Not Him

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi: Lira Altair Liraaltair (Teenfiction) - Alle gralinesyl (Historical)

* * *

"Belakangan aku sering dapet kertas kayak gini." Chaesa menunjukkan kertas yang jumlahnya tak sedikit.

Laki-laki yang kerap dipanggil Ji itu mengamati kertas yang isinya berupa kata-kata penyemangat atau hanya sekedar mengucapkan selamat pagi.

"Menurut kamu siapa yang naruh ini di kolong meja aku?" tanya Chaesa meminta pendapat. Pasalnya sudah dua minggu ini dia mendapatnya, jadi tentu saja penasaran dengan pengirimnya.

"Mungkin cowok yang suka sama kamu," kata Ji pada sahabat perempuannya. Meski sudah berteman sejak SD, sampai-sampai dia bosan melihat wajahnya, tetapi Ji akui kalau Chaesa itu cantik. Jadi, agak mustahil tidak ada yang menyukainya di SMA ini. Sudah cantik, pintar pula.

"Ngawur!" tukas Chaesa. Ji tertawa kecil.

Sembari bersantai di kantin usai KBM berakhir, Chaesa memikirkan sosok yang sering mengiriminya surat.

"Tapi liat kertas yang satu ini coba." Chaesa memperlihatkan satu kertas yang berisi kalimat cukup panjang. Ji segera membacanya.

Belakangan kerasa capek banget, ya? Tugas, kerja kelompok, ujian, dan masih banyak lagi. Aku tau nilai penting bagi kamu, tapi jangan lupa sama kesehatan kamu juga. Jangan terlalu banyak pikiran, mau gimanapun juga kamu selalu jadi yang terbaik!

"Aku kadang mikir kalau dia tuh kenal aku banget, maksudnya sampe tau kalau aku lagi capek sama sekolah," ungkap Chaesa.

Akhir-akhir ini Chaesa memang sedang dalam kondisi kacau, pusing memikirkan nilai yang mendadak menurun. Tugas yang menumpuk, materi yang susah dipahami, juga ujian yang akan datang dalam beberapa hari. Dia mengincar peringkat satu, tetapi itu rasanya agak sulit jika keadaannya seperti ini.

"Dibilang orang yang suka sama kamu, nggak percaya amat." Ji mengulang jawabannya.

Chaesa berdecak, dia bangkit dari tempat duduknya. "Berisik ah, aku pulang duluan. Kamu ekskul 'kan?"

Ji mengangguk, dia ada pertemuan ekstrakurikuler hari ini. "Hati-hati!"

"Ya!" ucap Chaesa sebelum pergi dari kantin.

Tak lama setelahnya, Ji juga ikut pergi karena kegiatan ekstrakurikuler akan dimulai, tetapi sebelum itu dia mampir ke kelasnya untuk melakukan sesuatu.

Saat sedikit lagi menuju pintu kelas, dari kaca jendela Ji bisa melihat laki-laki sedang berada di meja Chaesa. Tangannya seperti memasukkan sesuatu ke kolong meja Chaesa. Spontan Ji menghentikan langkahnya. Sebuah pertanyaan muncul dalam benak Ji, apa yang dilakukan laki-laki itu? Kelihatannya agak mencurigakan, apalagi di kelas hanya ada sosoknya saja. Tidak lama berselang, Ji mengernyit ketika sadar dengan apa yang dilakukan sosok tersebut.

"Dia juga?" gumamnya.

Ji memilih untuk masuk ke dalam kelas. Dia ingin membuat remaja pria itu merasa mati kutu. Karena Ji tidak ingin Chaesa berpikir bahwa remaja pria inilah yang selalu memberikan kata-kata penyemangat.

"Apa yang kamu lakukan di sini?!" bentak Ji. Padahal, dia bisa berkata dengan santai. Namun, entah mengapa Ji merasa tidak bisa bersikap lembut dengan remaja pria ini. Ji merasa ada sesuatu yang salah. Apa lagi saat melihat bahwa remaja lelaki itu tersenyum dengan santai.

"Tidak perlu bersikap seperti ini. Bukankah di masa itu, kamu menyia-nyiakannya hanya untuk wilayah kekuasaan? Kamu bahkan membunuh orang tuanya hanya agar wilayah itu tunduk kepada kerajaanmu. Dan sekarang, kamu ingin menggunakan wibawa atau kekuasaanmu? Kita berada di zaman yang berbeda sekarang. Tidak ada lagi yang bisa membuat kamu mendapatkan segalanya sekarang."

Ji merasa bahwa remaja pria di depannya ini gila. Ingin rasanya Ji membuat lelaki ini menoleh ke arahnya. Karena sejak tadi, dia sama sekali tidak melihat ke arah Ji saat bercakap-cakap. Rasa marah tiba-tiba meluap di dalam hatinya. Ji merasa bahwa remaja lelaki ini sangat tidak sopan. Dia akhirnya memilih untuk meraih pundak remaja pria itu. Namun, sebuah kilatan kenangan seketika menghantam pikirannya.

Di dalam kenangan itu, Ji melihat sebuah perang yang berkobar. Dia melihat Chaesa menangis di sana. Ji ingin melangkah ke arahnya. Namun, Ji tidak bisa menggerakkan kakinya. Dia mengalihkan pandangannya ke sekitar. Dan menemukan dirinya sendiri berada di atas tandu. Dengan wajah yang datar, tapi Ji bisa melihat kepuasan di wajahnya.

"Di masa lalu, kamu menyia-nyiakannya. Dan sekarang, kamu ingin aku sekali lagi mengalah? Jangan bercanda!" pekik remaja lelaki itu.

"Bukan! Yang seharusnya bersama Chaesa bukan kamu. Bukan kamu! Di masa lalu ataupun masa kini, itu masih aku!"

Ji merasakan bahwa remaja lelaki itu tersenyum meremahkan. Hal ini membuat rasa marah Ji di dalam hati berkobar sekali lagi.

"Kamu bukan lagi Maha Prabu. Dan kamu tidak lagi memiliki Maha Patih. Yang akan mendapatkannya di kehidupan ini adalah aku!"

Ji, reinkarnasi dari Maha Prabu Hayam Wuruk, menatap ke arah remaja lelaki yang merupakan reinkarnasi dari pelukis istana di masa lalu dengan kejam.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro