Jarprize

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: William_Most (HTM) & jhounebam (Teenfict)

Jangan pernah buka kendil di gudang, atau kutukan jatuh padamu.

Selalu bosan aku dibuatnya. Lagi pula, jika tidak boleh disentuh, mengapa tidak dipindahkan ke tempat lain?

"Kan sudah dibilang!"

Kutekuri pecahan kendil bersama pasir krem yang berserakan di lantai gudang.

Aku merengut. "Tapi, kenapa Bapak mengotot sekali? Berdasar aturan menyimpang di Indonesia, makin dilarang makin ingin tau!"

Saat itulah aku tidak menyadari, sebuah kain panjang memelesat. Pak Noel yang terkejut pun dililit sampai teremas, tulang jadi remuk mencuat, hingga darah memuncrat beserta ceceran daging dan organ dalam. Tubuhku meremang saat tawa ganjil bergema dari pojok ruangan.

"Selamat sudah membebaskan saya."

Aku melihat Pak Noel dengan ngeri. Tubuh besar itu tergeletak di lantai tak bergerak sedikitpun. Oh tidak. Aku ingin memastikannya, tapi aku terlalu takut untuk melangkahi potongan tulang dan cipratan darah di lantai.

"Kau tidak menyadari apa yang kau lakukan?" Suara itu muncul kembali. Saat aku menengok ke belakang, berdiri seorang perempuan yang sepertinya lebih tinggi daripadaku. Pikiranku menduga dia adalah seorang penari, karena selendang yang ia sampir di belakangnya. Ditambah dengan kebaya dan kain batik sebagai bawahannya.

"Lalu aku terkena kutukan, begitu?" Sepertinya nada bicaraku terkesan menantang, padahal niatku sama sekali bukan seperti itu.

"Beraninya kau bicara seperti itu!"

"Hm, tunggu dulu. Bisakah aku memilih kutukannya?"

"Apa maksudmu?"

"Ya, jika aku boleh memilih, bisakah kau mengutukku untuk menjadi sombong?" Perempuan itu menanggapi omonganku dengan alis naik satu.

"Ya.. sebenarnya aku ini bisa dibilang terlalu baik. Aku sudah muak karena aku sering dimanfaatkan oleh teman sekelas ku. Tapi aku tidak bisa menolak mereka entah kenapa," tutur ku jujur pada orang asing di depanku ini.

Perempuan itu mendelik, "kau yakin?"

"Ayolah, kutuk saja aku! Aku bosan hidup sebagai seseorang yang lugu!"

Perempuan itu kemudian merapalkan mantra yang tak kumengerti. Tiba-tiba selendangnya terangkat dan mengelilingi tubuhku dari bawah hingga atas. Aku menutup mata karena tiba-tiba muncul cahaya putih entah darimana. Setelah cahaya tersebut meredup, aku membuka mata perlahan.

"Apakah kau sudah mengutukku?"

"Boleh saya pinjam tasmu?"

"Enak saja! Ini tas mahal!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro