🌷 Part 18 : Kopi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dalam buku Funiculi Funicula Kinuyo mengatakan pada Yukio bahwa, "Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada orangtua yang tidak bisa menyelamatkan anaknya dari keinginan untuk mati."

Lalu perasaan hampa seolah hidup seakan berkahir, perasaan bahwa semua hal yang ada di dunia tak lagi penting, dan kehidupan seolah telah menjadi arwah tersesat yang tidak menemukan surga ini merupakan kegagalan dari mereka? Tetap hidup, namun terasa jiwa telah lama pergi.

"Kenapa gak diangkat?" Tegur Grace.

Hp Key terus bunyi, tapi Key mengabaikannya. Begitu Grace menegur Key, Key hanya membalikkan layar HP ke belakang. HP nya tergeletak di dua cangkir kopi yang masih mengeluarkan embun abu-abu.

"Males," jawabnya singkat.

Grace mengecap. "Oke."

Sebelumnya Grace sangat senang karena dia resmi putus, dan belum genap 24 jam crush barunya menebak dia. Grace trus bercerita bagaimana dia di tembak setelah konser kemarin. Dengan buket bunga sambil berlutut di depan teman-teman band nya. Sangat romantis, seperti dalam drama.

"Ngomong-ngomong apa kabar Sugar Daddy mu?"

Key tertawa mendengar pertanyaan itu. Sudah lama sekali dia lupa pernah punya sugar Daddy. Bukan hal yang terlalu negatif. Dia hanya pria yang 5 tahun lebih tua dari Key, punya kerjaan bagus, dan agak kesepian. Cukup rayuan manja biasa, ucapan manis, dan jalan atau makan bareng, sejenisnya tidak lebih, Key punya atm pribadinya sendiri. Sejujurnya Key sangat membenci hal itu. Dia muak bertingkah layaknya cewek murahan. Semua hanya untuk memenuhi ego di balik kata, 'Dulu aku gak bisa beli apapun yang ku mau.'

"Udah punya brondong baru mungkin," jawab Key dengan hembusan nafas panjang di akhir kalimat.

"Padahal lumayan, kami cantik, body bagus, cari Sugar Daddy lagi boleh lah."

"Males ah, skripsi aja pusing," Dia tidak akan melakukan itu lagi. Key tidak senang terus menbahas soal itu.

"Oh iya Zayn," mendengar nama itu mood Key balik lagi. Dia menyimak dengan seksama. "H+2 event dia bakal sidang akhir. Makannya dia rada sibuk buat bikin PPT dan ngurus ini itu."

Pantas saja, dia hampir tidak liat Zayn setelah konser kemarin. Mereka masih sering Chating, namun hanya basa basi terus selesai.

Sekali lagi HP key bunyi, dan lagi-lagi Key mengabaikannya.

"Mungkin dia kangen," ujar Grace.

"Mana ada, adikku baru ngabarin ortua lagi berantem dan ibuku minta cerai," jawab Key spontan, dia keceplosan. Dia gak suka sok ungkapin masalah keluarga, orang-orang hanya pengen tau, dan sok merasa kasian padahal mereka gak peduli. Cuma berlindung di balik kata 'Sabar ya,' karena mereka sama sekali gak tau rasanya.

"Oh cuma cerai, mamah ku pernah hampir bundir," sambung Grace. Key melongok dengan jawaban itu. Apalagi Grace yang cengengesan di depannya. "Bukan cuma kamu doang yang broken home. Aku juga. Bapakku mungkin kerasukan setan. Sering kesurupan, ngamuk-ngamuk gak jelas, aneh banget. Pernah sekali aku dilempar piring ampe kening dapat jahitan," Grace menunjukkan keningnya yang sering ia tutupi pakai poni, ada bekas luka di sana.

Grace dan Key tatapan sambil diam, sebelum keduanya tertawa lepas. Entah apa yang lucu hingga membuat keduanya tertawa.

"Kenapa gak cerai aja."

"Mana bisa, dalam agamaku pernikahan hanya satu kali dalam hidup dan mati. Meski pasangan mu kayak setan, kamu harus terima sampai dia mati. Agamamu enak ada yang namanya talak, agamamu gak ada."

"Eh kok tau ada talak?"

"Biasanya, dulu pernah jadian ama server sebelah. Hampir di ajak login."

"Terus sekarang?"

"Ke greja aja udah lupa kapan terakhir kali."

Grace tidak cuma cerita soal dirinya, tapi soal Aiden juga. Aiden sendiri yang bilang gak masalah latar belakangnya di ceritain ke orang lain. Bapak ibu Aiden dan cerai, mereka udah punya keluarga sendiri-sendiri. Keluarga bapak ibu Aiden yang baru tipe keluarga kecil Cemara. Sedangkan Aiden dikirimin uang aja cuma kalau ingat. Entah sekarang masih dianggap anak apa enggak.

"Yang paling beruntung itu Zayn," Grace melanjutkan ceritanya. Dia menghembuskan nafas berat. "Keluarga Cemara dari kecil, adik kakaknya akur, keluarga berkecukupan. Gue iri." Grace memaparkan senyuman ke Key. "Jangan merasa sendiri."

Key mengangkat cangkir kopinya, menyeruput pelan-pelan. Kopi itu masih hangat. Hanya menunggu beberapa waktu hawa dingin malam ini mendinginkan cairan berwarna hitam ini. Saat cangkir ini dingin dan kosong, maka percakapan ini akan selesai.
🌷🌷🌷

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro