PART 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

*Happy reading*


🍂Ketika mulai lelah dan ingin menyerah, ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah hanya berjarak antara kening dan sajadah🍂

Seorang laki-laki tertunduk lemas di atas meja kerjanya. Beberapa lembar kertas dibiarkan berserakan di atas meja. Ia sudah tidak sanggup lagi untuk menyelesaikan karena beban berat yang terus berada di otaknya. Lebih baik ia meneruskan kembali pekerjaannya besok, untung saja yang menjadi pimpinannya adalah Om Hilman, adik kandung Mamah.

Zein mengambil ponsel untuk menelepon sopir. Baru satu hari saja orang tersebut belum muncul di kantor. Dada Zein tambah panas, urusan kantor saja terbengkalai ditambah sopir yang sedari tadi disuruh cuci mobil belum balik juga.

🍂🍂🍂

Setelah seperempat jam di perjalanan setelah mengantarkan kekasihnya,  jantung laki-laki yang mengaku lulusan D3 berdetak lebih kencang ketika berhadapan dengan Zein—pimpinannya.  Dengan peluh yang sudah membanjiri wajah dan tubuhnya.

Zein tidak habis pikir laki-laki itu pergi kemana saja mengingat wajahnya seperti bersalah karena tertangkap basah.

"Antarkan saya ke Kafe di jalan Patriot!" ucap Zein sambil meraih tas yang biasa dipakai berangkat kerja.

Dimas mengernyitkan keningnya, setahu dia kafe yang berada di jalan tersebut adalah kafe yang terkenal untuk hal-hal yang negatif. Mengingat di sana ada diskotik dan tempat minum untuk orang mabuk-mabukan.

"Kafe Bintang?" tanya Dimas dengan gugup.

Laki-laki yang sudah bersiap-siap itu mengangguk sambil berjalan melewati sopir yang wajahnya terlihat sangat gugup dan panik.

"Jam 9 tolong jemput! Terserah kamu sekarang mau kemana. Yang penting jam 9 malam kamu sudah berada di sini!" perintah Zein tatkala mobil hitam sudah sampai di tempat yang ia inginkan.

Dimas mengangguk pelan, gemuruh di dadanya terjawab sudah. Ia tidak menyangka jika pimpinannya suka berada di tempat seperti ini. Dimas langsung masuk ke dalam mobil dan bersiap-siap pergi daripada berlama-lama di tempat maksiat seperti ini.

Zein langsung memesan beberapa botol minuman beralkohol, setidaknya ia bisa melupakan masalahnya sejenak. Ia benar-benar menikmati minuman tersebut tanpa melihat beberapa perempuan yang sudah menggelayuti lengan kokohnya.

🍂🍂🍂

Jam sembilan malam sesuai waktu yang dijanjikan, Dimas sudah berada di parkiran depan kafe. Ia lebih baik menunggu di dalam mobil daripada harus turun. Dari kaca mobil, terlihat berseliweran perempuan-perempuan dengan baju yang tak pantas. Dalam hati Dimas sangat bersyukur karena kekasihnya berasal dari keluarga baik-baik bukan seperti dirinya.

Hampir satu jam Dimas menunggu tetapi yang ditunggu tidak muncul juga. Padahal hari sudah larut malam, ia butuh istirahat karena sedari tadi sama sekali belum memejamkan matanya. Ia mengira menjadi sopir pribadi itu enak tinggal mengantarkan ke mana saja tetapi ternyata harus menunggu majikan seperti ini.

Perasaan Dimas menjadi tak menentu, sebagian lelaki hidung belang sudah berangsur pergi dari kafe tersebut. Akhirnya dengan terpaksa Dimas keluar dari mobil, dengan langkah yang sangat hati-hati ia memasuki kafe tersebut. Suara musik terdengar memekakkan gendang telinganya. Dalam hati ia berdoa agar dijauhkan hal-hal negatif.

Sorot tatapan perempuan yang tengah duduk sambil menahan haus belaian laki-laki tertuju pada sosok yang baru datang, dengan kompak tanpa aba-aba sekitar lima orang perempuan yang memakai baju kurang bahan langsung mendekat ke arah Dimas. Laki-laki yang masih memakai kemeja siang harinya langsung lari terbirit-birit dari pada jatuh di pelukan wanita malam itu.

Kedua mata Dimas terus mencari majikannya di tengah-tengah redupnya lampu kafe. Dimas mengembuskan napas lega ketika menemukan apa yang ia cari.

Laki-laki yang sudah tidak memakai jas kembali dan hanya menggulung lengan kemeja sampai sikut tengah tengah meletakkan kepalanya di atas meja yang di depannya terdapat beberapa botol minuman yang sudah kosong.

Yang membuat Dimas kaget adalah seorang perempuan yang sudah tidak muda lagi tetapi karena riasannya yang terlalu tebal sehingga menutupi kerutan di wajahnya tengah menggelayut manja di lengan majikannya.

Dimas merasa jijik melihat wanita itu, seandainya bukan di depan majikannya, mungkin sudah menarik paksa perempuan itu dan mengembalikannya ke rumah daripada di tempat maksiat seperti ini.

"Mari kita pulang, Pak," ucap Dimas sambil mengangkat salah satu lengan majikannya.

Perempuan yang tengah menikmati lengan kekar pelanggannya merasa terusik dengan suara yang tiba-tiba mengganggu dirinya. Apalagi  suara yang datang sangat tidak asing di telinganya.

Betapa kagetnya ketika melihat sosok laki-laki yang tengah melihat ke arahnya dengan tatapan tajam seperti hendak menikam. Perempuan itu menunduk dan merapikan rok pendeknya agar pahanya tidak terlalu terekspos.

Dimas agak kewalahan ketika membawa sang majikan menuju mobil. Butuh waktu seperempat jam untuk memapah dan memasukkan tubuh ke dalam mobil dalam keadaan mabuk seperti ini.

Ketika Dimas hendak masuk, tiba-tiba lengannya seperti ditahan oleh seseorang. Terpaksa laki-laki itu menengok dan mendapati perempuan yang sudah melahirkannya sedang berdiri di hadapannya masih dengan baju yang tidak pantas.

"Siapa dia?" tanya perempuan itu dengan penuh tanda tanya. Ia tidak mengira jika putranya bisa mengenal dengan sosok orang kaya.

"Bukan urusan Ibu!" gertak Dimas sambil masuk ke dalam mobil menghiraukan panggilan Ibunya.

Sambil menyetir mobil, setitik air mata hendak jatuh di pelupuk mata Dimas. Ia tidak menyangka jika seumur hidupnya baru pertama kali memergoki perempuan yang disapa Ibu olehnya tengah memeluk laki-laki lain. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Ayahnya di alam kubur melihat kenyataan seperti ini.

Dengan alamat yang diperoleh oleh Pak Sugeng—satpam perusahaan, Dimas membawa majikannya menuju rumah tinggal. Untuk menemukan alamatnya bukanlah hal sulit karena ternyata rumah majikannya tak jauh dari tempatnya bekerja.

Perempuan paruh baya yang diduga seperti asisten rumah tangga tengah membukakan pintu gerbang untuk mobil majikannya. Perempuan itu sangat kaget ketika melihat yang turun dari mobil Fortuner bukan majikannya melainkan seorang laki-laki yang sama sekali tak dikenal.

Setelah memperkenalkan diri akhirnya Dimas diperbolehkan masuk ke dalam rumah sambil memapah laki-laki yang sudah mabuk berat.

Dimas berjalan menapaki trotoar sambil menikmati udara malam yang sangat menyiksa batinnya. Bukan pekerjaannya yang menyebabkan seperti ini, melainkan perempuan yang ia temui tadi di kafe.

Pantas saja kedua orang tua Alya menolak dirinya untuk menjadi menantu mereka. Hampir saja ia menangis dan mengadu tentang nasibnya tetapi tidak tahu harus berbagi kepada siapa.

🍂🍂🍂

"Maaf semalam sudah merepotkan kamu," ucap Zein kepada Dimas yang sudah datang ke rumahnya pagi-pagi. Laki-laki itu tengah menikmati sarapan roti tawar dengan selai Nutella di kursi taman depan rumah.

"Tidak apa-apa, sudah kewajiban saya mengantar bapak," jawab Dimas sesopan mungkin.

Kedua mata Dimas baru melihat suasana rumah majikannya yang sangat luas. Ia baru sadar jika halaman paling ujung terdapat beberapa mobil terparkir rapi.

Semalam ia hanya menempatkan mobil di depan pintu masuk karena belum mengetahui tempat parkir mobil yang dipakai.

"Besok kalau sudah mengantarkan saya pulang, kamu bawa saja mobilnya. Jadi kamu tidak usah jalan kaki pulang ke rumah!" ucap Zein yang sekarang sudah menikmati sebatang rokok sebagai penutup sarapan.

"Baik, Pak," ucap Dimas yang masih berdiri dengan menunduk.

"Sepertinya semalam saya mendengar kamu sedang berbicara dengan seorang perempuan di depan kafe saat saya sudah berada di dalam mobil?"

Dimas mengangkat kepalanya, wajahnya sangat panik. Ia bingung karena harus berkata apa kepada majikannya. Apalagi tatapan laki-laki itu terus melihat Dimas yang sudah salah tingkah.

"Saya juga mendengar kamu menyebut nama Ibu,"

Jantung Dimas seperti berhenti karena majikannya memergoki dirinya semalam dengan perempuan sialan itu. Ia tidak mungkin berterus terang karena tidak ingin kehilangan pekerjaannya yang baru sehari.

"E—," Raut wajahnya sudah berubah apalagi Zein sedang menatapnya dalam-dalam.

Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini🙏. Jika berkenan minta vote dan komentar biar author semangat untuk menulis.

Silakan mampir cerita author yang lain, judulnya SENANDUNG HUJAN di akun wattpad WritingProjectAE, sebentar lagi ceritanya selesai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro