Part 05

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"iPhone Merah?"

*** (Name)'s pov ***

"Akhirnya aku diizinkan pulang." ucapku merapikan rambutku di depan cermin di kamar mandi ruang inapku.

4 hari setelah kejadian aku bertemu laki-laki berambut merah--yang sekarang akan kupanggil Aka-kun--di koridor rumah sakit, Midorima mengatakan bahwa aku sudah bisa pulang walaupun kakiku masih belum 100% sadar.

"Tapi harus ada yang menjagamu. Pulang ke rumahku dan istriku akan menjagamu, nanodayo."

"Tidak perlu, Shintarou." balasku datar, "Aku tidak mau menyusahkan keluargamu." sambungku lalu keluar dari kamar mandi.

Midorima hanya menatapku lama sampai dia angkat bicara, "Lalu siapa yang akan menjagamu, nanodayo?"

Aku hanya menyilangkan kedua tanganku di depan, "Apa perlu?"

"Ya." jawabnya datar.

"Kenapa--Offt!" belum selesai aku bicara, kakiku kembali menyerah dan aku terjatuh dengan wajah menyentuh kasur duluan.

"Karena itu, nanodayo." lalu aku diangkat seperti anak kecil mengingat perbedaan tinggi tubuh kami.

"Shintarou, aku tidak suka menyusahkan orang lain." lalu aku diletakkan di kasur.

"Dan kau justru membuat orang lain lebih susah jika tidak ada yang mengawasimu."

'Oh, dia benar...'

"Tapi Shintarou--"

"Baik, nanodayo." ucap Midorima memotong ucapanku, "Aku akan sering mengunjungimu di apartemenmu, nanodayo."

Belum sempat aku menjawab, pintu terbuka dengan tiba-tiba dan gerombolan orang memasuki ruangan inap yang sangat luas ini.

"Aku juga akan mengunjunginya-ssu!"

"Aku akan membawa makanan kesukaan (Nickname)-chin. Tapi bagi-bagi ya?"

"Apartemen (Name) itu sejuk dan nyaman, aku akan sering berkunjung."

"Dai-chan! Harusnya kau bilang akan mengunjungi (Name) juga."

"Berisik, Satsuki."

"Aku juga sama, (Name)-san."

"Kami berempat akan mengunjungimu tiap hari, bukan begitu Reo-nee?"

"Mhm, Hayama benar."

"Tentu Mayuzumi akan ikut, kan?"

"Mhm."

Tanda kesal mulai memenuhi kepala Midorima saat dia sedang menulis keadaanku di clip board, sampai akhirnya...

(Trak!)

"BERHENTI BERBICARA DAN KELUAR SEBELUM KUPAGGIL PETUGAS, NANODAYO!!!"

"EEEH!? MAAF!!!"

...Midorima mematahkan pensil mekaniknya dan memarahi teman-teman, yang membuat mereka kaget dan keluar dengan ketakutan, kecuali untuk beberapa orang yang keluar dengan tenangnya.

"Huft, benar-benar menyusahkan, nanodayo." gerutu Midorima.

Aku hanya memasang senyum canggung melihat Midorima semakin kesal saat sadar pensil mekanik yang ia patahkan barusan adalah lucky item Cancer hari ini.

"Kau mau pulang diantar ambulans, nanodayo?"

"Ah, aku bahkan lupa dimana apartemenku."

Midorima hanya menatap lama wajahku (lagi) sampai akhirnya dia palm face dan menghela nafas frustrasi.

"Kami semua akan mengantarmu, nanodayo."

*** Midorima's pov ***

Setelah izin dengan kepala rumah sakit, akhirnya aku dan yang lain akan mengantar (Name) pulang ke apartemennya. Aku membawa mobil jadi aku yang akan membawa (Name), disusul oleh mobil Kise berisi anggota Teiko plus Momoi dan terakhir oleh mobil Mibuchi yang berisi anggota Rakuzan minus Akashi.

"Aku penasaran aku tinggal di apartemen seperti apa..." gumam (Name) melihat keluar jendela mobil.

'Sepertinya aku melupakan beberapa hal penting...' pikirku lalu sedikit menggeleng, 'Tak biasanya aku melupakan hal yang penting.'

Dan dengan begitu aku menyalakan mobil dan melaju menuju apartemen (Name).

***

"Ah, itu dia apartemenmu (Name)-san." ucap Kuroko tiba-tiba, membuatku hampir kena serangan jantung.

"Kuroko! Sejak kapan kau berada di belakang, nanodayo!?" panikku mencoba kembali fokus pada jalanan.

"Sejak kita berada di rumah sakit, Midorima-kun. Bukannya kau sendiri yang menyuruhku untuk satu mobil dengan kalian?"

'Jika aku tidak sedang mengemudi, aku pastu sudah palm face.' pikirku 'Rupanya itu hal yang penting tadi. Tapi, kenapa aku merasa kalau ada hal penting lain yang kulupakan selain keberadaan Kuroko?'

"Whoa, sugoi!" puji (Name) saat melihat apartemen yang Kuroko tunjuk, sama sekali tidak terkejut dengan keberadaan Kuroko yang tiba-tiba.

Bisa dibilang, (Name) tinggal di apartemen mewah untuk orang bisnis yang sukses. Tentu saja dia akan tinggal di apartemen seperti ini setelah lulus SMA mengingat dia adalah pewaris tunggal perusahaan terkenal (Surname).

"Midorima, apa aku sudah boleh mengingat?"

Aku berpikir sejenak dan akhirnya menghela nafas "Boleh, nanodayo."

"Kalau begitu, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu saat kita sampai di apartemenku nanti."

Aku hanya mengangkat sebelah alisku, "Baiklah."

***

"Whoa, luas." kagum (Name) duduk di kursi roda yang kudorong.

Kami semua memasuki apartemen mewah (Name) yang sangat luas dan bersih ini. Ya, walaupun sudah beberapa bulan tidak ditempati, tempat ini masih sempat istriku bersihkan tiap minggu.

"Yup! Dan kita semua bisa tidur disini!!" ucap Hayama dengan semangat menelusuri apartemen (Name).

Aku lalu mengangkat (Name) dan mendudukkannya di sofa, dan saat itu aku teringat satu hal yang membuatku berdiri dengan tiba-tiba. Tentu saja itu menarik perhatian yang lain.

"Midorima-cchi?"

"Kalian semua--kecuali (Name) dan Momoi--ikut aku!" perintahku menunjuk pintu keluar apartemen (Name).

Mereka hanya saling pandang dengan heran lalu mengangguk. Kami semua pun keluar, walaupun sempat mendapat tatapan heran dari kedua wanita itu.

"Ada apa dengan mereka, Momo-chan?" kudengar suara (Name).

"Entahlah, (Name)-chan. Mungkin masalah laki-laki." jawab Momoi sebelum akhirnya kututup pintu apartemen dan melihat mereka sudah menatapku dengan heran.

"Ada apa, Midorima?" tanya Aomine dengan wajah malasnya.

"Kalian ingat perintah Akashi untuk tidak mengingatkan (Name) padanya, nanodayo?" tanyaku dan mereka semua mengangguk.

"Ya, memangnya ada apa?" tanya Murasakibara memakan potato chips

"Kalian semua pasti tau masa lalu (Name), nanodayo?"

"Berhenti berputar-putar, Midorima-cchi. Itu membuatku pusing-ssu."

"Kise-kun benar, Midorima-kun."

Aku hanya menghela nafas panjang sebelum akhirnya melihat mereka semua, "Kita semua harus menemukan iPhone (Name). Segera."

"Tapi yang mana?" tanya Hayama.

"Ada 3, kan?" tanya Mibuchi. "Warna putih, hitam dan merah."

"Yang warna merah, nanodayo."

"Kenapa? Warna putih saat dia jadi laki-laki, warna hitam khusus panggilan ayahnya dan warna merah--HOLY SHIET!" wajah Hayama langsung memucat saat menjelaskan satu per satu kegunaan iPhone (Name), "Bisa gawat sampai dia menemukan iPhone merah!"

Spontan Murasakibara dan Aomine yang malas-malasan berubah menjadi serius. Siapapun pasti akan serius jika berhubungan dengan Akashi, benar?

"Tapi kalau bisa jangan sampai membuat (Name) curiga. Kuroko akan memberitahu Momoi nanti dan aku akan membuat perhatian (Name) teralihkan, nanodayo." Kuroko hanya mengangguk.

"Siap, bos." ucap mereka.

*** (Name)'s pov ***

"Momoi-san, bisakah kita bicara sebentar?" tanya Kuroko memasuki ruang tamu disusul oleh Midorima.

"Ah, baiklah Tetsu-kun!"

Lalu tersisa aku dan Midorima di ruang tamu.

"Apa yang ingin kau tanyakan saat kita di mobil, (Name)?"

"Ah, aku ingin tau kehidupanku lebih jauh, seperti saat masa SMP dan SMA-ku sebagai laki-laki dan saat sebelum dan sesdah masa sekolah... versimu tentunya."

"Baiklah." jawab Midorima lalu melirik ke arahku, "Tapi ini akan sangat lama dan panjang, nanodayo."

"Aku siap!" sahutku mantap.

"Mari kita mulai dari kehidupan pribadimu dulu, nanodayo."

"Lanjutkan, Shintarou~"

"Kau adalah (Name) (Surname), dan kau adalah seorang perempuan nanodayo."

"Duh, aku sudah tau itu Shintarou!!"

"Umurmu 23 tahun dan baru menyelesaikan kuliahmu di Univ Tokyo jurusan bisnis saat umurmu 22 tahun, nanodayo."

"UMURKU 23 TAHUN DAN AKU BELUM MENIKAH!?" kagetku.

"Berisik, nanodayo." gerutu Midorima, "Mau lanjut atau tidak?"

"Mauu!!"

"Kau adalah anak tunggal dari Haruno (Last Name) dan Iruka (Last Name). Ibumu meninggal saat umurmu 10 tahun karena kecelakaan yang membuatnya dirawat di rumah sakit sampai hembusan napas terakhirnya, nanodayo."

Lensaku membesar mendengarnya.

'Jadi, ingatanku saat itu adalah saat umurku 12 tahun?'

"Lanjut ke kehidupanmu setelah SMA, nanodayo."

"Hei, kenapa melompat-lompat?"

"Agar kau bisa mengingat sisanya sendiri, nanodayo."

"Boo, dasar pelit..."

"Begitu lulus SMA sebagai laki-laki, kau masuk Univ Tokyo dan mengambil jurusan bisnis. Begitu kau sudah selesai, ayahmu langsung mewariskan semua perusahaan padamu yang dengan mudah kau tangani, nanodayo."

"Hee?"

"Dan selama setahun ini perusahaan (Surname) meningkat pesat sampai titik dimana perusahaan itu tidak memerlukan CEO karena semua petugas bekerja keras dan mandiri, nanodayo."

"Waw, aku pasti sangat hebat." pujiku pada diri sendiri.

"Walaupun kau sering tertidur saat meeting penting, nanodayo."

"Apa!?"

"Ya, karena itulah pegawaimu berinisiatif sendiri. Alasan mereka juga karena kasihan padamu yang seorang CEO harus menghadapi semua permasalahan perusahaan begitu kau menginjakkan kakimu di perusahaanmu, nanodayo."

"Waw, mereka baik sekali."

"Ya, alasan lain juga karena mereka sebenarnya takut seseorang akan bertindak saat sadar mereka semua malas-malasan sedangkan kau stress mengurus perusahaan, nanodayo."

"...huh? Siapa?"

"Sekarang kita lanjut ke masa SMA-mu versiku dulu, nanodayo."

"Hei, kau menghindari pertanyaanku. Lagipula, kita beda SMA kan?"

"Tau darimana, nanodayo?"

"Yaah, aku sempat mengingat saat kita lulus SMP. Aku--dan Aka-kun--masuk Rakuzan, kau masuk Shutoku, Tetsuya masuk Seirin, Momo-chan dan Ao-kun masuk Touou, Ki-kun masuk Kaijo dan terakhir Murasaki-kun masuk Yosen. Jadi kenapa kau mau menceritakan masa SMA-ku walaupun kita beda SMA?"

"Karena ini adalah versiku yang bearti hanya sedikit, nanodayo."

"Oh, baiklah. Lanjutkan."

"Begitu lulus SMA, kau masuk Rakuzan sebagai laki-laki dan ayahmu membelikan sebuah apartemen di dekat Rakuzan, nanodayo."

"Rakuzan itu di Kyoto, kan?"

"Mhm. Begitu lulus, tiba-tiba ayahmu memerintahkanmu untuk berhenti menjadi laki-laki, nanodayo."

"Alasannya?"

Midorima hanya mengangkat kedua bahunya, tidak tau alasannya.

"Dan untuk suatu urusan, kau membeli 2 iPhone, nanodayo."

"He? 2!?"

"Kau kaya jadi membeli barang seperti itu sama seperti membeli sebuah permen, nanodayo."

"Waw, boros sekali hidupku..."

"Ya, mengingatkanku pada seseorang."

"Siapa?"

"Sekarang kembali ke masa SMP kita, nanodayo."

"Kau menghindari pertanyaanku, DUA KALI! Tapi baiklah, silahkan dilanjutkan..."

"Kau masuk ke Teiko sebagai laki-laki dan tinggal bersamaku di apartemenku. Kau juga sangat terkenal karena kebaikan dan 'ketampananmu' jadi saat ulang tahunmu--yang kebetulan adalah hari Valentine--kau mendapat banyak hadiah dan coklat, terutama dari adik kelas dan kakak kelas nanodayo."

"Kouhai dan Senpai?"

"Ya, semuanya coklat pernyataan perasaan cinta, nanodayo."

Aku hanya bisa diam lalu tertawa canggung, "Waw, aku senang mendengarnya tapi aku merasa kasihan dengan mereka jika tau kalau aku adalah perempuan saat itu." komentarku lalu melihat ekspresi Midorima, "Oh, jangan-jangan kau iri?"

Wajah Midorima langsung semerah tomat.

"URUSAI, NANODAYO!!" kesalnya lalu menaikkan letak kacamatanya yang tak bergerak, "Tentu saja... saat itu istriku juga memberimu satu... coklat pertemanan."

"Kau benar-benar iri padaku!!" ejekku tertawa lepas, "Dan dia tidak memberimu? Waw, aku kasihan pada sepupu hijauku ini." sambungku.

Baru saja Midorima membuka mulut, aku melihat Kuroko memunculkan kepalanya untuk melihat kami, yang membuatku reflek mengangkat tangan untuk menyuruh Midorima berhenti.

"Tetsuya? Ada apa?"

"Anoo, (Name)-san. Bisa pinjam Midorima-kun sebentar?"

"Oh, silahkan. Tidak dikembalikan juga tidak apa-apa~" jawabku santai.

"Kau ini...!!" gerutu Midorima setelah itu berdiri dan meninggalkanku sendiri di ruang tamu.

*** Midorima's pov ***

Dasar (Name), ini dia salah satu alasanku kenapa aku tidak mau dia menanyakan masa lalunya padaku: dia pasti mengejekku.

"Ada apa, Kuroko?" tanyaku dan kulihat yang lain sudah berkeringat.

"Kami sudah menemukan 2 iPhone dan beberapa barang yang berhubungan dengan Akashi..." ucap Aomine menunjuk kotak besar berisi foto-foto.

"Hanya 2?" heranku dan mereka semua mengangguk, "Satunya tidak ketemu, nanodayo?"

"Masalanya adalah..." ucap Hayama memulai.

"iPhone yang tidak kami temukan justru yang warna merah-ssu."

*** (Name)'s pov ***

Aku yang melihat Midorima keluar ruangan hanya bisa menghela nafas lalu bersadar ke sofa, tapi berhenti saat benda keras sedikit mengganjal bagian punggungku.

'Remote TV? Tapi ada di atas meja.' pikirku mencoba meraih punggungku dan menarik keluar benda yang mengganjal itu.

Dan sebuah iPhone merah sudah berada di peganganku.

'Ini... punyaku ya?' pikirku lalu memasukkan iPhone merah itu ke dalam saku celana sesaat sebelum Midorima memasuki ruang tamu dengan wajah pucat.

"Ada apa?" tanyaku menaikkan sebelah alis.

"Bukan apa-apa, nanodayo."

***

Bagian 5~ (*≧▽≦)

Ada apa dengan iPhone berwarna merah itu?

Apakah iPhone itu ada hubungannya dengan Akashi dan (Name)?

Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~

-Rain

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro