Enkidu si Hantu dan Shamhat si Cantik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Reader's POV

"Belakangan ini sering terjadi pencurian ternak di kota, beberapa ternak yang diambil yaitu ayam dan bebek. Banyak sekali penduduk yang melaporkan hal ini."

"Kira-kira mereka tahu bagaimana ciri-ciri pencurinya?"

"Kata mereka, si pencuri mempunyai tubuh kurus dan larinya juga sangat cepat. Untuk wajah, dia memakai penutup kepala berwarna hitam."

"Penutup kepala? Untuk penangkapan pencuri ini akan sedikit susah tapi katakan kepada penduduk kalau aku akan segera mengatasi masalah ini."

"Baik! Tapi, apa yang akan kita lakukan?"

"Gampang saja, pertama kita perlu sukarelawan dari penduduk yang mau membantu kita untuk menangkap pencuri itu. Tapi tentu hal ini harus dirahasiakan. Siang ini kita akan ke kota untuk mencari sukarelawan ini."

"Baik!"

"Apa ada laporan lain?"

"Ini yang terakhir, anda sudah bisa istirahat sekarang Gil."

"Huff, baguslah! Dan kau juga harus istirahat (Y/n)! Terima kasih atas kerja kerasmu!"

Yah, seperti inilah kegiatanku sekarang setelah menjadi putri Uruk. Sudah beberapa minggu sejak aku diangkat dan bekerja membantu Gil. Untunglah Enkidu si hantu (aku memanggilnya begitu) membantuku untuk mengerjakan tugas-tugas ini.

"Kerja bagus (Y/n)! Aku sangat bangga denganmu!" ucap Enkidu sambil memperlihatkan senyuman manis diwajahnya.

"Ini semua karena bantuanmu juga Enkidu, terima kasih!"

"Hm! Hm! Tidak masalah!"

Aku dan Enkidu berjalan menyelurusi lorong-lorong istana yang sepi ini. Ya, masih sangat sepi karena masih sangat pagi. Biasanya pada saat seperti ini, pekerja akan sibuk menyiapkan makan siang untuk sang raja juga memberi makan ternak.

Ngomong-ngomong soal Enkidu, aku bertemu dengannya sehari setelah pengangkatanku menjadi Putri Uruk. Pada saat itu Gilgamesh memanggilku ke ruangannya dan Enkidu 'memperlihatkan' wujudnya yang melayang-layang kepadaku. Hanya kepadaku.

--------

Kedua prajurit yang berdiri menjaga ruang kerja Gilgamesh ini membukakan pintunya untukku. Terlihat disana Gilgamesh yang sedang membaca tablet-tablet yang menggunung dimejanya.

"Saya menghadap Yang Mulia Raja! Ada perlu apa Yang Mulia memanggilku?" ucapku sambil memberikan hormat.

"Berdirilah! Kemarin aku lupa memberitahukan kepadamu kalau kau akan membantuku dan Siduri untuk bekerja mengurus masalah-masalah penduduk dan masalah menyangkut kerajaan. Apa kau bisa?"

"Masalah kerajaan? Kurasa aku bisa!"

"Bagus. Kau akan ku kasih tugas ringan untuk hari ini. Bantu aku menyusun tablet-tablet ini, pisahkan mana yang sudah kubaca dan yang belum. Yang sebelah sini, tablet ini adalah tablet yang sudah kubaca lalu ini untuk balasannya.

Susun dengan rapi dan sesuai dengan balasannya. Nanti akan kuberitahukan. Lalu untuk yang ini adalah tablet yang belum kubaca. Tugasmu untuk yang ini adalah, kau harus membawakan tablet-tablet kosong di rak itu kepadaku. Lalu sama seperti tadi, kau susun dengan rapi dan sesuai dengan jawabannya. Apa kau mengerti?"

"Aku mengerti!"

"Tapi jika kau masih kesusahan, langsung tanya aku! Jangan hanya diam dan menjadi patung disitu! Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun, mengerti?"

"Mengerti!"

"Bagus, sekarang kerjakan!"

Dengan cepat aku membereskan tablet-tablet ini. Gilgamesh memberitahukan tablet-tablet mana yang sudah dibacanya dan yang mana yang sudah dibalasnya. Aku langsung menaruh tablet-tablet ini ke sudut ruangan, tanda tablet ini sudah selesai dikerjakan.

'Hm ... yang ini ...'

"Itu tablet yang belum dibaca olehnya. Berikan tablet itu kepada Gil agar dia bisa membacanya," terdengar suara dari sampingku.

Ketika aku melihat ke sampingku, terlihat seseorang dengan wajah cantik dan surai panjang berwarna hijau disana. Maniknya berwarna biru kehijauan dan dia mengingatkanku kepada Hinata. Hanya saja warna mata Hinata berwarna hijau.

Yang membuat jantungku hampir copot yaitu, orang ini melayang. Aku mengedip-ngedipkan mataku berniat ingin memastikan. orang ini masih tetap melayang.

Orang yang ada dihadapanku menatapku bingung, begitu juga denganku. Aku meraih tanganku hendak ingin menyentuhnya. Tembus. Aku tidak bisa mentuhnya. Tunggu, dia tembus pandang! Aku bisa melihat melihat Gilgamesh padahal dia membelakangi Gilgamesh!!!!

Aku kembali berusaha menyentuh tubuhnya, wajahnya, rambutnya tapi tidak berhasil. Orang yang berada di hadapanku ini tersenyum kepadaku.

"Um nona, sejujurnya aku sudah lama meninggal --tapi tidak terlalu lama juga sih ... Dan jangan takut! Aku tidak akan--"

"HANTU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" aku berteriak dan menjauh darinya.

"(Y/n)! Ada apa?"

Gilgamesh segera bangkit berdiri dan menghampiriku. Tubuhku gemetar ketakutan. Hantu ini menjadi panik dan dia berusaha mendekatiku juga menenangkanku.

"Tenang nona! Aku tidak akan menyakitimu!! Aku ini baik! Tenanglah nona!"

"G-G-G-G-G-G-G-Gil? A-a-a-a-a-a-anda t-t-tidak melihatnya?"

"Melihat apa? Ada apa denganmu?"

"H-hantu! Dia dibelakangmu!"

"Hantu apa?! Jangan bermain-main (Y/n)!"

"Nona! Hanya kau saja yang bisa melihatku! Aku hanya ingin menunjukkan diriku kepadamu! Nona, kumohon, tenanglah!"

***

"Siapa namamu?" tanyaku kepada hantu cantik ini.

Sekarang aku berada di kamarku. Gilgamesh mengantarku dan memintaku untuk beristirahat karena wajahku pucat sekali dan dia khawatir kepadaku. Hantu ini kemudian mengikuti kami sampai ke kamarku.

"Enkidu, namaku Enkidu! Salam kenal!"

"Enkidu? Maksudmu Enkidu satu-satunya sahabat yang dimiliki oleh Gilgamesh?"

"Yup!"

"Bukankah seharusnya dia sudah--"

"Mati. Benar, aku sudah mati tapi aku tidak bisa membiarkan satu-satunya sahabat dan saudaraku kesepian disini. Banyak orang yang mengincar nyawanya dan aku ingin melindunginya. Aku tidak akan bisa pergi dengan tenang jika aku belum melihatnya bahagia dan aman. Maka dari itu, aku ingin meminta bantuanmu! Apa kau bisa membantuku?"

"Membantu ... apa?"

"Temani dia! Bantu dia! Lindungi dia dari orang-orang itu!"

"Tapi aku tidak punya kekuatan untuk--"

"Aku akan membantumu! Aku akan selalu berada di belakangmu untuk membantumu, juga Gilgamesh! Lagipula hanya kau yang bisa ku percaya!"

Aku berpikir sejenak. Enkidu, yang merupakan satu-satunya sahabat dari sang raja meminta bantuanku. Astaga, ini seperti mimpi. Kemudian aku melihat wajah Enkidu, dia melihatku dengan mata memelas. Ugh, baiklah.

"Baiklah, aku akan membantumu!"

"Yey! Terima kasih banyak, (Y/n)!"

Enkidu memelukku tapi ketika aku ingin memeluknya, tanganku kembali tembus. Enkidu si hantu ... ehehehehe.

--------

"Hah~ pemandangan di taman ini sangat indah!"

"Benar sekali! Tempat ini adalah salah satu dari tempat favoritku! Ah, lain kali aku akan mengajakmu untuk ke suatu tempat dimana kau bisa melihat seluruh kota Uruk dari sana! Benar-benar pemandangan indah!"

"Benarkah? Dimana itu?"

"Atap istana! Biasanya juga aku akan tidur siang disana!"

Aku mengangguk kepalaku. Aku dan Enkidu menjadi dekat dan biasanya aku lebih sering berkeluh kesah kepadanya. Seperti sikap raja yang menyebalkan dan nakal, masalahku dengan temanku ketika aku berada di dimensiku, dan yang lainnya termasuk masalah Mama.

Enkidu adalah pendengar yang baik, aku juga sudah menganggapnya seperti saudara laki-lakiku sendiri. Ah ngomong-ngomong, Enkidu itu genderless alias dia tidak memiliki kelamin walau katanya dia lebih cenderung ke sifat laki-laki. Aku awalnya sangat terkejut tapi katanya perwujudannya yang sekarang adalah perwujudan tanda dia mengagumi seorang wanita yang menolongnya sewaktu dia masih tinggal di hutan.

Aku yakin kalau wanita itu adalah Shamhat, semua itu tertulis di kisah Epic of Gilgamesh tapi tidak dituliskan kalau rupa Enkidu rupanya terlihat sangat cantik. Tutur katanya juga sangat lembut.

Aku yakin, baik di zamanku maupun di zaman ini banyak yang tertipu pada penampilan Enkidu. Awalnya aku juga terkecoh padanya.

"Enkidu, apa Ereshkigal tidak marah kepadamu karena kamu ... tidak di dunia bawah?"

"Aku sudah meminta izin kepadanya dan diapun sudah memberikan izin kepadaku. Jadi, tidak masalah!"

"Sudah berapa lama kamu sudah bersama Gilgamesh?"

"Cukup lama. Bahkan sebelum kau datang aku sudah bersama bersamanya. Hm ... kira-kira setelah dia pulang dari pencarian tanaman abadi, seminggu setelahnya aku sudah menemuinya."

"Benar-benar sahabat sejati! Aku harap persahabatanku dengan Souji-kun dan Sora-kun tidak akan pernah putus!"

"Aku juga berdoa untuk kalian!"

"Terima kasih!"

Aku dan Enkidu berbaring di rerumputan taman ini. Udaranya masih hangat, burung-burung juga masih berkicau. Aku yakin Gilgamesh sekarang berada di kamarnya. Dia akan mandi lalu tidur sebentar.

Aku merasa bersyukur karena aku bisa membantunya. Setidaknya beban pekerjaannya tidak akan terlalu berat. Kata Enkidu, dulu dia tidak pernah serius dalam pekerjaannya sebagai raja.

Dia akan keluar ke kota dan bermain-main dengan wanita cantik jika dia bosan. Pekerjaannya itu kemudian diurus oleh sekertarisnya, Nona Siduri.

Enkidu juga mengagumi Nona Siduri. Dia sangat sabar ketika menghadapi Gilgamesh yang masih menjadi 'preman' pada saat dia masih belum bertemu dengan Enkidu.

Sejak Gilgamesh kecil, Enkidu sudah mengawasinya. Mendengar cerita Enkidu tentang Gilgamesh, aku tahu kalau Enkidu benar-benar menyayangi Gilgamesh, bahkan lebih dari dirinya sendiri.

Dia tulus menyayangi Gilgamesh maka tidak heran sang raja juga sangat menyayangi Enkidu. Bahkan di ceritanya menceritakan Gilgamesh yang menangis dan meratapi kepergian sahabatnya itu.

Ah, sungguh persahabatan yang kuat! Persahabatan yang mengharukan juga! Tapi sayang persahabatan mereka tidak bisa terjalin dengan lama. Enkidu harus mati dihukum karena membunuh Gugalanna.

Ngomong-ngomong soal Ishtar, bagaimana ya kabar dewi itu? Aku penasaran dengan rupanya.

"Besok akan dirayakan sebuah perayaan," ucap Enkidu tiba-tiba.

"Perayaan apa?"

"Sebuah perayaan tahunan untuk mengucapakan terima kasih atas berkah dari Dewa Enki. Besok kita akan pergi ke sungai Eufrat dan aku yakin sekarang Gilgamesh juga sudah kembali bekerja."

"Baiklah kalau begitu, ayo kita kembali bekerja!"

"Eh tapi kau sudah bekerja sejak pagi buta! Istirahatlah sebentar!"

"Tidak! Aku ingin membantu sang raja agar pekerjaannya cepat selesai! Ayo, Enkidu!"

Aku membangkitkan diriku lalu berlari kearah ruang kerja Gilgamesh. Enkidu juga sudah melayang menyusulku. Enaknya dia, tinggal terbang tanpa harua berjalan.

"Terima kasih, (Y/n) karena kau sudah bersedia membantu Gilgamesh!"

"Tidak masalah Enkidu! Aku adalah Putri Uruk jadi tentu aku harus membantu rajaku!"

Aku tersenyum kepada Enkidu, begitu juga dengan Enkidu. Terlihat pelayan-pelayan yang berlari kesana-kesini sambil membawa keranjang besar. Aku yakin Ayah dan Ibu juga pasti sangat sibuk.

Aku melihat Gilgamesh yang sedang mengatur sesuatu diluar ruang kerjanya. Senyumanku mengambang diwajahku lalu akupun langsung menghampirinya.

"Gil!" panggilku.

"Huh? (Y/n)? Untuk apa kau disini? Seharusnya kau istirahat!"

"Nope! Nope! Aku ingin membantumu! Apa tugasku?"

Gilgamesh melihatku dengan wajah terkejut, kemudian bibirnya membentuk sebuah seringai.

"Baiklah jika itu maumu! Sebaiknya kau tidak menyesal dengan keputusanmu ini! (Y/n), aku ingin kau..."

Pekerjaankupun dimulai, tentu dengan bantuan Enkidu. Dan gelarku sebagai seseorang yang perkasapun kembali kepadaku. Tapi kali ini bukan pelayan, melainkan putri perkasa.

Aku berlari kearah dapur dan menemui Ibu yang sedang sama sibuknya dengan koki-koki yang ada di dapur ini.

"Ibu!"

"Eh (Y/n)? Ada apa?"

"Gilgamesh memintaku untuk menanyakan tentang kue-kue yang akan dipersembahkan besok. Apa sudah beres?"

"Semua akan beres sore nanti! Lalu semua makanan juga akan kami masak dini hari nanti! Pokoknya semua akan beres sebelum perayaan akan dimulai!" jawab Ibu dengan semangat.

"Baik bu, terima kasih atas kerja kerasnya! KALIAN SEMUA TERIMA KASIH ATAS KERJA KERAS KALIAN! SEMANGAT YA!!!" ucapku sambil menyemangati para pekerja disini.

"WWWOOOOHHH!!!!" balas mereka dengan semangat.

Kemudian aku mengucap sampai jumpa kepada Ibu dan langsung pergi menemui Ayah. Ayah dan yang lainnya membuat sesuatu yang terbuat dari bunga. Ada patungnya juga disana.

Ah aku tahu! Mereka membuat seperti kereta yang terbuat dari bunga! Eh ... entahlah, aku tidak tahu pasti.

"Ayah!"

"Hoh! (Y/n)! Bagaimana harimu?"

"Baik Ayah! Kalau Ayah?"

"Sangat baik! Dan arak-arakkan untuk Dewa Enki sudah hampir selesai! Nanti malam kita sudah bisa memulai perayaan pertama!"

"Hump! Aku mengerti! Semangat Ayah! SEMANGAT YANG LAINNYA!!! TERIMA KASIH ATAS KERJA KERAS KALIAN!!!!"

"WWWWOOOHHHH!!! TERIMA KASIH PUTRI!!!!"

"Sampai jumpa yah!"

"Sampai jumpa nak! Berhati-hatilah ketika bekerja!"

"Baik!"

Aku dan Enkidu tersenyum bahagia. Semua yang dibutuhkan sudah hampir selesai dan aku harap laporan ini akan menyenangkan hati Gilgamesh!

"Kkkyyyaa!!"

"Aaww!"

Aku menabrak seseorang. Astaga, betapa cerobohnya aku! Aku langsung berdiri dan langsung menolong wanita menawan yang berada dihadapanku ini.

Wanita ini memiliki surai berwarna coklat dengan manik berwarna senada dengan surainya. Tapi ... mengapa pakaian wanita ini sangat minim? Bahkan dadanya saja hampir kelihatan semua dan yang terpenting, wajahnya mirip dengan wajah Enkidu . . .

"Ah, Yang Mulia Putri! Maafkan hamba!" perempuan ini langsung membungkukkan tubuhnya.

"T-tidak! Jangan minta maaf! Aku yang salah! Aku yang ceroboh! Aku yang salah dan seharusnya aku yang minta maaf! Maafkan aku!" aku membungkukkan tubuhku berulang kali untuk meminta maaf.

"Y-Yang Mulia Putri! Kumohon jangan seperti itu!" perempuan ini memegang bahuku untuk menghentikanku membungkukkan tubuhku.

Aku mendengar suara dari sampingku, disana terlihat Enkidu yang wajahnya sudah semerah tomat. Eh? Ada apa?

"S-S-Shamhat!!! SHAMHAT!!!!!!!!!!! AKU MERINDUKANMU!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Enkidu dengan cepat menghampiri perempuan ini lalu memelukknya. Tentu perempuan ini tidak bereaksi karena dia tidak bisa melihat Enkidu.

"Shamhat?"

"Iya Yang Mulia?"

Eh? Dia Shamhat? Maksudmu Shamhat yang bersama Enkidu? PEREMPUAN INI ADALAH SHAMHAT? PANTAS SAJA ENKIDU BERSIKAP SEPERTI ITU! SHAMHAT ADALAH KEKASIHNYA! BENAR KAN?!

"Yang Mulia? Apa ada masalah?" tanya Shamhat.

"T-tidak! Tidak ada masalah! Dan apa aku boleh berjabat tangan denganmu?"

"Hm? Tentu boleh! Adalah sebuah kehormatan bagiku untuk bisa berjabat tangan denganmu, Yang Mulia!"

Shamhat berkata dengan senyum menawan diwajahnya. Dia lalu menjulurkan tangannya, dengan cepat aku memegang tangannya yang lembut bak kapas ini.

Hah~~ Shamhat~~~ Dia sangat sangat cantik!!!! Astaga, cantiknya!!!! Dia seperti seorang bidadari~~~!!!!! Bahkan tutur katanya juga sangat lembut~~~ Tak heran jika Enkidu bisa tertarik padanya~~~!!!!

"Y-Yang Mulia? Anda kenapa?" tanya Shamhat.

"Tidak~ Hanya saja tanganmu terasa sangat lembut~~! Astaga!!!!!!!!!!! Tidak heran Enkidu bisa terpikat!! Kamu benar-benar sangat cantik!!! Astaga, kamu membuatku jatuh cinta!!!!!"

"Y-Yang Mulia?"

"TUNGGU (Y/N)! KAU SUDAH PUNYA GILGAMESH!!!!!"

Aku memeluk Shamhat, dia lebih tinggi beberapa senti dariku. Dia adalah seorang kakak idaman! Bukan hanya kakak tapi juga istri idaman! Ah~~~~!!!! DAN YANG MEMBUATKU SENANG, SHAMHAT MEMELUKKU JUGA!!!!

"Yang Mulia, seperti yang dibicarakan oleh orang-orang, anda terlihat sangat menawan! Sungguh sebuah kehormatan dapat bertemu dan dapat berpelukan denganmu seperti ini!" ucap Shamhat dengan rona merah diwajahnya.

Deg! Deg!

"Kkuu!! L-lucunya!!!!!!!" ah~~ dia sangat mempesona~~!!!

"Apa yang kalian berdua lakukan?" terdengar suara tak asing dari belakangku.

"Yang Mulia Raja! Saya memberi hormat kepada Yang Mulia Raja! Semoga para dewa selalu memberkati anda!" Shamhat melepaskan pelukannya dan segera berlutut memberikan hormat kepada Gilgamesh.

"Semoga dewa juga selalu memberkatimu! Berdirilah Shamhat dan apa yang kalian berdua lakukan? Lalu (Y/n), daritadi aku menunggumu! Ku kira terjadi sesuatu padamu!"

Gilgamesh mendekati kami sedangkan aku masih mengagumi Shamhat yang sedang menatapku ini. Gilgamesh memerhatikan wajahku, kemudian dia membuang napas pasrah.

"Astaga, kau benar-benar mengingatkanku kepada Enkidu. Jika Enkidu melihat Shamhat, dia juga akan bersikap seperti ini," ujar Gilgamesh.

"Anda juga berpikir demikian Yang Mulia? Daritadi, saya pikir Yang Mulia Putri juga mirip dengan Enkidu," sambung Shamhat.

"HEI! HEI! AKU DISINI! AKU DISINI! KITA MIRIP? KITA MIRIP KAN? HEI, KITA MEMANG MIRIP! YA KAN (Y/N)? AYO SHAMHAT PELUKLAH AKU!!"

"Shut up Enkidu ..."

"Apa katamu?" tanya Gilgamesh dengan bingung.

Aku menggeleng kepalaku lalu tersenyum kepadanya. Kemudian aku mulai melaporkan laporan yang seharusnya sudah kulaporkan sedari-tadi.

Tentu aku meminta izin kepada Shamhat untuk menjadikannya sebagai kakak angkatku dan syukurlah dia mau menjadi kakak angkatku!

Gilgamesh juga mengizinkannya untuk sering-sering datang berkunjung ke istana, katanya untuk menemaniku serta memperlihatkan tariannya untuk sang raja.

Tarian? Tarian apa? Tarian perut? Kalau sang raja berani melakukan 'itu' kepada Shamhat, maka aku sendiri yang akan menghabisinya! Lihat saja!

End of Reader's POV
.
.
.
.
.
Author's Note:
Yo dan kembali lgi sma ane! Maaf kalau chapter ini gaje dan ada typo dsb desu! Tp ane harap kalian akan menyukainya.

Dan juga, ku ksel sma watty. Seharusny daritd ane uda bsa update 2 kali tp ga terupdate-update -_- trpaksa td yg Putri dari Uruk hrus diunplublish. Kdang yg buat males update ya gini nih -_-

Baiklah, ane harap klian akan menyukai chapter ini! Jangan lupa berikan vote dan komen lalu memfollow akun ini jika berkenan! Sialny ku ga bsa ksih gif banner dan banner. Nanti klo sinyal uda lbih bagus bru ku ksih.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro