🌷 Part 14 : Tulip Kuning

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat pagi menjelang, Key duduk di tepi ranjangnya, pandangan kosong terpaku pada layar ponselnya yang gelap. Pikirannya melayang-layang di antara kegelisahan dan ketidakpastian. Gelisahnya terus menggerogoti batinnya, membuatnya terus mencari pelampiasan untuk menghindari rasa down yang kian memenuhi hari-harinya.

Beberapa hari ini dia menghabiskan waktu dengan Grace dan teman-temannya. Sejujurnya dia sadar betul, Grace menjadi pengaruh buruk baginya. Tapi di titik down, perasaan lelah, muak, dan bimbang yang bercampur aduk ini bisa sedikit terlupakan dengan semua kegilaan yang ia dapatkan dengan Grace.

Lalu ada Zayn, entah kenapa di tengah perasaan campur aduk ini Key masih sempat memikirkan tentang cwok itu. Setiap melihat Zayn dia bisa melupakan semua masalahnya.

Baru saja dia memikirkan Zayn, dan hp berdering. Dia fikir itu dari ibunya lagi. Tidak, kali ini panggilan dari Zayn. Key buru-buru mengangkatnya.

"Halo?"

Zayn mengajak Key ke cafe, ada pertemuan dengan sponsor event besok, dan Zayn sebagai perwakilan harus menemuinya. Cafe dengan bangunan kental jaman Belanda. Mulai dari bangunan luar, bahkan dalam masih terasa era itu.

Sedari tadi Key hanya diam dan tersenyum, menyimak pembicaraan yang selalu ada hal baru untuk dijadikan topik. Satu hal lagi yang membuat Key takjub dengan Zayn, dia negosiator yang handal. Pantas saja ini menjadi tugasnya. Jika itu Key, dia hanya akan menjadi pembicara ini singkat dan padat. Selain minuman, Zayn memesankan sebuah makanan dan cemilan riangan menemani obrolan ini. Semua gratis dengan memotong anggaran event. Perwakilan sponsor kali ini adalah dari salah satu brand minuman yang pabriknya ada di kota ini. Mereka sangat terbuka untuk event-event anak muda seperti ini. Tentu saja, kebanyakan penikmat produk mereka adalah para anak muda.

Di sini Key merasa canggung. Dia tidak banyak membantu dan hanya diam mendengarkan. Pekerjaan nya juga hampir tidak ada karena beberapa sudah dikerjakan oleh orang lain. Kadang dia merasa sama sekali tidak dapat diandalkan sebagai volunteer acara.

Banyak yang di obrolan, hingga perwakilan sponsor itu memutuskan untuk pergi lebih dulu.

"Saya masih punya pekerjaan di kantor," ujarnya agar dipersilahkan untuk pamit. Dia menjabat tangan Zayn dan tangan Key, sebelum pergi. Selain minuman, dia tidak menyentuh apapun. Bahkan makan yang telah Zayn pesan.

"Ayo habisan makanannya, mumpung gratis," ujar Zayn begitu perwakilan itu pergi.

"Aku gak paham, tapi apa dia setuju buat jadi sponsor?"

Zayn mengangkat kedua bahu."kurasa iya."

"Kok ragu banget jawabnya."

"Kamu dengar sendiri, dia ngomongnya ke sana sini. Mana aku paham." Zayn dan Key lalu tertawa.

Mereka duduk di sebuah sudut tenang di kafe yang dipenuhi dengan aroma kopi yang menggoda. Di luar, deretan stand penjualan bunga segar menarik perhatian Key. Mereka menikmati makan siang yang masih tersisa setelah sponsor tadi pergi. Keduanya sama-sama tidak menyentuh makanan yang dipesan, karena tidak sopan juga mereka makan duluan tapi perwakilan tadi tidak kunjung menyentuh makan meski sudah ditawari.

Sekali lagi mata Key tertuju pada stand fresh flowers di depan cafe. Baru saja ada seorang cwok datang dan membeli sebuket bunga tulip merah muda. Buket tadi ia berikan pada seorang cewek yang jelas dia pacarnya. Si cewek nampak bahagia, mungkin dia merasa seperti tokoh utama dalam drama romantis. Sedangkan orang-orang di sekiranya termasuk Key hanyalah pemeran tambahan yang tidak penting.

Key iri, dia ingin sekali diberikan bunga oleh seseorang. Selama ini tidak ada yang pernah memberikannyaa buket bunga. Entah dulu saat dia wisuda, ulang tahun, atau hari lain. Dia begitu ingin mendapatkan bunga dari seseorang. Dulu dia fikir akan mendapatkannya nanti dari Shaan. Namun sepertinya itu tidak mungkin sekarang.

Zayn sadar pandangan Key ke arah lain. Dia menoleh ke arah mata Key yang menatap ke stand bunga. Mulutnya masih mengunyah, dan dia baru bicara setelah semua makanan di mulut telah ia telan. "Kamu suka bunga?" Tanya Zayn memecah lamunan Key.

Key manggung. "Lumayan, siapa yang gak suka bunga. Apalagi cwek."

"Hmmm, gimana kalau sidang nanti aku bakal ngasih kamu bunga."

Key hampir tersedak, ada perasaan senang, tapi lebih banyak ragu. Ucapan seperti itu sering ia dengar. Entah dari Shaan, Mila, dan Laula, juga yang lain. Kenyataannya itu cuma omong kosong dan janji yang tidak bisa ditepati.

"Kamu kan bakal sidang duluan dari ku. Silahkan aja kalau gak lupa."

Zayn menunjuk bunga tulip kuning yang ada di depan mereka. Vas bunga di tengah meja tempat keduanya duduk.

"Bunga ini cocok buatmu. Warnanya sama kayak rambutmu. Sama-sama cantik." Key tersenyum, Key harap Zayn tidak memperhatikan pipi Key yang merah mendengar ucapan itu. Rasanya Key ingin terbang karena senang.

Key buru-buru membuka HP. "Aku penasaran makna bunga tulip." Key sebagai seorang penulis sering sekali membaca tentang makna sebuah bunga. Tapi dia lupa makna bunga tulip kuning. Begitu laman website muncul dan menjawab rasa ingin tau Key, perasaan senang yang tadi ia rasakan mendadak pudar.

"Apa artinya?" Tanya Zayn yang juga ikut penasaran.

Key tersenyum lebar, dia menatap Zayn. "Keceriaan dan kebahagiaan, sama sekali gak cocok buat ku."

Benar, itu sama sekali gak cocok buat seorang Key. Tidak ada ceria, tidak juga bahagia. Tapi bukan itu yang membuatnya yang tadi ingin terbang, sekarang seakan ingin tenggelam ke laut. Selain lambang keceriaan dan kebahagiaan, arti bunga tulip kuning bisa melambangkan dua hal lain, yakni persahabatan yang murni dan cinta yang ditolak atau cinta yang tak berbalas.

🌷🌷🌷

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro