, dan masih cukup muda. Itu saja cukup untuk memulai karir di media sosial. Saat dia sukses nanti, tak akan ada yang peduli serendah apa dia mulai merangkak.

Aku berguling telentang, payudaraku terasa dingin. Sisa-sisa nyeri semalam masih terasa, tapi meninggalkan perasaan hangat yang menentramkan. Sudah lama aku nggak begini, tersenyum puas setelah bercinta. Aku ingin mengulanginya lagi.

Gara-gara itu, usulan Tam menjadikan Mahmoud model pengganti Dian Rai tiba-tiba terasa masuk akal buatku. Kalau aku masih ingin bercinta dengan Mahmoud, menyapa kembali bagian dirinya yang sangat memukau, maka menaikkan kelas sosialnya akan berdampak bagus buatku.

Eh tunggu dulu....

(Jadi kamu masih ingin bercinta dengan Mahmoud?)

Yah... tentu saja. Kenapa tidak?

(Tapi, untuk apa kamu berniat menaikkan kelas sosialnya, Mina? Apa kamu berpikir akan menjalin hubungan khusus dengannya? Yakin?)

(Bagaimana kalau dia nggak mau?)

Tapi masa dia nggak mau?

(Yah... kalau denganmu yang dulu... mungkin dia nggak akan mau.)

Tiba-tiba, perasaanku menjadi mendung. Nggak. Aku nggak boleh begini. Aku nggak boleh jatuh pada pesona pria tampan dan mabuk kepayang seperti dulu. Akan sia-sia saja proses glow-up-ku bertahun-tahun terakhir kalau ujungnya aku bertekuk lutut juga di bawah kaki seorang pria. Aku mengepalkan dua tinjuku ke udara.

Yak. Begitu!

Perbaiki tujuan, Wilhelmina!

Kamu berbaik-baik padanya hanya supaya dia mau mencoba menjadi model. Kalau ternyata kalian tidur bersama, itu harus tetap dianggap sebuah kecelakaan. Kecelakaan yang menyenangkan. Akan tetapi, menjadikannya model bukan untuk menaikkan kelas sosialnya supaya kamu bisa memacarinya. Jangan salah kaprah. Kamu tidur dengannya supaya dia mau di-grooming menjadi male model berbasis media sosial, siapa tahu Healthy Living By Mina bisa memakainya untuk promosi murah dalam waktu dekat.

It was just a good sex, jangan baper seperti Wilhelmina lima tahun lalu. Jangan bodoh.

Masih dalam keadaan bugil, aku turun dari peraduanku dan menggapai selembar gaun tidur yang semalam tak sempat kupakai. Aku mengenakannya sambil meregangkan otot-otot bahu, menghampiri tirai dan membukanya. Matahari pagi membelai hangat kulitku.

Kamu sudah berjalan sejauh ini, Mina, kamu hebat, kamu kuat, rapalku sambil membuka mata menantang silau mentari. Aku lantas mundur, duduk bersila di titik meditasiku.

Kamu memperbaikinya sebelum terlambat, sebelum diabetes melitus yang mengerikan menyapa, sebelum kolesterol dan hipertensi meracuni darahmu, sebelum Edwin merusak mentalmu.

Mataku kembali memejam serelaks bahu, pergelangan tanganku menimpa lutut selurus punggung. Lalu aku mulai menghabiskan tujuh menit memfokuskan pikiran pada satu titik dalam kegelapan. Tujuh menit yang singkat terasa lebih dari cukup untuk mereset ulang cara berpikirku.

Selanjutnya aku meracik secangkir teh tawar dengan irisan lemon dan melahap selembar roti gandum panggang produksi HBM yang dipasarkan dengan sistem PO dua hari sekali. Aku membasuh diri di bawah kucuran air hangat, menyucikan diri dari jejak-jejak persetubuhan semalam tanpa memikirkan hal-hal yang berat.

Aku akan memulai hari dengan cemerlang setelah semalam mengarungi petualangan cinta dengan seorang pria yang sanggup memuaskanku. Namanya Mahmoud. Dan berhenti di situ. Tak peduli apa profesinya. Dia hanya satu pria yang mengisi malamku, tapi aku harus menjadi sesuatu yang berbeda bagi Mahmoud. Aku akan membimbingnya menjadi salah satu kendaraan sukses bisnisku. Mahmoud harus jadi model Healthy Living By Mina, itu yang akan jadi bayarannya untuk kepuasanku semalam. Bukan jadi model supaya dia pantas kupacari.

Tidak akan ada yang pacaran di sini. Tidak ada.

"Abs in Ten Minute sudah diluncurkan satu jam yang lalu," Tamara berbicara di telingaku melalui earphone. Kuabaikan pesan dari Papi yang mendesakku supaya mengembalikan Jaguarnya ke garasi pagi ini juga. Aku sedang berusaha membebaskannya dari parking space tanpa menggoresnya. Tamara sedang mengecek post engagement-nya. "Seribu pengunduh pada sepuluh menit pertama."

Napasku tertahan.

"Ini rekor baru dan terus bertambah, sejauh ini sudah diunduh hampir tujuh ribu kali," sahut Albert yang tergabung dalam group call pagi itu. Aku bisa mendengar Gio memekik di belakangnya.

"Wow... wait, aku bacain komen-komennya, Mbak," Tamara membacakan beberapa kalimat dalam gumaman tak jelas. "Gue ke sini karena mmm...hmmm, baru ini unduh app gara-gara ngg... ngg... siapa sih cowok yang di IG Story Wilhelmina-Wah! Ini sih fix gara-gara Mahmoud, nih!"

"Apa katanya?" tanyaku penasaran.

"Aku bacain, ya?" Gio menyahut. "Gue ke sini gara-gara akun gosip, nih. Baru pertama unduh app kesehatan cuma buat stalking cowok yang bahkan gue nggak kenal. Siapa sihhh yang berantem sama @Mina_Sans? Cakep banget anjir! Gue kirain video work out cowok yang di IG Story @Mina_Sans. Itu brand ambass barunya? Gue auto premium! Anjiiir!!!"

Gio tertawa-tawa.

Satu-satunya orang yang tertegun sambil berusaha mengatasi kemacetan kota hanya aku. Sedahsyat itu, ya, pengaruh cowok good looking di dunia media sosial? Terlebih, justru video candid kami bersitegang itu yang membuat orang penasaran.

"Kok bisa, ya?" pertanyaan yang bercokol di benakku itu ternyata kulontarkan. "M-maksudku... oke lah, Mahmoud good looking, tapi yang good looking di dunia ini kan banyak, kenapa orang bisa langsung ingin tahu tentang dia?"

"Aku setuju sama Tam, Mahmoud ini potensial. Mukanya ada lugu-lugunya, Mbak, pas banget buat di-grooming. Dalam artian yang baik, ya. Suatu hari dia akan dapat banyak manfaat, kok, bukan hanya kita," kata Albert. "Kalau aja lagi ada kontes Male Model, bisa dia kita sisipin. Tapi jangan lah, nanti malah ribet urusan kontraknya."

Gio menyambar, "Lewat media sosial pakai bantuan akun gosip aja paling gampang, murah pula. Kita bikinin dia image yang merakyat, tapi jalannya sama anak konglomerat. Dengan tampang dan penampilan di atas rata-rata gitu, tapi profilnya santai dan down to earth. Menurutku kita bahkan perlu mengekspos pekerjaannya sekalian-"

"Maksudmu?"

"Ya kerjaannya sebagai pesuruh," ujar Gio mantap tanpa ragu. "Mbak bayangin aja... cowok seganteng itu, kita pasang di instagram Healthy Living By Mina sebagai Office Boy. Nanti sekalian kita bikin foto yang lain buat staff introduction ke public, biar nggak kentara kita lagi mau publikasi Mahmoud doang. Aku yakin ini bakal booming, apapun yang nanti kita jual pake muka Mahmoud, pasti laku. Kita bikinin dia Instagram public figure dengan nama Mr. Mahmoud!"

Albert tertawa.

"Apaan sih, norak!" kataku, ikutan tertawa tapi kering.

"Emang di situ kita jualannya, agak norak-norak sedikit, yang penting Mahmoud-nya nggak norak."

"Ingat, lho, Gi... image Healthy Living By Mina selama ini, tuh, fit and elegance-"

"Image kita kurang menjual, Mbak,"potong Gio keji. Semua orang lantas terdiam. "Jaman sekarang yang butuh sehat bukan cuman orang kaya. Orang kaya bisa bayar personal trainer sendiri, bisa bayar membership gym mewah, mereka nggak perlu mengunduh video abs in 10 minutes seharga 15 ribuan, beli roti gandum sistem PO, atau beli tracksuit yang bisa dibayar pakai Paylater."

Tamara berdeham. "Soal itu bisa kita rapatkan lagi sekaligus membahas mengenai kesediaan Mahmoud dan cara kita membujuknya. Menurutku sih kenapa orang tertarik, ya salah satunya karena dia jalan sama Mbak Mina dan berantem. Aku cemas nih soal ini, Mahmoud kan bahkan belum sign contract sama Mbak Cynthia, yang Mbak Mina berantemin sama dia semalam apaan? Kok seru banget gitu kayaknya?"

"Iya, terus... Mbak Mina semalam mabuk, ya? Mahmoud nanyain alamat apartemen Mbak ke Tamara. Habis itu dia dihubungi Gio nggak menjawab," sambung Albert ingin tahu.

"Mbak nggak bobo sama dia, kan?" tembak Gio enteng sambil tertawa seolah hal itu tidak mungkin terjadi.

Sementara itu, aku nyaris saja menabrak seorang badut yang berkeliaran di lampu merah sambil menyodorkan kotak recehan.

Ini bakal jadi cover TMM kalau di part2 yg dipost di KaryaKarsa


Mahmoud selfie depan pintu Bu Mina apa gimana, nih? Ngepas banget lagi doi postingnya. Tapi apartemen Minul kan mewah, kok itu kayak di kosan? 🤣

Nggak ada nih yang mau photo manip Mumu X Minul?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro