Part 18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Melepasmu?"
*** (Name)'s pov ***

19 Desember
11.34 p.m

Aku menghela napas panjang.

'Sudah beberapa bulan semenjak kejadian itu...' pikirku.

"Aku tidak mencintainya."

(Deg!)

Aku menggeleng.

'Itu sudah lama terjadi, kenapa aku masih mengingatnya sampai sekarang!?' pikirku menjadi kesal.

12 Desember
05.00 p.m

"(Name)..." aku menoleh ke sumber suara.

"Shuuzo? Ada apa?"

"Kita berdua mendapat undangan ulang tahunnya Akashi, acaranya sehari sebelum ulang tahunnya, di salah satu rumahnya disini, mengingat tanggal 20 dia mengadakan untuk tamu perusahaan. Apa kau mau ikut? Acaranya jam 8 malam."

(Deg!)

"Ah, aku ada urusan saat itu." ucapku tersenyun, "Tanggal 19, kan?"

Bohong.

Itu semua bohong.

"Ooh, aku saja yang akan pergi kalau begitu." ucap Nijimura.

Aku hanya terdiam.

19 Desember
07.30 p.m

Aku melihat Nijimura memakai tuxedo.

Semenjak aku keluar dari rumah sakit, Nijimura jadi tinggal bersamaku di apartemen yang kutinggali.

Dan dia menempati kamar Akashi.

"Dasimu, Shuuzo." gumamku hendak berdiri.

"Tunggu disana." ucap Nijimura mendekat.

"Aku justru diminta untuk banyak bergerak oleh Shintarou, Shuuzo."

"Tapi kau tidak boleh kelelahan." gumam Nijimura berlutut di hadapanku.

Mengingat aku sedang duduk di kasurnya.

"Aku tidak akan kelelahan jika berjalan 10 langkah, Shuuzo." gumamku memperbaiki dasinya.

Saat sudah selesai dan aku hendak menarik kedua tanganku, tiba-tiba Nijimura memegang kedua tanganku dan meletakkannya di kedua pipinya.

"Shuu...zo?"

"Kau masih mencintainya, kan?"

(Deg!)

"Eh?"

"Kau bahkan biasa saja saat sedekat ini denganku." gumam Nijimura, "Saat aku menyebut nama Akashi, wajahmu merona. Aku..."

"Aku...?"

Nijimura menatapku dengan serius.

"Aku mencintaimu."

Iris mataku membesar seiring berdirinya Nijimura.

"Aku pergi dulu." ucap Nijimura lalu mencium keningku, "Hati-hati saat di rumah ya."

Aku hanya terdiam sampai Nijimura keluar kamar dan aku tersadar saat pintu depan tertutup.

Perlahan aku menyentuh keningku, lalu berkedip beberapa kali.

"(Name)!!"

Tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah Papa dengan membawa sebuah gaun.



"Papa?"

"Ini dia gaun yang Papa beli untukmu, (Name)! Pergilah saat acara Seijuuro, dan pergi bersama Shuuzo!"

"Tapi Shuuzo sudah pergi, Pa..." ucapku.

"Ah, kalau begitu Papa akan menelpon Seijuuro kalau kau akan terlambat—"

"Tapi aku tidak pergi kesana, Pa..."

Papa terdiam, menatap lama ke arahku.

"Kau tidak menghindarinya, kan?"

(Deg!)

"Eh, kenapa Papa beranggapan seperti itu?"

"Siapapun pasti akan menduga kalau kau menghindarinya setelah semua kejadian itu."

Aku hanya tersenyum kecil, "Aku ada urusan..."

"Ooh, kalau begitu pakailah gaun ini!"

"Tapi—"

"Pakailah~" rengek Papa.

"Tapi—"

"Papa bahkan sudah menyewa penata rias dan penata rambut professional untukmu." gumam Papa pelan.

Aku menepuk keningku.

"Pa, ini hanya pesta ulang tahun dan aku tidak menghadirinya. Lagipula kenapa Papa begitu bersemangat?" heranku.

Papa hanya tersenyum, "Kalian sudah dewasa, kan? Seharusnya kalian tidak menghindari satu sama lain hanya karena kalian putus sebagai pasangan, kan?"

Aku mengigit bagian bawah bibirku, "Tapi aku benar-benar ada urusan..."

"Oh, kalau begitu pakailah gaun ini dan rambut serta wajahmu akan dirias."

Aku menghela napas lagi, disinilah aku sekarang. Berdiri di tengah taman, di depan sebuah air mancur dimana terdapat sebuah jam di tengahnya. Aku memakai gaun pemberian Papa, wajah dan rambutku juga dirias.

Walaupun aku hanya ingin jalan-jalan diluar, aku terlihat seperti akan pergi ke pesta elit.

"Nyatanya..." ucapku melihat uap yang keluar, "Aku terlalu takut untuk bertemu dengannya..." gumamku.

Tiba-tiba iPhone merah-ku bergetar, alu mengangkatnya lalu berbicara.

"Halo?"

"(Name)? Dimana kau?"

"Shuuzo? Aku masih diluar."

"Apa kau tidak lihat ini sudah jam berapa!?"

"Eeh? Jam 11—Kyaa!?" tiba-tiba air mancur di belakangku menyala dan itu membuatku kaget.

Tanpa sengaja aku melepaskan iPhone milikku dan iPhone-ku tercebur di dalam air.

"Aah..." gerutuku, "Apa aku harus mengambilnya...?"

Mungkin harus beli baru...?

Tapi ada banyak kenangan disana.

Baik bersama Nijimura...

Ataupun bersama Akashi.

*** Nijimura's pov ***

Aku sedang berada di pesta Akashi. Hanya ada orang terdekat di sini.

Tim Teiko (termasuk Haizaki), Tim Rakuzan, Tim Vorpal Sword serta beberapa orang yang dekat dengan para Kiseki no Sedai.

Sekarang aku sedang berkumpul dengan para Kiseki no Sedai, minus Akashi karena dia sedang berbicara dengan Tim Rakuzan.

"Shuuzo-san! Kenapa (Name) tidak datang bersamamu?" tanya Momoi.

"Katanya dia ada urusan." jawabku.

Midorima mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa aku tidak tau?"

"Mungkin urusan pribadi-ssu?" sahut Kise.

"TELPON SAJA!!" ucap Momoi bersemangat.

Aku hanya menghela napas lalu menelpon (Name).

"Tolong loudspeaker, Shuuzo-san!" pinta Momoi, dan para Kisedai mulai mengerumuniku.

Dering pertama, dering kedua.

"Halo?"

"(Name)? Dimana kau?" tanyaku.

"Shuuzo? Aku masih diluar."

Iris kami semua membesar, sekilas aku melirik jam dan aku jadi semakin panik.

"Apa kau tidak lihat ini sudah jam berapa!?"

"Eeh? Jam 11—Kyaa!?"

(Tuut! Tuut!)

"Terputus..." gumamku.

"O-oi, dia sedang berada diluar, kan?" tanya Aomine.

"Dan aku tidak mendengar suara orang-orang... Terlalu sepi..." sahut Murasakibara.

Tiba-tiba kami mendengar suara gebrakan meja dan kami melihat Akashi berjalan keluar ruangan dengan terburu-buru.

'Pada akhirnya, mereka tidak bisa berbohong pada perasaan mereka masing-masing, huh?' batinku tersenyum.

*** Akashi's pov ***

Aku memeriksa GPS iPhone (Name), dan terakhir kali terlihat itu berada di taman yang tak jauh dari sini.

'Tunggu, taman ini kan...'

Aku langsung berlari menuju taman tersebut.

Taman yang penuh janji dan kenangan.

*** (Name)'s pov ***

Aku mengembungkan kedua pipiku.

'Aku BENCI air di musim dingin.' batinku menatap air mancur itu dengan tatapan tajam.

Akhirnya kuputuskan untuk mengambil iPhone milikku. Tapi masalahnya adalah airnya terlalu dingin untuk kusentuh...!!

"Beruntung gaun pemberian Papa punya lengan pendek..." gumamku.

Aku menarik napas panjang, lalu menghembusnya.

"Yosh...!" ucapku bersiap mengambilnya.

Dengan cepat aku memasukkan tanganku dan langsung mengambil iPhone-ku.

'D-D-DINGIN!!!' pikirku langsung menarik tanganku.

Walaupun aku hanya memasukkan tanganku, tapi aku terlihat seperti akan terjun ke dalam kolam.

"(Name)!!!" aku tersentak kaget saat mendengar suara seseorang yang berteriak.

Dan itu membuatku terpeleset dan aku tersungkur ke depan, hendak masuk ke dalan kolam.

'A-aku akan jatuuh...!!!' pikirku menutup mataku.

Tapi ada yang memelukku dari belakang dan menarikku.

Akibat momentum yang kuat, kami terduduk di tanah, di atas tumpukan salju yang lembut.

Kepalaku bertemu dengan sesuatu yang hangat.

Déjà vu.

'Kehangatan ini... Terasa familiar...' pikirku memutar tubuhku ke belakang dan irisku membesar.

"Seijuuro—"

Dia langsung memelukku dengan erat.

(Deg!)

"Seijuuro, ada apa—"

"Bodoh, jangan membuatku khawatir!!" bentaknya masih memelukku.

Eh?

"Apa maksudmu—"

"Shuuzo-san menelponmu dan panggilannya terputus..." pelukannya semakin erat.

"Ah, mengenai itu—"

"Aku langsung mencarimu ke tempat terakhir iPhone milikmu terlihat..."

"Tapi—"

"Dan melihatmu yang berada di ujung kolam dan itu membuatku—"

"Seijuuro!" ucapku sedikit membentak, "Panggilanku terputus karena iPhone-ku tercebur ke dalam kolam!"

Lalu aku menatap Akashi.

"Dan aku berada di dekat kolam karena aku mengambil iPhone-ku!" sambungku lalu menunjukkan iPhone merahku yang basah dan dingin.

Dan tanganku yang memegangnya perlahan menjadi beku.

Akashi menatap lama iPhone-ku, tanpa diduga-duga dia menggenggam tanganku yang membeku itu.

(Deg!)

"A-apa yang kau lakukan?" tanyaku dan perlahan wajahku menjadi merah.

"Bodoh," gumamnya, "Membuat tangan mungilmu ini membeku hanya untuk sebuah iPhone. Kau tau kau bisa membelinya lagi, kan?"

Aku hanya menoleh ke arah lain, "Aku mengambilnya karena ada banyak kenangan di dalamnya."

Suasana menjadi sunyi.

"Seijuuro..." panggilku menunduk.

"Hm?"

"Kenapa... kau begitu khawatir padaku?" tanyaku menatap wajahnya.

Iris mata Akashi membesar—

(Teng! Teng! Teng!)

—seiring berbunyinya lonceng di jam, yang menandakan hari telah berganti.

'Ah, tanggal 20...' pikirku.

Perlahan iris merah Akashi kembali normal.

"Apakah salah jika aku khawatir padamu?"

Tetapi genggamannya pada tanganku mulai melonggar, yang dengan cepat kugenggam kembali dengan kedua tanganku.

"Jika sekedar khawatir biasa, kau tidak akan menghangatkan tanganku." gumamku menunduk, "Kau juga tidak akan berlari dari rumahmu ke taman ini."

Akashi terdiam.

"Jika benar kau berkata kalau kau tidak mencintaiku, kenapa sikapmu menunjukkan hal sebaliknya?" tanyaku, "Kau membuatku jadi berharap kalau kau belum melepasku pergi darimu..."

Lalu aku menatap wajah Akashi dan iris mataku membesar.

Akashi sedang tersenyum, dan dia sedang menatapku dengan lembut.

(Deg!)

"Maaf, aku harus kembali." dan detik selanjutnya adalah aku dan Akashi sudah berdiri.

Tapi jarak kami sedikit membesar dari sebelumnya.

"Tamu di rumahku pasti sedang menungguku."

Aku hanya bisa mengangguk.

"Begitu... ya?"

Akashi hanya mengangguk, lalu memutar tubuhnya dan berjalan.

"Tu-tunggu!!" ucapku sedikit berteriak saat Akashi sudah sedikit jauh dariku.

Akashi berhenti, lalu menghadap ke arahku.

Aku menarik napasku, lalu tersenyum.

"Selamat ulang tahun yang ke-24, Seijuuro."

Akashi membalas senyumanku.

"Terima kasih, (Name)."

Lalu Akashi kembali berjalan keluar taman.

Tiba-tiba saat dia sampai di pintu keluar taman. Sia kembali menoleh ke arahku lalu memberikan senyum dan tatapan yang sama seperti sebelumnya.

"Ngomong-ngomong, kau jadi semakin cantik dengan gaun itu."

(Deg!)

Lalu dia kembali berjalan keluar taman.

Saat dia sudah hilang dari pandanganku, aku terduduk lalu menahan tangisku yang keluar.

'Kenapa kau tersenyum dan menatapku seperti itu!?'

'Tatapan dan senyuman yang seolah mengatakan bahwa kau sangat mencintaiku?'

'Bagaimana aku bisa melepasmu?'

'Dan bagaimana aku bisa yakin kalau kau sudah melepasku?'

***

Yo, 😆

Udah lama ga update :v

Maaf update nya lama.

Bagaimana menurut kalian? Bagus?

Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~

-Rain

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro