🌷 Part 9: Kota Malam Hari

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'Aku yang salah, tapi aku juga yang paling sakit.'

***

"Mau kuantar pulang?" Tanya Zayn. Key diam, rencananya Aiden yang mau antar dia balik kost.

"Boleh tuh, gue bisa langsung latihan bareng anak band. Gak papa kak Key?" Sahut Aiden yang sempat membuat Key terkejut karena tiba-tiba dia menepuk kepala Key. Hanya tepukan singkat, karena Zayn langsung menepis tangan Aiden.

"Iya deh, tapi searah kan? Takut kejauhan." Key yang awalnya berdiri dekat dengan Aiden, melangkah mendekati Zayn.

Kadang kala Key memang tidak nyaman dengan kontak langsung dengan laki-laki. Dia akan diam, terkejut, bahkan takut. Bahkan saat berdua, dia sering was-was, menjaga jarak, melakukan apapun agar meminimalisir sentuhan fisik. Ini rahasia kecil Key, dan tak selamanya dia seperti itu. Untuk beberapa teman laki-laki yang sudah berteman lama, dan mendapat kepercayaan dari Key, Key tak masalah bahkan kadang sengaja menggoda orang itu. Tapi untuk orang yang baru ia kenal seperti Aiden, sejak malam di mana Aiden memberikan dirinya alkohol, ada rasa was-was dari naluri alami Key.

Otaknya mungkin sudah tercuci oleh kata-kata ibunya untuk menjaga jarak dengan seorang laki-laki. Menjaga diri baik-baik, karena hanya dia dari keluarga besar yang belum punya anak, tentu saja yang satu angkatan dengannya. Beberapa dari sepupunya, bahkan bibi, om, yang umurnya berdekatan dengan Key sudah memiliki keluarga masing-masing. Kebanyakan karena kecelakaan, dalam kutip hamil duluan pas masih belasan tahun, dan akhirnya putus sekolah. Itu yang ditakuti Ibu key hingga dulu sering memberikan dongeng-dongeng panjang yang kini berhasil mendoktrin otak Key secara tidak sadar.

Rahasia ini ia simpan sendiri, karena orang akan memandangnya dengan aneh. Apalagi cap Key sebagai cewek yang suka jalan sama om-om demi mendapatkan uang jajan tambahan. Bagi Key dia melihat mereka sebagai pria kesepian yang perlu sedikit ditemanin untuk bercerita. Hanya mendengarkan cerita, dan sedikit bercanda, tanpa sentuhan fisik atau yang lainnya, sebatas itu masih bisa diatasi Key. Walau memang orang akan berpandangan jelek soal Key.

Salah satu alasan banyak hubungan Key dengan pacar-pacar terdahulu gagal adalah doktrin ibunya yang terus melekat. Walau Key sering memaksakan diri untuk jalan dengan laki-laki itu, tapi lama kelamaan dia tidak merasa nyaman, lalu akhirnya meninggalkan laki-laki tersebut dengan berbagai alasan seolah dia seorang pemain. Itulah sisi lain dari seorang Key yang ia sembunyikan.

"Searah kok," jawab Zayn.

Key hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Dia berpamitan dengan Aiden yang langsung pergi ke parkiran, kebetulan motor miliknya tak berdekatan dengan motor milik Zayn. Awalnya Key berpikir dia akan dibonceng motor matic Beat (?), atau sejenisnya, karena kebanyakan mahasiswa di sini menggunakan itu. Tapi dia terdiam melihat Zayn mendekati motor Honda CB150R, berwarna biru, Key tak paham soal permotoran karena dia sendiri tak pernah diberikan motor kecuali meminjam dari Pamannya untuk membeli jajan, itupun hanya di area Desanya yang sepi dan kebanyakan sawah.

Waktu itu dia dan Mila saat masih sering keluar berdua pernah menggibah seorang mahasiswi yang diboncengkan pacarnya menggunakan motor CB. Mahasiswi itu nampak sombong ketika turun dari motor. Padahal karena tubuhnya yang pendek, dia sempat jatuh ketika akan turun, membuat Key dan Mila harus menahan tawa mereka. Key pernah sesekali dibonceng dengan motor seperti itu. Dan jujur, pinggulnya tersiksa. Dia menggumam untuk tidak lagi naik ke motor seperti itu. Hingga saat itu, seperti karma untuknya.

"Tajir juga ya kamu," ketus Key pada Zayn yang sudah memasang helm ke kepalanya. "Tapi aku gak bawa helm. Helm yang kupakai waktu berangkat di ambil balik sama abang gojek."

Zayn tertawa kecil, benar-benar menyihir Key. Terasa manis meminta untuk dicicipi seekor semut hitam, tapi Key hanya kuku yang numpang hinggap.

"Jangan khawatir, udah malam. Kita lewat jalan dalam biar enggak kena tilang. Mana tahu ada polisi yang lembur."

Key naik, dudukan yang tinggi, membuat Key harus memegang pundak Zayn agar tidak jauh. Dudukan ini seperti sudah banyak diduduki orang. Key penasaran siapa orang-orang itu, atau hanya satu orang beruntung yang sudah menandai tempat ini sebagai wilayahnya.

Zayn benar-benar lewat jalan dalam, yang harus menempuh waktu lebih lama daripada melewati jalan utama. Karena jalan ini berputar-putar di daerah perumahan, sesekali melewati gang-gang sempit yang sebagian gelap dan sepi karena sudah malam. Tapi Key tidak terlalu takut, entah kenapa dia justru menikmatinya.

Itu mungkin karena obrolan keduanya, kali ini dia melihat sisi Zayn yang biasanya hanya mengucapkan kalimat pokok kepada Key atau senyum dan tawa, kini dia melihat sisi lain Zayn yang cerewet. Dia terus mengoceh tak peduli apakah Key bisa mendengarnya atau tidak, dengan dia yang mengenakan helm dan suara mesin motor ini.

Dengan nikmat Key mendengarkan suara Zayn. Zayn bercerita tentang dirinya, yang memang sudah ia tahu dan ia katakan pada Key, mungkin ia lupa dia mengulang lagi. Tapi ada beberapa bagian dari Zayn yang akhirnya Key tahu. Zayn dan Aiden punya hobi yang mirip. Keduanya suka menonton anime tak peduli sering diejek 'wibu'. Keduanya juga suka musik, sama penikmat musik, bedanya Zayn tidak ahli memainkan alat musik seperti Aiden. Mereka sering datang ke konser band lokal, maupun nasional, lebih sering band rock karena lebih menantang daripada konser band-band biasa, apalagi band indie yang kebanyakan berisi pasangan. Mereka tetap datang, walau tidak seantusias band rock.

Point akhir saat mereka hampir sampai ke kost Key adalah ketika Zayn bercerita bahwa tepat setelah event mereka selesai, dia akan sidang skripsi. Jika Key adalah seorang pendatang, Zayn orang daerah sini, namun dia kost karena jarak rumahnya cukup jauh. Saat Minggu dia akan pulang ke rumah untuk sekedar absen wajah sekaligus meminta jatah uang makan.

"Apa rencanamu saat lulus nanti?" Tanya Key.

"Hmm, kerja tentunya. Walau belum tahu mau kerja apa."

"Sama kalau gitu," sahut Key lagi.

Selama perjalanan sekaligus mendengar suara Zayn, Key dibuat salah fokus dengan pemandangan kota malam ini yang sedikit berbeda dengan biasanya. Saat mereka melewati gang gelap, bukan takut, Key malah tersenyum karena bisa melihat bintang yang saat ini tidak disembunyikan awan. Sangat indah sambil sesekali mencari garis antara bintang-bintang itu seperti yang ia lakukan saat masih kecil. Saat mereka mulai melewati jalan kota, Key takjub pada lampu-lampu kota yang nampak indah dengan kesan menenangkan. Tertata rapi di pinggir jalan trotoar dengan taman-taman kecil yang menghiasi seluruh kota ini. Kota kecil namun indah, itu yang Key seiring katakan.

Hal sederhana ini membuat Key lupa dengan segala kekacauan moodnya tadi. Diganti dengan perasaan senang, dan di buat langsung nyaman dengan seorang pemuda yang belum lama Key kenal ini. Dia mulai berfikir apakah Zayn sengaja melakukan ini karena sadar tingkah Key yang tampak tidak nyaman sejak Aiden membahas Shaan. Tapi fikiran itu dibuang karena Key tidak ingin terlalu muluk-muluk saat ini.

Dan perjalanan itu berkahir dengan sampai-nya mereka di kost Key. Cat berwarna putih tapi saat masuk ke dalam semua dominan warna cream. Ketika masuk gerbang dia akan dihibur dengan banyaknya sandal atau sepatu berantakan, salah satunya miliknya.

"Terima kasih Zayn, hati-hati di jalan." Key mengulurkan tangan, untuk salam perpisahan yang sering ia lakukan ketika ada seseorang yang mengantarnya pulang.

Dia melihat Key sebelum menyakinkan diri untuk membalas salaman Key. Senyum tak luput dari bibirnya itu. "Sama-sama, duluan ya mau balik. Besok kita ketemu lagi saat kumpul."

Key berdecak. "Iya aku ingat." Dan itulah kalimat terakhir yang terdengar sebelum Zayn memutar balik motornya lalu pergi tak terlihat Key lagi.

🌷🌷🌷

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro