Part 02

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kenangan Indah?"

*** Akashi's pov ***

Bermodalkan secangkir kopi, aku menunggu 2 orang di cafe dimana dulu menjadi tempat (Name) dan aku bertemu.

Dulu...

Dan aku mulai mengingat saat acara penerimaan murid baru saat di SMP Teiko dulu...

"Hei, kudengar peraih nilai tes masuk tertinggi itu dipegang oleh 2 orang lho!"

"Eh? Benarkah!?"

"Ya, dan dua-duanya laki-laki lho."

Itulah yang sering kudengar di gedung olahraga saat upacara penerimaan murid baru.

'Tadi aku dipanggil sensei karena aku meraih nilai tertinggi dan diminta untuk menyampaikan kesan dan pesan dalam acara ini...' pikirku di balik panggung 'Tapi siapa 1 siswanya lagi?'

"Ah, Akashi-kun." suara kepala sekolah membuatku menoleh ke sumber suara.

"Ah, kepala sekolah." sapaku sedikit membungkuk padanya.

"Ini murid lain yang akan menyampaikan kesan dan pesan pada acara nanti." ucapnya lalu menunjuk seseorang yang dari tadi berdiri di sebelahnya.

"Oh, salam kenal. Namaku Akashi Seijuuro."

"Salam kenal, Akashi-kun. Namaku (Name) (Surname)." balasnya.

Rambut pendek berwarna (h/c) dengan poni dijepit ke samping. Tinggi yang digolongkan pendek dan wajah yang terkesan feminim... atau bisa dibilang baby face?

Tapi boleh kuakui dia cukup tampan.

"Nama yang cukup feminim, (Surname)-kun." komentarku sedikit tersenyum.

"Hahahaha, apa kau mengejekku Akashi-kun? Itu nama pemberian ibuku, lho."

"Aku tidak mengejekmu, (Surname)-kun. Dan berhentilah tertawa dengan nada sarkas."

"Ah, gomen Akashi-kun! Kebiasaanku."

Walaupun dia tersenyum lebar seolah dia bahagia, tapi sorot mata (e/c)nya itu tidak bisa berbohong kalau... dia terlihat sangat sedih.

"Oh iya, Akashi-kun." ucap (Name) padaku "Ayo kita berteman!" lalu dia mengulurkan tangannya dengan senyum yang kali ini adalah senyum tulus dan lebar.

"Ayo..." dan kami bersalaman sebelum akhirnya fokus pada acara.

"Akashi-kun." suara datar itu menyadarkanku dari lamunan dan kulihat sudah berdiri Kuroko dan Midorima di sebelah bangku tempat aku duduk.

"Duduk." perintahku "Dan pesanlah minuman apapun, aku yang bayar."

Mereka berdua menuruti apa yang kuperintahkan dan memesan minuman mereka. Sambil menunggu pesanan mereka, aku meminum kopiku dan kulihat Midorima membuka mulut untuk bertanya.

"Ada apa memanggil kami berdua, Akashi?"

"Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan." jawabku

"Mengenai (Name)?" tanya Midorima

Aku hanya diam dan kembali meminum kopiku.

"Hei, Akashi-kuuuun!!" aku memutar tubuhku ke belakang dan melihat (Name) sedang menarik tangan 2 laki-laki yang tampak pasra ditarik olehnya.

Untuk murid yang meraih nilai tertinggi bersamaku, dia terlihat terlalu ceria dimana aku berpikir bahwa sehari-hari dia hanya bercanda gurau dengan siapapun.

"(Surname)-kun?"

"Aku ingin memperkenalkan sepupu dan temanku!" ucapnya padaku.

"Oh?"

"Pertama, sepupu hijauku! Namanya Midorima Shintarou!" ucapnya mendorong laki-laki berambut hijau dan sedang memegang boneka kucing?

'Kenapa dia membawa boneka kucing?'

"Salam kenal, namaku Akashi Seijuuro."

"Salam kenal, Akashi." balas Midorima mengangguk

"Dan dia adalah Kuroko Tetsuya!"

"Salam kenal, Akashi-kun."

"A-aah, salam kenal juga."

'Datar sekali...'

"Kuharap kalian bertiga mau berteman satu sama lain!" ucap (Name) dengan semangat, membuat Midorima menghela nafas dan Kuroko menggeleng pelan.

"Sekarang kau jadi suka kopi, nanodayo. Dulu kau selalu memilih teh." komentar Midorima kembali membuatku tersadar

"Aku sudah menyukai kopi dari dulu. Hanya saja berubah sesaat karena suatu alasan..."

"Hei, Seijuuro. Kenapa kau selalu membeli kopi? Padahal rasanya pahit." komentar (Name)

"Apa salahnya? Dan kau berani mempertanyakan seleraku, (Name)?"

"Apa salahnya aku bertanya? Kenapa tidak kau coba teh?"

"Terlalu manis."

"Kalau begitu coba teh hijau."

"Kau berani memerintahku?"

"Ya ampun, Seijuuro. Memerintah dan meminta itu beda nada pengucapan dan susunan kata."

"Aku tau itu."

"Kalau begitu kenapa kau beranggapan kalau aku itu memerintahmu?"

"Karena aku mau."

"Dasar... pokoknya kau harus coba dulu rasa teh!"

Aku hanya bisa sedikit tersenyum saat mengingat kenangan kami berdua.

'Jika dia tidak ada, aku jadi lebih banyak bernostalgia daripada mengerjakan semua pekerjaanku. Kau benar-benar mengubah kehidupanku, (Name).'

"Jadi, Akashi-kun." aku kembali tersadar saat mendengar suara Kuroko dan ternyata pesanan mereka berdua sudah datang "Apa tujuanmu memanggil kami berdua kemari?"

"Apa ini benar ada hubungannya dengan (Name)?"

"Ya" jawabku singkat "Sekarang, Tetsuya. Beritahu aku perkembangan sosial (Name)." perintahku

Kuroko hanya menunduk sejenak, lalu meminum milkshake dan akhirnya menatapku.

"Sepertinya dia benar-benar hilang ingatan tentang orang-orang yang pernah ia temui."

"Shintarou?"

"Ya, dia bahkan sempat kaget saat kuberitahu kalau aku keluarganya--sepupunya--nanodayo."

"Dia... benar-benar melupakannya ya?"

Mereka berdua hanya mengangguk.

"Apa... dia ada bertanya tentangku?"

"Ah, mengenai itu..." Midorima menarik nafas panjang "Dia sempat bertanya padaku siapa namamu."

Lensaku membesar dan semua pergerakanku jadi berheti total.

"Lalu...?"

"Saat kujawab, dia langsung memegang kepalanya dan dia pingsan."

"Ah," aku kembali meminum kopiku.

Semua yang kurasakan langsung menjadi jauh lebih pahit dari sebelumnya.

"Jadi, Akashi--"

"Perintahkan semua kenalan (Name) untuk tidak mengungkit namaku."

"Tapi--"

"Perintahku mutlak, Tetsuya."

Kuroko tampak berpikir sejenak.

"Tapi apa kau yakin, Akashi-kun? Ingatan (Name) itu mayoritasnya adalah--"

"Apa kau menentangku, Tetsuya?" tanyaku dengan perlahan.

Kuroko menggeleng "Jika kau yakin, maka baiklah."

"Bagus."

"Jadi kau ingin mengawasinya dari jauh lagi, nanodayo?"

"Jika itu membuatnya senang, maka akan kulakukan."

"Jika menyangkut masalah (Name), kau menjadi orang lain Akashi-kun."

"Apa yang kau katakan, Tetsuya. Tentu saja aku adalah Akashi Seijuuro."

"Siapa... kau?" tanya Kuroko dengan ekspresi kaget.

"Tentu saja aku adalah Akashi Seijuuro, Tetsuya."

Lalu (Name) memasuki gedung olahraga dengan ekspresi kaget.

"Kau... bukan Seijuuro yang kukenal..."

"Seijuuro yang kau kenal selama ini terlalu lemah, jadi aku mengambil alih."

"Jadi benar kau bukan Seijuuro."

"Berhenti memanggilku Seijuuro, (Name)."

"Benar," wajah ceria (Name) langsung berubah menjadi dingin "Mulai sekarang aku akan memanggilmu Akashi-kun... sama seperti saat pertama kita bertemu tapi jangan harap sikapku akan sama, Akashi-kun."

Aku masih terkejut dengan perubahan drastis (Name), sehingga aku tidak merespons ucapan (Name).

"Sudahlah, Tetsuya." ucap (Name) memegang tangan Kuroko "Ayo kita cari Daiki lagi."

Aku hanya menghela nafas sedih.

'Kenangan yang tidak bisa digolongkan sebagai kenangan indah... tapi aku masih bisa mengingatnya seolah hal itu terjadi kemarin...'

"Jadi kau tidak akan mengunjungi (Name) lagi?"

"Aku akan mengunjungi (Name) saat dia tertidur. Jadi Shintarou, beritahu aku jadwal (Name) agar aku bisa mengunjunginya tanpa diketahui olehnya." perintahku menatap Midorima.

"Iya, akan kukirim lewat e-mail sepulang aku kerja hari ini, nanodayo." balas Midorima memperbaiki letak kacamatanya.

"Ini kembali membuat kita mengingat saat-saat di Teiko." komentar Kuroko.

"Benar," sahut Midorima "Kau tidak mendekati (Name) tapi kau selalu meminta kami untuk mengawasinya seolah dia adalah presiden, nanodayo."

"Dulu aku takut dia akan keluar klub basket setelah bertengkar denganku." sahutku "Mengingat kemampuannya hampir sama denganmu..."

"(Surname)-kun, kenapa kau tidak mau masuk klub basket?"

"Karena aku tidak mau, duh!" jawabnya santai "Lagipula aku tidak tau bermain basket."

"Tapi kenapa sepupumu bisa?"

"Karena dia suka basket."

"Dan kau tidak menyukai basket?"

"Aku netral, Akashi-kun. Aku tidak mencintai dan juga tidak membenci basket."

"Bagaimana kalau taruhan? Jika kau bisa memasukkan bola ke dalam ring dalam sekali coba maka kau akan masuk klub basket."

"Dan jika aku gagal maka kau tidak akan mengangguku lagi untuk masuk klub basket."

"Kau akan menyesal, (Name), nanodayo." tiba-tiba Midorima sudah memasuki gedung olahraga, ikut dengan pembicaraan kami berdua.

"Kenapa memangnya?"

"Hari ini Oha-Asa mengatakan Aquarius dalam keadaan paling sial seharian ini jika tidak membawa lucky item, nanodayo."

"Siapa yang mau membawa KIPAS ANGIN ke sekolah, baka!!" ucap (Name).

"Hari ini lucky item-ku adalah vas bunga dan aku membawanya, nanodayo."

"Itu karena kau adalah sepupu hijauku yang aneh."

"Aneh katamu, nanodayo!?"

"Sudah, jangan bertengkar lagi. Sekarang (Surname)-kun, silahkan coba." pintaku melempar bola basket padanya.

(Name) hanya mengangkat bahu lalu berjalan menuju lapangan basket dan berdiri di tengah lapangan.

"Tunggu dulu--"

"Ups, kau tidak menentukan jaraknya dan taruhan sudah dibuat, Akashi-kun."

'Tidak ada yang bisa memasukkan bola ke dalam ring dari sana kecuali Midorima...'

Lalu (Name) melakukan three-poin dan anehnya bola melayang cukup lama seperti yang Midorima lakukan dan--

--masuk tanpa mengenai ring.

"Eh?"

"Eh?"

"Eh?"

"KENAPA BISA MASUK!?" kaget (Name) langsung berlutut.

"Ternyata kau bisa sepertiku, nanodayo." komentar Midorima "Dan sepertinya hari ini Aquarius sedang beruntung, nanddayo."

"Tidaaak! Ini kesialanku! Aku tidak mau masuk klub basket!!"

"Sekali taruhan tetap taruhan, (Surname)-kun. Selamat datang di klub basket Teiko."

"Seharian itu dia memasang aura yang membuat orang di sekitarnya patah semangat, nanodayo." sahut Midorima "Hari dimana dia kalah dalam taruhan yang kalian buat."

"Ah, jadi (Name) masuk klub basket karena kalah taruhan?"

"Tentu saja dia kalah. Aku absolut, aku selalu menang dan aku selalu benar."

"Ya, walaupun kau tidak menduga bahwa selama 5 tahun kalian masuk sekolah yang sama, (Name) (Surname) adalah perempuan, nanodayo."

"Ah, mengenai itu Midorima-kun, yang lain juga tidak menduganya."

"Minna-san, (Name)-kun meminta kita berkumpul di taman dekat sini."

Ya, saat itu kami baru selesai mengalahkan tim Jabberwock, dengan skor 92-91. Kami yang mengenal (Name) menoleh pada Momoi.

"Kita semua atau--"

"Ah, katanya pemain reguler Vorpal Sword."

"Bearti Kagami dan tim regular Teiko?" tanya Kuroko.

"Mhm, begitulah katanya." jawab Momoi.

Dan kami semua berangkat menuju taman terdekat. Lalu handphone Midorima berbunyi tanda panggilan masuk.

"Ada apa, nanodayo? Eh, kau akan memberitahu mereka!? Tu--tunggu, aku hanya bertanya, nanodayo! Bukan bearti aku khawatir padamu, baka. A--Jangan memakai pakaian itu--" lalu Midorima berkedip, kaget karena telponnya ditutup begitu saja.

"Ada apa, Midorima-kun?" tanya Kuroko.

"(Name) akan berpenampilan berbeda hari ini, jadi dia memintaku untuk menunjukkan kalian dirinya, karena dia yakin 100% kalian tidak akan mengenalinya, nanodayo."

Akhirnya kami sampai di taman dan kami langsung duduk di bangku taman,mengingat tenaga kami belum 100% pulih akibat pertandingan tadi.

"Kata (Name) dia sudah sampai duluan, nanodayo." ucap Midorima menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Oh, mana dia?" gerutu Aomine

"Itu dia, nanodayo." Midorima menunjuk ke depan kami semua, dimana disana berjalan seorang perempuan.

"Midorimacchi, apa rabunmu bertambah? Itu perempuan-ssu." sahut Kise hendak mengambil kacamata Midorima tapi ditepis olehnya.

"Jangan bodoh, nanodayo."

"Lagipula kenapa (Nickname)chin meminta kita berkumpul?" tanya Murasakibara.

"Dia bilang ingin mengatakan sesuatu..." ucap Momoi.

Lalu perempuan yang ditunjuk oleh Midorima berhenti didepan kami.

"Dasar kalian, kalau lihat teman ya ditegur dong." ucapnya membuat kami semua heran.

"Eh?"

"Anoo..."

"Dia adalah (Name), nanodayo." ucap Midorima

Jeda 10 detik.

"Hah?" kaget kami.

Perempuan berambut (h/c) yang panjang nan elegan itu hanya tertawa kecil. Dia memakai dress putih dan dengan boots berwarna putih pula, pipinya sedikit merona dan lensa (e/c)nya berbinar-binar.

...apa benar yang dikatakan Midorima?

"Moo, kalau melihat teman ya ditegur dong!" ucapnya.

"Jika kau adalah (Name), apa kau ingin mengatakan bahwa kau ini adalah gay--"

"Bukan, AHO!" kesal perempuan itu hendak melepas boots putihnya untuk melempar Aomine.

...seperti yang biasa dilakukan oleh (Name) (Surname).

"Jadi..." ucap Momoi "...(Name)-kun yang selama ini kukenal adalah..."

"Perempuan." tutup perempuan itu tersenyum lebar.

Saat melihat senyum itu, aku langsung percaya pada mitos 'Cinta pada pandangan pertama' yang kuubah menjadi 'Cinta pada senyum pertama'.

Aku hanya tersenyum mengingat saat itu. Aku lalu berdiri dan menatap mereka berdua.

"Cukup itu saja," ucapku memulai "Aku ada urusan dan aku akan membayar minuman kalian." dengan begitu aku pergi meninggalkan mereka, setelah membayar minuman kami tentunya.

'Bahkan mendengar namaku pun membuatnya pingsan...'

***

Gomen, minna-san!!

Akan banyak flashback seperti anime N*ruto karena namanya juga orang amnesia, ya akan banyak mengingat-ingat...

Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~

-Rain

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro