Mencurigakan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi: Fielsya Fielsya (Romance) - Diva Ariviani divarvni_ (Teenfiction)

* * *

“Kamu tahu nggak apa bedanya kamu sama pelajaran Fisika hari ini?” tanya Rayga sambil berjalan dengan tangan bertaut di sela-sela jari Keyra menuju kelas.

Keyra yang kala itu sedang menyeruput minuman dalam kemasan botol, hanya bisa menggelengkan kepala.

“Kamu tuh, ya, udah aku bilangin, jangan minum sambil jalan. Nggak baik, Key,” tegur Rayga dengan nada lembut.

Keyra melepaskan tangan Rayga untuk menutup botol tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah.

“Iya, iya, maaf. Kan haus, Beb. Nih, udah aku buang. Ya udah, sekarang lanjutin lagi, deh gombalan kamu,” ledek Keyra yang kemudian tertawa sambil menutup mulutnya.

Namun, tiba-tiba fokus Keyra teralihkan. Tawanya mendadak hilang, seiring dengan langkahnya yang perlahan mendekati salah satu sisi jendela di kelas tersebut.

Tingkah Keyra itu memancing Rayga untuk mengikuti arah pandang sang kekasih. “Kamu kenapa ....”

Tangan Keyra langsung membekap mulut Rayga, menghentikan pemuda itu untuk melanjutkan kalimatnya.

Jari telunjuknya lantas mengarahkan Rayga ke dalam kelas. “Lihat itu. Itu, kan Trika. Dia lagi ngapain, ya? Ini kan bukan kelasnya dia.”

Rayga lantas mengalihkan fokusnya ke arah yang ditunjuk oleh Keyra. “Iya, ya. Dia kan, kelas X. Ngapain dia di sini? Itu, bangkunya Janu, kan? Dia masukin apa tuh ke lacinya?”

“Ya udah, ayo kita masuk dan tegur dia,” ajak Keyra yang sudah hendak menyeret lengan sang kekasih.

Sayangnya, Rayga tak mengiakan apa yang Keyra inginkan, hingga kakinya yang tetap tak beranjak dari posisinya, sukses menghentikan niat gadis itu.

“Beb, mending kita nggak usah ikut campur. Ini urusan mereka. Toh, Trika juga bukan mencuri. Siapa tahu, dia mengidolakan Janu dan kasih dia kado rahasia. Iya, kan? Who knows,” tutur Rayga yang membuat Keyra mengurungkan niatnya untuk menegur Trika. “Ya udah, kita tunggu di sini aja, sampai dia keluar. Oke.”

Satu menit kemudian, Trika keluar dari kelas. Dia tampak terkejut melihat kehadiran Rayga dan Keyra. Bibirnya tersenyum dengan canggung. Kedua pipinya merah merona membuat sepasang kekasih itu bingung sekaligus curiga. Namun, belum sempat keduanya bertanya, perempuan itu terlebih dahulu pamit pergi dengan sopan.

"Tuh, kan, aku bilang juga apa. Pasti dia suka sama Janu," ucap Keyra begitu yakin. "Lihat tadi pipinya sampe merah gitu. Aku jadi penasaran apa yang dia taruh di laci mejanya Janu."

Rayga menghela napas melihat Keyra yang sudah masuk ke dalam kelas untuk menghilangkan rasa penasarannya. Jam istirahat kebanyakan kelas memang selalu kosong. Semua murid pergi ke kantin, tetapi untuk Janu, mereka yakin saat ini cowok itu tengah pergi ke perpustakaan untuk belajar atau sekadar mencari buku.

"Lihat, ada bungkus kado. Menurut kamu isinya apa?"

Rayga menggeleng. "Mana aku tahu. Udah yuk, ah pergi aja. Itu namanya privasi Key."

"Ih, tapi aku penasaran tau."

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Rayga mengambil kado di tangan Keyra dan meletakkannya kembali ke dalam laci. Dia lalu menarik sang kekasih pergi dari sana. Baru saja satu langkah ke luar dari kelas, mereka sudah berpapasan dengan Janu. Laki-laki berkacamata itu mengernyit meskipun hanya sebentar. Mungkin bingung kenapa mereka keluar dari dalam kelasnya.

"Eh, Janu. Lo ada lihat Naufan, nggak? Dari tadi nyariin dia enggak ketemu. Mau bahas soal pertandingan futsal minggu depan," ucap Rayga yang dengan cepat langsung mendapat ide.

"Dia enggak berangkat hari ini. Ibunya sakit."

Sebenarnya Rayga sudah tahu. Dia mengangguk pelan. "Oke, thanks, ya."

Setelahnya dia langsung menarik Keyra pergi dari sana.

"Dia memang kaku gitu, ya, orangnya?"

"Enggak tahu."

Saat menginjak kelas sepuluh, Janu pernah bergabung dalam ekstrakurikuler futsal dan mereka sering tanding bersama. Namun, baru bergabung selama tujuh bulan Janu berhenti karena kecelakaan yang terjadi di lapangan. Kakinya patah dan cowok itu memutuskan untuk berhenti. Rayga tentu juga tahu bahwa Janu tidak pernah melewatkan waktu untuk belajar. Setiap selesai latihan, cowok itu selalu buru-buru pergi untuk les. Sekarang, mereka tidak pernah lagi berhubungan.

* * *

Seperti biasa, setelah sekolah selesai Rayga datang ke kelas Keyra untuk mengajaknya pulang bersama. Mereka berjalan melewati lorong yang sudah cukup sepi sambil mengobrol ringan.

"Lagian ngapain, sih, orang kayak Bayu kamu ajak ribut. Dia kan emang agak lain orangnya. Mending juga mikirin aku dari pada mikirin ucapannya yang enggak berfaedah," ucap Rayga ketika Keyra membuka sesi curhat.

Keyra tidak menjawab. Wajahnya tampak semakin kesal meskipun tetap menggemaskan di mata Rayga. Cowok itu berpikir sejenak.

"Kan, udah gue bilang ngasih hadiah semacam ini itu sia-sia. Memang susah ya ngomong sama orang yang udah dibutakan soal cinta."

Sepasang kekasih itu menghentikan langkahnya ketika mendengar suara yang sangat mereka kenali. Mereka saling bertatapan sebelum akhirnya mengintip dari balik tembok.

"Kenapa, sih, Kak Janu selalu nolak. Aku, kan cuma—"

"Ini yang terakhir ya. Gue enggak akan tinggal diam kalau sampai lihat ada benda ini lagi di laci meja gue." Janu menghela napas melihat wajah Trika yang tampak sedih. "Ini demi kebaikan lo juga Trika. Jangan buang-buang waktu buat hal enggak penting. Harusnya sebagai siswa lo fokus belajar."

Trika yang kesal mendengar kalimat itu mendongak menatap Janu. "Aku tahu kok tugasku sebagai siswa itu belajar. Tapi memangnya salah kalau suka sama seseorang?"

Perempuan itu kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Janu yang tampak ingin menahan kepergiannya, tetapi tidak jadi. Cowok itu kembali menghela napas, merasa bersalah.

Di sisi lain, Keyra langsung ke luar dari persembunyiannya. Dia sengaja menabrak bahu Janu sambil melirik tajam. Perempuan itu lalu mengejar Trika. Berniat untuk menghibur. Sementara itu, Rayga menghampiri Janu.

"Gue rasa perkataan lo terlalu kasar tadi ke Trika. Suka sama seseorang itu bukan kesalahan bro. Kalau pun memang lo enggak suka sama dia, seenggaknya hargai perasaan dia."

Janu menatap Rayga yang baru saja bersuara.

"Lo salah kalau mikir Trika suka sama gue."

"Loh, memangnya enggak?"

Janu menggeleng. Dia diam sejenak sambil menatap ke depan sana.

"Dia suka sama orang lain dan cuma minta bantuan gue buat ngasih kado ke cowok itu."

Rayga tertegun. Apalagi saat Janu menyerahkan bungkusan berbentuk persegi itu kepada dirinya.

"Pada akhirnya, benda merepotkan ini sampai juga ke tangan cowok yang dia suka."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro