Putri dari Uruk

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Note: Sblumny maaf untuk pembaca, watty ane lgi heng dan ngebuat ane emosi -_- dri kmaren ga bsa2 tak update. Jd klo ad notif klo chapter ini dan chapter Enkidu dan Shamhat ud up tp ga bsa dibuka it krna tak unpublish. Maaf krna gangguannya!


Reader's POV

Aku membuka mataku dengan perlahan. Ugh, kepalaku masih terasa pusing dan berat. Kemarin sang raja memberikan anggur kepadaku dan aku meminum anggur tersebut sampai habis.

Aku menutup mataku dan mengganti posisi tidurku. Tapi aneh, mengapa ranjangnya terasa sangat empuk dan nyaman? Atau mungkin ... aku sudah pulang?

Aku kembali membuka mataku. Ketika aku membuka mataku, terlihat Raja Gilgamesh yang melihatku dengan senyuman diwajahnya. Wajahnya terlihat tampan seperti biasa dan senyumannya menjadi nilai plus untuk penampilannya. Yah, dia adalah laki-laki yang sempurna.

Jika aku bisa melihat sang raja, berarti aku belum pulang ke rumahku. Aku ingin tidur lagi, kepalaku masih terasa sangat berat. Tubuhku juga masih capek. Aku menutup mataku, bersiap untuk tidur kembali.

.....
....
..
.

Heh? Sang raja? Raja Gilgamesh? Aku melihat wajahnya?

Eh kemarin bukankah aku makan malam dengannya? Dan aku tidak ingat kalau aku pulang ke rumah orangtua angkatku.

...

Aku kembali membuka mataku dan tersentak terkejut. Lalu melihat kesampingku. Raja Gilgamesh tertawa sekilas karena melihat reaksiku. Dia menopang kepalanya ditangannya sambil terus memerhatikanku.

Aku memeriksa pakaianku, masih utuh. Astaga, aku tertidur di kamar sang raja? BERARTI KEMARIN KAMI TIDUR SERANJANG?!

"Ehehe, jangan takut. Aku tidak mengambil keperawananmu, setidaknya belum. Kau masih gadis. Lalu kemarin kau mabuk dan terlihat sangat lelah, jadi kubaringkan saja diranjangku," jelasnya.

"Maafkan aku! Maafkan aku Yang Mulia! Aku pantas dihukum! Maafkan aku Yang Mulia!" aku membungkukkan tubuhku dalam-dalam.

"Tidak masalah (Y/n)! Lagipula kemarin adalah malam yang menyenangkan untukku. Aku bisa tidur seranjang dengan gadis cantik sepertimu!" pujinya yang membuat wajahku menjadi panas.

Raja Gilgamesh mendekatkan dirinya lalu mengusap puncak kepalaku dengan lembut. Aku mengangkat kepalaku dan tatapan kami bertemu. Aku kembali mengagumi maniknya itu. Terlihat sangat indah. Jarang-jarang ada orang yang memiliki manik berwarna merah semerah darah.

"Aku suka dengan tatapanmu," ujarnya, "tak terhitung sudah tatapan kebencian yang ditujukan kepadaku tapi sangat sedikit orang yang menatapku dengan tatapan yang kau tujukan kepadaku. Hanya Enkidu yang memberikan tatapan itu kepadaku. Kau benar-benar gadis aneh!"

Raja Gilgamesh mendekatkan bibirnya ke keningku lalu mencium keningku. Jantungku berdetak dengan sangat sangat kencang, wajahku juga terasa sangat sangat panas. Aku yakin wajahku pasti sudah semerah tomat!

Setelah beberapa detik, Raja Gilgamesh melepaskan ciumannya lalu menatap wajahku dengan senyuman di wajahnya. Aku membeku. Aku tidak bisa berpikir secara logis! Bagaimana ini?!

Aku ... tidak boleh menarik perhatian sang raja! Aku tidak mau menjadi selirnya!

"Y-Yang Mulia ..."

"Hm?"

"M-mengapa anda ... menciumku? A-aku ..."

"Itu adalah sebuah ciuman selamat pagi. Dulu Enkidu selalu memberikan ciuman selamat pagi untukku. Karena sekarang aku menganggapmu sebagai teman dan orang kepercayaanku, maka aku memberikan ciuman ini untukmu!" senyuman manis mengambang diwajahnya yang tampan.

Sepertinya pagi ini dia terlihat sangat bahagia. Dan bibirku ... mengapa terasa sedikit kebas? Aku memegang bibirku karena terasa sedikit aneh dan tidak nyaman. Apa karena efek minum anggur?

"Ada apa dengan bibirmu?" tanya sang raja.

"Ah, tidak. Hanya saja, bibirku terasa sedikit kebas. Apakah karena efek anggur?"

Aku melihat sang raja tapi sang raja malah memalingkan wajahnya. Huh? Ada apa? Apa benar itu adalah efek dari anggur?

"Benar, itu adalah efek dari minum anggur. Bibirku juga terasa kebas sedikit," jawab sang raja.

Aku mengangguk mengerti. Sang raja kemudian kembali melihatku, begitu juga denganku. Jarak kami sangat dekat, apakah budaya disini memang seperti itu? Eh tunggu, apa yang ku lakukan disini? AKU HARUS BEKERJA!!!!!!!!!!!!!!

Aku menggeser tubuhku, berniat ingin beranjak pergi dari kamar sang raja lalu pulang, mandi, dan kembali kemari untuk bekerja.

Tapi sang raja segera memegang tanganku lalu menarikku --lagi-- ke dalam pelukannya. Astaga, apa-apaan ini? Ini sih namanya pelecehan! APAKAH KAU PIKIR KAU BISA SEENAKNYA KEPALA EMAS?!

Aku berusaha melepaskan diri dari sang raja tapi apadaya tenaga sang raja lebih kuat dariku. Seketika gelarku sebagai pelayan perkasa hilang jika aku berhadapan dengan sang raja.

------

Di dalam pikiranku, aku meraih tanganku berniat ingin mengejar dan menghentikan gelar pelayan perkasaku yang meninggalkanku karena aku masih tidak pantas untuk dipanggil 'perkasa'.

"Tunggu!!!! Jangan tinggalkan aku!!!!"

"Kau masih tidak pantas mendapatkan gelar ini! Aku akan pergi. Bersenang-senanglah," gelarku melambaikan tangannya kepadaku.

"TUNGGU!!!!!! JANGAN TINGGALKAN AKU!!!!!!!!!!!"

-------

"Oi! Jangan melamun!"

Sang raja membuyarkan lamunanku. Ah, apa itu barusan? TIDAK! GELARKU MENINGGALKANKU!

"Hei! Ada apa denganmu? Apa kau sakit?" sang raja mendekatkan wajahnya ke wajahku lalu menempelkan keningnya ke keningku, "tidak panas. Apa ada masalah?"

"Gelarku meninggalkanku ..."

"Hah?"

....

Seketika ruangan ini menjadi sangat sunyi.

-----

"Huh ..." aku membuang napas pasrah.

"Ada apa, nak? Apakah kamu memikirkan sang raja?" tanya Ibu.

"Untuk apa aku memikirkan si kepala emas sialan itu? Hump!"

"Tapi tadi kamu membuatnya tertawa dengan sangat keras sampai-sampai kami datang ke kamarnya untuk melihat apa yang terjadi. Dan kamu kemarin juga tidak pulang ..."

"Maafkan aku Ibu, kemarin Yang Mulia memberikan anggur kepadaku dan aku mabuk. Aku benar-benar minta maaf! Tapi tenanglah, Yang Mulia tidak melakukan apa-apa kepadaku!"

"Baguslah kalau begitu nak! Kemarin sebenarnya kami ingin menjemputmu tapi kata Nona Siduri sebaiknya membiarkan kalian berduaan. Yah, mungkin Raja Gilgamesh memang benar-benar tertarik kepadamu, (Y/n)."

Ibu tersenyum kepadaku. Tidak kok, sang raja tidak tertarik kepadaku. Dia hanya menganggapku sebagai temannya.

Aku sudah tidak memakai cadar lagi. Sang raja memerintahkanku untuk jangan menutupi wajahku yang cantik ini dan biarkan orang-orang mengagumi kecantikanku.

Sang raja juga memarahi Ayah dan Ibu, tapi untunglah sang raja tidak memberikan hukuman kepada mereka. Tentu karena Ayah dan Ibu sangat pandai merangkai kata-kata.

Mereka melakukan itu karena berniat ingin melindungiku. Lalu mereka juga bilang mereka tidak mengizinkanku untuk menjadi pelacur kuil. Ugh, pelacur kuil? Ada yang namanya pelacur kuil?

Beberapa pelayan dan prajurit selalu memerhatikanku ketika aku melewati mereka. Bahkan ada prajurit yang wajahnya merah karena melihatku tersenyum kepada mereka. Sungguh, mengapa mereka seperti itu? Aku tidak begitu cantik!

"(Y/n)! Martha!" terdengar suara Ayah yang memanggil kami.

"Ada apa Ayah?"

Aku dan Ibu segera menghentikan aktivitas kami. Ayah menghampiri kami dengan wajah khawatir.

"Raja Gilgamesh! Dia meminta kita semua untuk menghadapnya! Katanya, akan ada upacara pengangkatan. Aku takut! Aku takut kalau upacara itu adalah upacara pengangkatan selir!"

Deg!

Gawat!

Tak lama, Nona Siduri dan beberapa pelayan datang menghampiri kami dan memintaku untuk ikut bersama dengan mereka.

Disepanjang perjalanan, aku terus menerus meminta Nona Siduri memberitahukan kemana mereka akan membawaku dan juga upacara pengangkatan apa yang dilakukan oleh sang raja?

Bukan jawaban tapi malah senyuman manis yang diberikan oleh Nona Siduri. Kamu akan mengetahuinya nanti --katanya. Semoga bukan hal yang buruk!

Kami masuk ke ruangan kemarin dimana aku dimandikan. Mereka akan kembali memandikanku? Ayolah! Aku bisa mandi sendiri!

----

Setelah mandi dan memakaikanku tunik berwarna putih polos dengan garis-garis merah, mereka mulai berdebat tentang rambutku.

Mau dikepang? Dilepas? Apakah harus seribet ini? Ayolah aku ingin bertemu dengan Ayah dan Ibu! Mengapa nasibku sial sekali?!

"Kita buat begini saja," ucap Nona Siduri.

Nona Siduri mengambil sisir dan alat yang entah apa namanya lalu dia mulai membentuk rambutku. Setelah rambutku digerai seperti biasa, Nona Siduri mengambil alat yang entah apa namanya dan membuat rambutku bergelombang dibagian tengah, lalu ke bawah.

Kemudian Nona Siduri mengepang sedikit rambutku lalu kepangan itu dililitkan di atas kepala. Lalu Nona Siduri mengambil pita yang berbentuk bunga dan menaruh pita tersebut tepat diatas kepangan.

(Kira2 sprti ini desu. Maaf ku agak susah mendeskripsikan 😂😂😂)

"Sudah selesai!" ucap Nona Siduri.

Kedua pelayan yang bersama dengan Nona Siduri bersorak kegirangan. Apa sih? Mereka kemudian merias wajahku sedikit dan kamipun akhirnya siap menghadap sang raja.

Sama seperti sebelumnya, orang-orang yang berada di ruangan ini melihatku dengan tatapan kagum? Ku tegaskan sekali lagi, aku tidak secantik itu!

Kedua prajurit yang kutemui sebelumnya bersama Ayah dan Ibu terkejut ketika mereka melihatku. Lalu mereka memberikan hormat kepada Nona Siduri dan juga kepadaku.

Mereka membuka pintu emas itu dan di dalam ruang singgasana ini, sudah ada banyak orang yang berada disini. Oops ... apa ini? Ini bukan acara pernikahan atau apa kan?

Sang raja sedang duduk di singgasananya dan ketika dia melihatku, raut wajahnya seketika berubah. Dia seperti terkejut? Juga kagum? Atau memang mataku yang buta?

Raja Gilgamesh bangkit berdiri dari singgasananya. Dia memperlihatkan senyumannya. Nona Siduri dan aku berlutut memberikan hormat kepadanya.

Aku melihat ke samping, Ayah dan Ibu juga terlihat terkejut. Dan pakaian mereka juga sudah berubah. Ada apa ya? KOK AKU JADI TAKUT?!

"Berdirilah kalian berdua. Lalu Siduri, aku berterima kasih karena kau sudah mendandani calon putri Uruk ini dengan sangat mempesona. (Y/n), mendekatlah! Lalu Epithy dan Martha, maju dan berlututlah!"

Dengan ragu-ragu aku mendatangi sang raja. Dia menjulurkan tangannya, akupun meraih tangannya itu. Tangannya sangat besar dan terasa sangat hangat. Entah mengapa, aku teringat dengan Kozue serta Hinata. Mereka selalu mengatakan kalau tanganku terasa sangat hangat.

"Dengar kalian semua! Mulai hari ini, (Y/n) akan ku angkat sebagai Putri dari Uruk! Dia juga yang akan mengurus segala keperluanku! Hormati dia dan jangan sampai kudengar kalian menyakitinya! Jika ada yang berani menyentuh sehelai saja rambutnya maka kalian akan kupenggal!

Lalu untuk kedua orangtua angkat (Y/n), Epithy dan Martha, kalian kuangkat sebagai kepala pelayan dan kepala juru masak, menggantikan kedua kepala pelayan yang lalu! Kalian juga akan tinggal diistana bersamaku dan (Y/n)! Semoga para dewa memberkati kalian!" ucap sang raja dengan lantang.

"SEMOGA PARA DEWA MEMBERKATI KALIAN! WWWWWOOOOOOOOHHHHH!!!!!!!!!"

Heh? APA?!?!?!?!?!?!?!?

Ayah dan Ibu terkejut bukan main, kemudian mereka berulang kali mengucapkan terima kasih kepadanya. Mereka berdua juga menangis, air mata kebahagiaan.

Tunggu tunggu! Putri dari Uruk? Apa-apaan itu? MENGAPA JADI SEPERTI INI?! SEHARUSNYA KEMARIN KUTANYAKAN SAJA BAGAIMANA CARA PULANG KE DUNIA ASALKU! KALAU SEPERTI INI, BAGAIMANA CARAKU UNTUK PULANG?!

Musik-musik mulai dimainkan, para penari mulai mengangkat tangan mereka dan menghentakkan kaki mereka, orang-orang yang ada disini mengangkat cawan mereka dan meminum anggur mereka, sudah bisa dipastikan kalau pesta sudah dimulai.

Sejak kapan sang raja menyiapkan pesta ini? Padahal baru beberapa jam aku meninggalkan dia di kamarnya. Aku mendatangi Ayah dan Ibu, lalu merekapun memelukku.

"(Y/n)! Terima kasih!" ucap Ayah.

"Tidak ku sangaka, kedatanganmu sungguh memberikan berkah bagi kami! Semoga para dewa memberkatimu!" sambung Ibu.

Aku tidak mengatakan apa-apa dan hanya kembali memeluk mereka. Tak lama, Ayah dan Ibu melepaskan pelukan mereka dan membungkukkan tubuh mereka.

"Sedang apa?"

Ada seseorang yang merangkul pinggangku, lantas akupun melihat siapa gerangan yang merangkulku ini. Ugh, sang raja. Raja Gilgamesh merangkulku sambil memperlihatkan senyuman nakalnya.

"Hormat kami kepada Yang Mulia! Semoga para dewa memberkatimu!" hormat Ayah dan Ibu.

"Semoga para dewa juga memberkati kalian. Ngomong-ngomong, apa aku boleh meminjam putri kalian? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengannya," ucap Raja Gilgamesh.

"S-silahkan Yang Mulia," ujar Ayah.

Raja Gilgamesh kemudian menarikku keluar dari ruangan ini. Dia akan membawaku kemana? Tapi aku harap dia tidak membawaku ke tempat yang macam-macam atau aku akan benar-benar menghabisinya!

Tidak ada yang bicara ketika kami menyelusuri lorong-lorong istana. Para prajurit memberikan hormat kepada kami ketika kami melewati mereka. Kemudian, tak lama Raja Gilgamesh menghentikan langkahnya.

Sebuah pintu emas (lagi) dengan lukisan yang diukir di pintunya. Kedua prajurit yang menjaga ruangan ini membuka pintu ini lalu kamipun memasuki ruangan ini.

Kesan pertama yang menjadi penilaianku, banyak sekali tablet-tablet yang berserakan disini. Terlihat juga sebuah meja besar, kursi panjang, meja, dan sebuah celah jendela besar. Ada juga beberapa barang-barang yang tidak kuketahui namanya tapi terlihat seperti rak buku?

Ruangan ini terlihat seperti ruang kerja. Heh? Atau apakah ruangan ini adalah ruang kerja sang raja?

"Raja--"

"Gilgamesh. Panggil saja Gilgamesh --atau Gil, semua terserah padamu tapi tolong jangan panggil raja."

Raja --ah tidak, Gilgamesh melepaskan pegangannya dari tanganku lalu dia berjalan kearah meja tersebut, kemudian duduk di kursi besar yang menghadap meja tersebut.

"Um, Gil ... gamesh, ini ... ruang kerjamu?"

"Yup!"

"Mengapa anda membawaku kesini?"

"Aku ingin membicarakan tentang kedatanganmu ke abad ini. Kemarin kau belum menyelesaikan ceritamu bukan?"

Ah, dia ingat rupanya. Baguslah! Mungkin aku bisa meminta tolong padanya! Aku harap dia bisa menolongku untuk pulang ke rumah!

"Benar! Um, jadi kemarin sampai ..."

"Sebuah kaca membawamu kemari."

"Ah iya! Jadi kaca itu menghisapku dan membawaku kemari! Lalu kedua orangtua angkatku menemukanku digurun dekat sungai Eufrat. Mereka kemudian membawaku ke rumah mereka dan merawatku. Kata mereka, aku tidak sadarkan diri selama dua hari."

"Hm ... begitu ya. Baiklah, sekarang pertanyaanku yaitu, apa kau ingin kembali ke duniamu?"

"Hm! Aku mau kembali! Aku harus menjaga dan merawat keluargaku!"

"Baiklah, aku sebagai raja atas Uruk berjanji akan menolongmu untuk pulang ke duniamu!" ujar Gilgamesh yang membuatku melompat kegirangan.

"Benarkah itu?! Astaga terima kasih banyak!!!" aku menghampiri sang raja yang sedang duduk itu dan memeluknya.

Eh? Apa yang aku lakukan? Sadar dengan apa yang ku lakukan, aku melepaskan pelukanku. Lalu membungkukkan tubuhku dan meminta maaf kepada sang raja.

Gilgamesh kemudian tertawa singkat lalu mengusap kepalaku dengan lembut. Senyuman manis kembali mengambang diwajahnya. Hm, dia bukan orang yang buruk juga.

End of Reader's POV
.
.
.
.
.
Author's Note:

Yo dan kembali lagi dengan ane! Maaf desu kalau chapternya membosankan, ane ga tau mau nulis apa dichapter ini 😂😂😂 sumanai desu!

Maaf juga kalau ada typo dan unsur lainnya. Lalu jangn lupa untuk memberikan vote dan komen! Lalu memfollow akun ini jika berkenan!

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro