PART 7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Hari ini mungkin kita adalah segalanya bagi seseorang. Namun, kita tidak tahu esok hari karena hati seseorang bisa berubah-ubah. Oleh sebab itu janganlah terlalu berlebihan karena saat jatuh itu akan terasa sakit.~


Happy reading, budayakan vote dulu ya?

Ada rasa sakit menjalar di tubuh Alya.  Sebenarnya ia juga membenci laki-laki itu tetapi cara penyampaian secara langsung laki-laki itu membuat dirinya sangat sakit hati.

"Bagaimana kalau kita bekerja sama menggagalkan acara lamaran besok," tawar Zein mengajak Alya sepakat dengan idenya.

Alya termenung, sebenarnya ia juga menginginkan itu tetapi ia tidak mungkin menolak permintaan Ayah.

"Aku tidak bisa," jawab Alya lirih.

Zein terperanjat kaget, hampir saja jantungnya loncat.

"Kenapa? Apa kamu menyukai aku?" tanya Zein dengan penuh percaya diri. Kedua tangannya menaikkan kerah seakan-akan memamerkan ketampanannya.

"Tidak. Aku juga sudah mempunyai kekasih," jawab Alya terus terang. Ia semakin muak dengan laki-laki ini. Gayanya selangit, belum bahasanya ceplas-ceplos. Bagaimana mungkin ia bisa hidup berumah tangga dengan orang seperti ini.

"What? Orang seperti kamu punya kekasih? Oh my God," ucap Zein sambil tertawa mengejek ke arah Alya.

Sementara Alya mencengkeram erat ujung kerudungnya karena ia tidak tahan dengan hinaan laki-laki itu.

Zein melihat perubahan wajah perempuan di hadapannya. Ia sadar jika orang yang di depan cukup tersinggung dengan dengan ucapannya.

"Eh, maaf," ucap Zein dengan wajah bersalah.

"Aku juga sebenarnya sudah mempunyai kekasih, kemarin baru saja aku putuskan." Zein sudah kembali dengan wajah datar dan dingin.

"Apa yang menyebabkan kamu menerima perjodohan ini?" tanya laki-laki itu kembali.

"Aku tidak ingin menyakiti hati Ayah. Dia mempunyai hipertensi, aku tidak ingin menyebabkan beliau sakit gara-gara masalah ini. Apalagi aku anak tunggal. Jika bukan aku yang membahagiakannya, siapa lagi?" sahut Alya dengan wajah sedih.

"Terus kita harus bagaimana?" tawar Zein menjadi bingung.

"Entahlah," sahut Alya sambil mengangkat kedua bahunya.

"Intinya pernikahan kita harus gagal. Aku tidak ingin menikah dengan kamu," sahut Zein kembali lagi dengan ucapan asalnya sehingga membuat Alya naik pitam

"Aku juga tidak ingin menikah dengan laki-laki macam kamu," sahut Alya sambil melempar tisu ke arah Zein dan tepat mengenai wajahnya. Muka Zein memerah, perempuan yang ada di hadapannya bukanlah perempuan biasa.

Perempuan yang biasa ia temui selalu bertekuk lutut dihadapannya tidak seperti perempuan ini.

"Hei!" teriak Zein sehingga orang-orang yang ada di sekitar menengok ke arah mereka. Alya sudah berdiri, siap-siap untuk pergi.

Zein kembali panik, entah mengapa ada perasaan tidak rela jika perempuan itu pergi sebelum masalah mereka selesai.

"Jangan pergi dulu, makanan sudah disiapkan. Aku tidak mau kamu pucat pasi seperti orang kelaparan," ucap Zein dengan dengan ucapan yang tidak bisa terkontrol lagi. Sebenarnya ia menginginkan menemani dirinya makan tetapi entah kenapa ucapan yang keluar dari mulutnya selalu saja seperti ini.

"Lebih baik aku kelaparan daripada makan bersama orang seperti kamu," ucap Alya dengan sengit.

Ia bergegas keluar dari ruangan ini, menghindari tatapan para pengunjung di sini. Buru-buru melangkah menuju tempat parkir untuk menghentikan sebuah taksi untuk mengantarkannya pulang.

"Shitt," ucap Zein geram. Ia ikutan berdiri dan mengejar Alya yang sudah jalan jauh di depan. Zein sebenarnya ingin makan terlebih dahulu tetapi apa jadinya jika Ayah perempuan itu mengetahui jika anaknya pulang sendiri tanpa ditemani dirinya.

Sekarang Zein sudah berada di dalam mobil untuk mengikuti taksi. Dalam hatinya ia bersumpah serapah tidak akan mengajak perempuan itu pergi jika akan menyusahkan seperti ini.

Taksi berhenti di sebuah toko buku ternama di kota ini. Zein memukul tangannya di bagian setir, sepengetahuan dia bakalan langsung pulang ke rumah tanpa mampir- mampir terlebih dahulu.

Zein memilih menunggu di mobil karena udara AC mobil cukup mendinginkan hatinya yang panas dan menggebu-gebu. Kedua mata Zein melihat ke arah arloji mewahnya, sudah hampir satu jam perempuan itu belum keluar padahal perutnya sudah teramat lapar.

Dengan terpaksa laki-laki itu menyusuri setiap rak buku untuk mencari perempuan yang entah siapa namanya karena Zein lupa saat tadi Ayah memanggil putrinya.

Setelah mencari-cari akhirnya ia menemukan sedang mencari buku manajemen untuk kepentingan kuliah.

"Lama amat? Aku sudah sangat lapar tahu?" sapa Zein secara tiba-tiba sehingga membuat Alya sangat terkejut.

"Kenapa membuntuti ku?" tanya Alya tidak suka. Wajahnya kembali berubah ketika harus bertemu lagi dengan laki-laki yang ucapannya tidak bisa dikontrol.

"Bagaimana mungkin aku sudah mengajakmu pergi bersama, nantinya kamu pulang sendirian. Apa nanti kata Ayah kamu?" geram Zein sehingga membuat Alya geleng-geleng kepala.

"Sebentar lagi. Masih ada beberapa buku lagi yang aku cari," jawab Alya sambil melihat ke arah rak buku untuk mencari kembali buku yang ia inginkan.

"Kelamaan. Keburu aku pingsan," jawab Zein asal. Ia langsung mengambil beberapa buku di samping, ada sekitar lima buah dengan ketebalan yang berbeda-beda. Ia langsung meletakkan di atas tumpukkan buku yang sedang Alya pegang.

"Aku tidak mungkin membeli buku sebanyak ini? Aku tidak mempunyai uang," ucap Alya dengan panik karena ia melihat di tangannya sudah terdapat delapan buah buku.

"Nanti aku yang bayar, cepat kita ke kasir!" perintah Zein yang mendorong tubuh Alya pelan sehingga membuat perempuan itu sewot.

Untung kasir sedang sepi sehingga mereka langsung bisa membayarnya. Tampak karyawan kasir tersenyum ke arah mereka.

"Sudah berapa bulan, Mbak?" tanya pegawai itu ramah.

"Hah? Apanya yang berapa bulan Mbak?" jawab Alya bingung bukan main.

Karyawan tersebut langsung memperlihatkan sebuah buku yang dipegang, kebetulan Alya sering langganan dibtoko buku ini jadi mereka lumayan akrab. Alangkah syok ketika Alya dan Zein membaca judul bukunya. Alya menepuk keras tangan Zein dengan kasar sehingga membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan.

Alya langsung menundukkan pandangannya. Gara-gara laki-laki ini ia bisa malu teramat sangat. Sementara Zein mengalihkan pandangannya karena sejujurnya ia juga malu.

Keduanya buru-buru keluar dari tempat ini. Kantung kresek di tangan Alya cukup lumayan berat, ia membiarkan buku kesehatan selama hamil dan buku nama-nama yang baik untuk calon buah hati bersatu dengan buku manajemen pilihannya.

Alya langsung masuk ke dalam mobil milik Zein, ia sudah capek bersitegang dengan laki-laki ini. Pertemuan pertama menimbulkan kesan yang sangat buruk.

Selama perjalanan pulang, Alya lebih memilih untuk diam karena masih teringat kejadian di toko buku. Sedangkan Zein sibuk menyetor mobil sambil menahan lapar.

Ketika sampai di depan rumah Alya, perempuan ini langsung mencari dua buah buku petaka pemberian Zein. Ia langsung meletakkan buku tersebut di pangkuan Zein.

"Aku kembalikan, siapa juga yang mau hamil anak kamu," ucap Alya dengan kasar. Entah kenapa sifat kalem dalam dirinya tiba-tiba menghilang ketika harus berhadapan dengan orang yang menguras emosinya. Laki-laki itu hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Zein melangkah di belakang Alya untuk bertemu dengan orang tuanya. Setelah itu dia akan langsung pergi mencari makanan.

"Zein, makanlah bersama kami. Kebetulan Mamah Alya sudah selesai masak!" perintah Ayah Alya.

Mau tidak mau Zein menuruti keinginan beliau, ia merasa tidak enak dengan sahabat Papahnya.

Sayur asem lengkap dengan oseng labu Siam, ditemani ikan asin plus sambel membuat Zein tak berani menolak karena itu yang dibutuhkannya sekarang.

Alya terpaksa ikut makan, satu meja lagi bersama laki-laki itu. Untung saja dalam keadaan makan sehingga Ayah tidak bertanya tentang hubungan mereka.

Karena keinginan Ayah, Alya terpaksa mengantar Zein sampai tepi mobil. Keduanya kembali lagi dalam mode diam dan saling melempar pandangan satu sama lain.

Setelah Zein masuk, perempuan itu langsung menyudahi pertemuan pertama mereka yang menimbulkan kesan sangat buruk.

Baru sepuluh menit dalam perjalanan, Zein sudah merasakan sedikit janggal dalam tubuhnya. Ada rasa gatal yang muncul dalam sekujur tubuhnya. Ia menepuk kepalanya dengan keras.

"Aku alergi ikan asin," teriaknya dengan kencang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro