Makan Malam dengan Sang Raja

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Reader's POV

"(Y/n), kau benar-benar gadis lancang!" ucap sang raja sambil memperlihatkan seringainya.

"Y-Yang Mulia ..."

"Mengapa kau berbohong kepadaku?"

"I-Itu ..."

Aku mengalihkan pandanganku, tak berani menatap sang raja. Dia terus memegang daguku sambil menatapku. Aku takut kalau dia akan melakukan hal yang buruk kepadaku juga kepada orangtuaku. Bagaimana ini?

"Huff."

Terdengar sang raja membuang napas dengan kasar. A-apa dia marah? Aku menggigit bibir bagian bawahku, bersiap menerima hukuman apa yang akan diberikan sang raja kepadaku.

Tapi bukan hukuman, dia malah melepaskan pegangannya dari daguku lalu beranjak dari ranjangnya. Kemudian dia berjalan kearah meja yang penuh dengan makanan itu.

Aku melihatnya bingung. Tapi tentu, ada rasa bersyukur dihatiku karena dia melepaskan pegangannya. Sang raja duduk menghadapku sambil menatapku.

"Apa yang kau lakukan disitu? Ayo makan!" pintanya.

Aku tersentak, dia tetap mau mengajakku makan malam? Aku mendirikan diriku kemudian berjalan kearah meja itu lalu duduk saling berhadapan dengannya.

Dia masih menatapku, begitu juga denganku. Memang perasaanku saja atau matanya memang bersinar? Ah, mungkin karena efek cahaya lilin?

Eh tapi mungkin saja! Sang raja bukanlah manusia sembarangan! Ada darah dewa yang mengalir ditubuhnya! Para ilmuan juga mengatakan kalau dia itu pria terkuat di dunia pada zamannya! Tapi kurasa kalau di zamanku, dia akan mati karena tertembak.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya sang raja yang membuyarkan lamunanku.

"A-ah, t-tidak! Tidak ada!"

Aku menundukkan kepalaku. Mengapa aku memikirkan hal tersebut? Entah mengapa aku ada merasa sedikit menyesal karena aku tertarik dengan Raja Gilgamesh.

Maksudku, diantara semua kisah-kisah para pahlawan, hanya kisah Gilgamesh saja yang membuatku tertarik akan kehidupannya. Dia itu keturunan dewa!!

Sekarang, sang raja sudah ada di hadapanku! Aku juga pernah berpikir jika aku bertemu dengan Gilgamesh, aku ingin mewawancarainya! Masih banyak hal yang ingin ku ketahui darinya! Masih banyak pula misteri dunia yang ingin ku ketahui!

"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu. Makanlah dan berhenti memikirkan urusanmu itu! Kau bisa memikirkannya nanti setelah kau pulang ke rumahmu!" ujar sang raja yang kembali membuyarkan lamunanku.

Terlihat sang raja yang sudah memakan makanan yang dihidangkan. Makanan seperti ayam bakar, sup yang tidak ku ketahui apa itu (tapi terlihat seperti kari), roti pipih, buah-buahan dan minumannya adalah anggur.

Tunggu, tidak ada air putih? Aku tidak bisa minum anggur! B-bagaimana jika aku mabuk nanti! Astaga, amit-amit!

"Kau tidak suka makanannya?" tanya sang raja.

"T-tidak! Bukan begitu--"

"Kalau begitu makanlah! Apa kau ingin aku menyuapimu?"

"T-tidak! Terima kasih!"

Aku mengambil selembar roti pipih ini lalu merobeknya. Ku celupkan roti ini ke dalam sup yang terlihat seperti kari ini lalu memakannya.

Hm, rasa sup ini terasa seperti kari tapi rasa bumbunya tidak terlalu kuat. Kari khas India adalah kari yang enak menurutku.

Tapi aku pernah coba kari yang dimasak dengan resep orang Inggris. Karinya aneh, mereka menambahkan timun ke dalam masakannya. Warna karinya juga kehijauan.

Aku memakan makanan ini sambil terus menundukkan kepalaku. Tapi kemudian, aku melihat sebuah tangan yang muncul tiba-tiba sambil memegang roti pipih itu dihadapanku.

Aku tersentak kaget (sampai melompat) dan melihat pemilik tangan itu. Sang raja melihatku terkejut dan kemudian tertawa. Tertawa dengan keras.

"AHAHAHAHAHAHAHA!!! ASTAGA!! KAU BENAR-BENAR GADIS YANG ANEH! KAU BAHKAN TAKUT DENGAN TANGANKU?! AHAHAHAHAHAHA!!!!!"

"Tanganmu muncul secara tiba-tiba! Ku kira itu tangan hantu!"

"Hantu?" balas sang raja sambil berusaha menghentikan tawanya, "apa itu hantu?"

"H-hantu! Y-Yang Mulia tidak tahu?"

Sang raja menggeleng kepalanya, tanda bahwa dia tidak tahu bahkan tidak pernah mendengar kata-kata itu. Oh iya! Masyarakat disini masih tidak tahu apa itu hantu. Tapi tentu mereka menyebut hantu dengan nama lain. Kira-kira apa ya?

"Kalau begitu, tau yokai?"

"Yo ... apa? Apa ... itu?"

"Yokai? Sama seperti hantu! Ah bagaimana kalau arwah gentayangan? Arwah yang tidak tenang yang selalu menggangu manusia!"

"Oh! Maksudmu makhluk dunia bawah? Tunggu, kau menyamakanku dengan makhluk-makhluk terkutuk itu?"

"T-tidak maksudku bukan begitu! Hanya saja, kupikir tangan Yang Mulia adalah tangan hantu yang muncul secara tiba-tiba! Mana tahu seperti di anime-anime horror dan film horror, hantu muncul--"

"Anime ...? Film? Horror? Apa itu?"

"... Cerita rakyat! Itu adalah cerita rakyat! Cerita rakyat yang menceritakan tentang makhluk dunia bawah!"

Sang raja menatapku dengan bingung, kemudian dia kembali menunjukkan seringaiannya. Dia menyerahkan roti pipih yang sudah diisi itu kepadaku.

"Coba ini. Jangan hanya makan rotinya dengan mencelupkan robekan roti tersebut ke dalam kuah itu," ucap sang raja dengan lembut.

Aku mengambil roti isi tersebut lalu mengucapkan terima kasih kepadanya. Dia masih memerhatikanku, jadi mau tidak mau kumakan saja roti isinya. Mana tahu dia sedang menungguku mencoba roti isi buatannya?

"Bagaimana?" tanyanya. Tuh kan.

"Hm! Oishi desu!"

"Huh? Desu?"

"Maksudku, sangat enak!"

Aku melanjutjan aktivitas makanku, sedangkan sang raja kembali menatapku dengan aneh. Kemudian aku sadar, aku berbicara dengan menggunakan bahasa Jepang.

"Ngomong-ngomong, kau terlihat seperti bukan dari Uruk. Kulitmu putih bersih, wajahmu juga ... terlihat berbeda dari orang-orang Uruk. Apa kau seorang pendatang?" tanya Raja Gilgamesh yang membuat jantungku berdetak dengan sangat kencang.

Gawat, kalau aku menjawabnya dengan jujur, dia tidak pasti akan mengampuni nyawaku. Dia mungkin saja akan berpikir kalau aku adalah ancaman untuk kerajaannya.

"A-aku ..."

"Jawab saja dengan jujur. Aku berjanji aku tidak akan marah. Tapi jika kau berbohong, maka aku tidak akan pernah bisa mempercayaimu lagi!"

Sang raja mempercaiku? Dia menaruh kepercayaannya kepadaku? Aku mengadahkan kepalaku untuk melihat sang raja. Dia menatapku dengan senyumannya sambil menunggu jawabanku dengan sabar.

Baiklah, mungkin Raja Gilgamesh bisa membantuku untuk pulang ke rumahku. Keluarga dan teman-temanku pasti mengkhawatirkanku!

"Yang Mulia, berjanjilah untuk tidak tertawa! Maksudku, aku tahu kalau cerita ini tidak masuk akal tapi ... berjanjilah!" ucapku tegas. Sang raja mengangguk kepalanya dan tatapannya berubah menjadi serius.

"Katakan saja, aku tidak akan tertawa."

"Baiklah, terima kasih! Sebenarnya, aku bukan berasal dari sini --maksudku dari abad ini! Aku berasal dari abad ke-21, tepatnya 5000 tahun dari sini. Entah bagaimana aku bisa sampai disini.

Tapi yang kuingat, sebelum aku bisa sampai ke abad ini, ada sebuah kaca besar yang aneh. Kaca itu memantulkan sebuah pemandangan kota dan kota itu terlihat seperti kota Uruk.

Aku memegang kaca itu, berniat ingin memastikan apakah kaca itu adalah sebuah lukisan atau bukan, tapi kemudian kaca itu menarikku ke dalamnya lalu membawaku kesini!"

Aku melihat sang raja. Tidak ada jawaban apa-apa. Dia masih memerhatikanku dengan tatapan yang tidak bisa kubaca. Aku memutuskan untuk melanjutkan ceritaku.

"Seperti yang kukatakan beberapa hari yang lalu, aku terpisah dengan ibuku dan kedua adikku. Aku adalah tulang punggung dikeluargaku! Aku ingin pulang! Aku tidak mau keluarga dan teman-temanku mengkhawatirkan aku!

Siapa yang menjaga ibuku? Siapa yang menjaga kedua adikku?! Siapa yang bisa mengawasi Kozue dan Hinata?! Bagaimana dengan pendidikan mereka?! A-aku takut kalau aku tidak akan bisa menjadi seorang kakak dan anak yang baik!

Walau waktu itu Mama bilang kalau aku anak yang berbakti tapi ... itu belum cukup! Ketika Mama melihatku, aku tahu ada rasa sedikit kebencian dimatanya! Aku mengingatkan Mama kepada Papa!" air mataku keluar secara tiba-tiba.

Astaga, apa yang kulakukan? Mengapa aku malah bercerita tentang masalah kehidupan keluargaku? Bodohnya aku!

Tidak ada respon dari sang raja. Tapi kemudian aku mendengar ada suara decitan kursi. Sesaat setelahnya aku merasakan bahwa ada yang memelukku. Aku merasakan ada sebuah kehangatan yang menyelimutiku.

Aku mengadahkan kepalaku, melihat siapa yang memberikan kehangatan ini. Raja Gilgamesh memelukku dengan erat, apakah dia merasa kasihan kepadaku?

"Menangislah! Keluarkan semuanya! Jangan kau pendam sendirian! Aku mengerti perasaanmu, rasa sakit itu. Dulu, aku juga begitu. Tidak ada orang yang mau memperdulikanku. Bahkan ayah dan ibuku saja tidak terlalu memperhatikanku. Menangislah, keluarkan semuanya!" ucap sang raja. Dia memelukku sambil mengusap kepalaku dengan pelan.

Rasa sakit dihatiku kembali muncul. Rasa sakit yang selama ini ku simpan dan ku hindar. Rasa sakit yang selama ini ku pendam sendirian dan ku lawan dengan senyuman. Aku menangis dipelukan sang raja.

Aku memeluknya dan menangis dengan keras disana. Bayangan-bayangan bagaimana Mama menatapku dengan matanya terlintas dikepalaku. Bayangan-bayangan bagaimana Papa menamparku ketika aku hendak melindungi Mama dari pukulan Papa.

Bayangan-bayangan adik-adikku yang menangis, bayangan-bayangan buruk itu semua terlintas dikepalaku. Rasa sakit yang selama ini ku simpan dengan rapat muncul kembali di dalam hatiku.

-----

"Maafkan aku, Yang Mulia! Aku benar-benar menyesal!" aku berlutut meminta maaf kepada Raja Gilgamesh.

Ah, betapa tidak sopannya aku! Aku menangis dipelukannya dan bukan hanya itu, aku bahkan memeluknya! Tapi rasa sakit yang selama ini kupendam menjadi hilang. Rasanya beban beratku seketika menjadi sirna. Tubuhku rasanya menjadi lebih ringan.

"Berdirilah (Y/n)! Dan jangan minta maaf, itu bukanlah masalah yang patut dipermasalahkan. Ayolah, jangan berlutut lagi!" Raja Gilgamesh membantuku untuk bangkit berdiri.

Dia tersenyum kepadaku, sambil menghapus air mata yang masih membasahi wajahku. Dia menatapku dengan lembut dan tatapan itu membuat jantungku berdetak dengan kencang.

"Jika kau perlu seseorang untuk mencurahkan isi hatimu, datanglah kepadaku. Aku akan mendengarkan keluh kesahmu," ujar sang raja.

"E-eh? T-tapi--"

"Tidak ada penolakan! Aku juga akan mencarimu jika aku sedang ada masalah," sang raja mengusap kepalaku dengan lembut.

Setelah membersihkan tangan, sang raja memintaku untuk duduk di ranjangnya. Sedangkan dia mengambil anggur dan dua buah cawan yang kuyakin terbuat dari emas.

Raja Gilgamesh kemudian berjalan kearahku lalu memintaku untuk mengambil salah satu cawan tersebut. Dia lalu menuangkan anggur ke dalam cawanku, kemudian ke cawannya.

Dia menaruh tempat anggur itu meja sebelahnya dan duduk disampingku sambil meminum anggurnya. Aku melihat cawan yang berisikan anggur ini dengan takut-takut. Masalahnya aku tidak kuat jika harus minum alkohol walau jumlah alkohol itu sangat sedikit!

"Mengapa tidak diminum? Anggur ini adalah anggur dengan kualitas terbaik! Cobalah!"

Aku menelan ludahku. Aku berdoa dalam hati semoga aku tidak mabuk nanti. Dengan takut-takut, aku mengangkat cawan ini lalu meminum isi yang ada di dalam cawan ini dengan raja yang masih melihatku.

Aku meneguk anggur ini sampai habis, terdengar suara tawa bahagia yang berasal dari sang raja. Setelahnya Raja Gilgameshpun merangkulku sambil menuangkan anggurnya ke cawanku lagi.

"Ayo minum lagi!" ujarnya dengan gembira.

Aku kembali menelan ludahku. Kepalaku juga terasa sedikit pusing tapi, aku tidak mau mengecewakan sang raja. Apalagi tadi sang raja sudah berbaik hati kepadaku. Dan sepertinya, ketertarikannya terhadap kisah kedatanganku sudah dilupakannya. Baguslah.

Aku memerhatikan wajah Raja Gilgamesh yang terlihat bahagia ini. Entah apa yang membuatnya begitu bahagia, apa karena dia dapat minum dengan seorang perempuan? Atau karena pengaruh anggur ini?

"Hm? Kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?"

"Uh? T-tidak!"

Aku membuang wajahku darinya. Wajahku terasa panas, sangat panas. Pandanganku juga sedikit memudar. Aku juga sedikit pusing. Kumohon, jangan mabuk!

Sang raja kemudian mengambil cawanku lalu meneguk isi yang berada di cawan tersebut. Samar-samar aku dapat melihatnya mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Hal yang kurasakan selanjutnya sebelum pandanganku menjadi gelap yaitu, aku merasakan sesuatu yang lembut dan hangat yang menempel dibibirku.

End of Reader's POV
.
.
.
.
.
Gilgamesh's POV

Aku melihat wajahnya yang susah merah semerah tomat. Dia mabuk? Astaga, baru sedikit saja dia sudah mabuk?

Kuputuskan untuk mengambil cawannya lalu meminum anggur tersebut. Dia melihatku menghabiskan minumannya dengan wajah lemas.

Wajahnya terlihat sangat menawan, bahkan lebih cantik dari wajah Shamhat ataupun Enkidu. Dia adalah wanita tercantik yang pernah kulihat. Sesaat aku berpikir ingin menjadikannya milikku tapi, setelah mendengar ceritanya tentang keluarganya, niat itupun seketika perlahan menghilang.

Bukan karena status sosialnya tapi karena tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarga. Dia harus menghidupi keluarganya dan harus bekerja keras untuk mewujudkannya. 

Rasa kasihan dan kagum seketika muncul dihatiku. Dan rasa ingin memilikinya kembali muncul dihatiku. Aku memandang wajahnya dengan seksama. Mata indah itu terus menatapku.

Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, lalu mencium bibirnya yang manis dan menggoda itu dengan lembut. Dia tidak menolak, atau mungkin karena dia mabuk?

Aku memegang kepalanya dan memperdalam ciumanku. Tangannya memegang dadaku lalu leherku. Bibirnya terasa sangat manis dan lembut.

Namun sayang, aku tidak boleh melakukan hal 'itu' kepadanya. Aku sudah bersumpah dan aku tidak mau gadis ini membenciku. Akupun juga tidak mau membuat kehidupannya hancur.

Tapi ..., kurasa jika malam ini aku berciuman dengannya dan menikmati betapa manis dan lembutnya bibirnya ini tidak akan menjadi masalah.

Aku melepaskan ciumanku lalu membaringkannya ke ranjangku ini. Wajahnya sangat merah dan tatapannya juga tidak fokus. Dia benar-benar sudah mabuk.

Tangan kananku memegang tangan kanannya, lalu tanganku yang satunya lagi memegang kepalanya. Aku kembali melumat bibirnya, menikmati setiap momen manis ini.

Maafkan aku, (Y/n) karena aku sudah menciummu.

End of Gilgamesh's POV
.
.
.
.
Author's Note:

Yo dan kembali lgi dengan ane desu! Maaf kalau chpter ini ga jelas, dsb desu! Tp ane harap kalian akan menyukai chapter ini!

Jngan lupa untuk memberikan vote dan komen! Lalu memfollow akun ini jika berkenan!

Jangan lupa juga untuk membaca cerita ane yg lain! Judulny:

• My Bloody Prince (Yandere! Prince x Reader)
• One and Only Friend/Lover (Enkidu x Reader)

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro