Diculik Vampir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: chieszstory (Fantasy) & hwarien (Teenfict)

Kupikir vampir hanya ada di legenda. Namun, tiba-tiba aku berhadapan dengan satu makhluk itu.

Di hadapanku sekarang duduk makhluk tampan berkulit putih bak porselen, rambutnya sehitam langit malam, matanya berwarna semerah darah, dan senyumnya memikat dengan sedikit sisi taring terlihat. Ia dikelilingi puluhan kelelawar yang terbang ke sana-kemari, kelelawar itulah yang menculikku terbang ke sebuah kastil terbengkalai di puncak gunung.

Vampir tersebut bangkit dari kursi besinya dan menghampiriku.

“Oh, Tuhan! Aku belum ingin mati! Tolong! Aaaakkkk!”

Aku menutup mata sambil mengangkat tangan karena takut pada apa yang akan terjadi padaku.

Sedetik. Dua detik. Semenit pun berlalu. Namun, tidak terjadi apa-apa.

Ketika kubuka mataku, tampak vampir tampan itu hanya menatap bingung.

“Apa yang kau lakukan, manusia?” tanyanya dengan suara yang sangat merdu.

“Eh? Kau bukannya ingin memakanku?”

Si vampir mengernyit. “Kau pikir aku mau repot-repot membawamu kemari hanya untuk memakanmu?”

“Ah … hehe.” Aku tampak salah tingkah.

Tunggu! Kalau begitu dia menculikku untuk apa? Aku pernah dengar cerita jika vampir terkadang menculik wanita-wanita cantik untuk dinikahi. Jangan-jangan ….

Yah, aku akui kalau aku adalah gadis cantik yang paling populer di kota. Para pria bergantian melamarku. Aku bahkan tidak menerima mereka. Haruskah aku menerima vampir ini? Akh! Dia memang tampan, tapi dia bukan manusia! Duh! Bagaimana ini?!

“Aku dengar namamu Rebecca dan kau wanita terkenal di kalangan manusia.”

Pipiku bersemu merah sambil menunduk. “Ah, itu benar.”

Hei! Mengapa suaraku terdengar genit?!

“Kalau begitu bantu aku.”

“Aduh bagaimana, ya?! Aku bingung harus menerimamu atau tidak!”

—Tunggu! Dia bilang apa?

Mataku kembali menoleh ke si vampir. Kerutan di dahinya semakin dalam seolah mengisyaratkan ‘reaksi-macam-apa-itu?’.

Dalam sekejap, vampir tersebut menaruh tangannya di leherku.

“Aku tidak memintamu, aku menyuruhmu membantuku. Kalau kau ingin hidup, patuhi perintahku!”

Aku lantas panik. Tangannya yang dingin seolah menegaskan ancamannya.

“Ma-maafkan aku, Tuan Vampir. Aku-aku akan mem-membantumu.”

Si vampir lalu melepas tangannya. Ia kembali duduk di kursinya, membiarkanku mengatur napasku yang tersengal karena ketakutan.

“Apa yang bisa kulakukan untuk Tuan Vampir?” lanjutku lagi.

Apa pun yang ia pinta, harus kuselesaikan secepat mungkin! Aku tidak mau berlama-lama berurusan dengannya!

“Aku menculik seorang gadis. Dia kukurung di menara kastil ini,” jawab si vampir.

Hah?!

Vampir itu melanjutkan, “aku ingin menikahinya. Kudengar gadis manusia menyukai lamaran yang berkesan. Kau terkenal di antara manusia, karena itulah aku menculikmu. Kau tentunya tahu lamaran seperti apa yang sebaiknya kupersembahkan pada gadis manusia.”

Sial, kupikir perlakuan itu ditujukan untukku. Rasanya malu sekali. Tapi tidak apa, aku harus pasang wajah sepercaya diri mungkin. Vampir ini tampak polos mendekati bodoh. Daripada kena sial dan aku jadi santapan konyolnya, lebih baik kuturuti saja.

“Sini kubisikkan sesuatu.”

Lelaki itu mendekat. Taringnya terlihat runcing saat mataku sejajar dengan keningnya. Aku tidak fokus ke yang lain. Antara takut dan penasaran, semua menjelma menjadi satu.

“Kamu serius?” tanyanya seolah meremehkan ide cemerlangku.

“Sesama wanita, aku lebih paham seleranya. Sudah, ikuti saja. Kujamin 200% dia akan terkesima.”

“Tapi—”

“Tidak ada tapi-tapi,” aku mendorong lelaki itu hingga ke bawah jendela kamar si wanita, “cepat lakukan.”

“Aku tidak hafal liriknya.”

Hah, aku lupa permasalahan ini. Untung ponselku tersimpan rapat di kantong celana. Sigap, aku mencari potongan lagu beserta lirik yang harus vampir ini hafalkan dalam hitungan detik. Aku tidak mau berlama-lama menjadi nyamuk di sini.

“Oke, oke. Terima kasih.”

Aku segera mundur dan bersembunyi di balik semak-semak, sedangkan lelaki itu sedikit berdeham sebelum bernyanyi lantang. Susah payah kutahan tawaku agar tidak mencurigakan.

“RT lima, RW tiga, sepuluh … nomor rumahku. Jalannya … jalan cinta ….”

Tidak bisa. Aku tergelak terbahak-bahak. Vampir itu benar-benar menyanyikan dengan ekspresi kaku bin lucu. Detik selanjutnya wanita yang melongok dari jendela menyiramnya dengan seember air. Saat itu juga aku tahu kalau aku harus segera lari dari sini.

“Kabuurr!!”

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro