Bab 6 Rasa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika melihat kebelakang, rasanya hati ini begitu sakit

*****

Vyo menatap buku berwarna merah polos di meja belajarnya dengan rasa kalut. Menghela napas lalu, segera mengambil buku itu dan memasukkan ke dalam tong sampah di halaman rumahnya. Namun, sebelum memasukan buku tersebut tangannya terhenti dan mendengus kesal.

"Kenn sialan, malah nemuin buku ini lagi. Tapi, kenapa nyalahin Kenn. Kenapa juga aku simpan terus?" batin Vyo gusar.

Sejujurnya, buku ini dulu sudah Vyo buang. Hanya saja, Kenn menemukannya dan mengembalikannya. Kini, hatinya yakin dan membuang buku tersebut. Namun, tangannya mengambil kembali buku tersebut yang sudah ada dalam tong sampah. Seperti, masih tidak rela.

"Vyo." Seorang lelaki memanggil Vyo di depan gerbang rumahnya sembari tersenyum lebar.

"Ayah," ucap Vyo menghampiri dan memeluk sang Ayah. "Sini, Vyo bawain tasnya," lanjutnya.

Setelah satu bulan Vyo tidak bertemu dengan sang Ayah. Hari ini, ia melepas kerinduannya.

"Vy, kamu punya pacar ya?" tanya Ayah tiba-tiba dengan raut wajah penasaran.

"Enggak. Baru aja ketemu dah disambut pertanyaan itu." Vyo menggeleng-geleng dan sedikit terkejut atas pertanyaan Ayahnya.

"Kalau gitu, ada orang yang suka sama kamu ya?"

"Iya, Ken. Ayah juga tahu," jawabnya dengan lesu.

"Kenn? Tapi, kayaknya bukan Kenn deh," ujarnya geleng. Sebenarnya, Ayah tahu bahwa Kenn memang menyukai Vyosha.

"Emang ada apa si?" Kini Vyo yang penasaran.

"Sebelum Ayah pulang, ada laki-laki yang ngeliatin rumah kita terus. Seragamnya, Ayah yakin itu dari Seirin," jelasnya dengan yakin.

Vyo terdiam dengan rasa penasaran yang menyelimuti dirinya. Jari telunjuknya menyentuh dagu sembari berpikir keras. Hatinya berdegup kencang ketika Vyo memikirkan nama seseorang yang dulu ia kenal dan dekat.

"Ahh, nggak mungkin," ucapnya sembari menggelengkan tangan dan wajahnya.

"Hah, siapa?" Ayahnya yang menatap Vyo seperti tahu orang yang melihat rumah kami itu siapa.

"Ahh, nggak-nggak. Ayo masuk Ayah," ucapnya lalu, segera menarik lengan Ayah untuk masuk ke rumahnya. Sebelum memasuki rumahnya, mata Vyo bergerak cepat menyusuri seluruh lingkungannya.

"Siapa, ya?"

Vyo kembali masuk ke dalam kamarnya dengan tangan yang  menggenggam buku merah polos itu. Ia menjatuhkan dirinya di atas kasur dan menatap langit-langit atap kamarnya dengan rasa tidak karuan.

*****

Jakarta, 15 Mei 2016

"Kakak mau lanjut kemana?" Vyo menatap wajah Raja dengan sedikit khawatir.

"Hmm, aku gak disini," ujar Raja lesu tak berani menatap wajah Vyo.

"Ya kemana?"

"Semarang, aku ikut Ayah aku. Soalnya, Ayahku ditugaskan disana dan kami harus ikut juga bersamanya," lanjut Raja dengan nada sedih.

"Tapi, kita tetap bertemankan?" Sejujurnya, Vyo mengetahui bahwa Raja akan pergi. Namun, ia berpura-pura tidak tahu dan menanyakannya.

"Emm, walau jarak memisahkan. Tapi, pertemanan ini harus lanjut sampai kapanpun," ujarnya dengan senyum yang hangat.

"Kalau gitu, aku mau kamu nulis nama kita disini," ucap Vyo sembari mengambil buku berwarna merah polos dan memberikan pada Raja.

Vyosha X Raja

"Emm, itu maksudnya apa?" kata Vyo penasaran.

"Kamu tahu warna kuning dan hijau jika digabungkan akan menjadi warna biru? Sama halnya dengan aku dan kamu," ucap Raja tersenyum lebar.

"Maksudnya?"

"Rindu dan kasih sayang jika digabungkan akan menjadi cinta," jelas Raja dengan polosnya. Sedangkan, Vyo hanya tertawa kecil.

"Kakak janjikan gak akan lupain aku?" Vyo menatap wajah Raja sendu.

"Emm." Raja mengangguk dan mengelus kepala Vyo lembut.

Itu adalah pertemuan terakhir Raja dan Vyo. Sangat berat bagi Vyo untuk melupakan Raja. Pertemuan yang singkat. Tapi, membekas dihati. Sejak saat itu, Vyo tak seceria dulu. Bahkan, ia tidak berbicara pada siapapun.

****"

Terlintas dipikirannya saat Vyo berpisah dengan Raja. Entah kenapa, ia mengingat kejadian itu saat pikirannya merasa lelah. Rasanya sakit, jika ingatan tentang ia selalu ada dalam pikirannya.

Setelah mengingat itu, Vyo dengan hati yang yakin segera mengambil buku merah polos itu dan berlari menghampiri tong sampah di halaman rumah. Tangannya melempar dengan kesal membuat tong sampah jatuh dengan isinya yang  berhamburan kemana-mana. Ia menghela napas gusar dan pergi begitu saja.


To Be Continue

Hallo mentemen maap baru up lagi sekitar sudah hampir seminggu. Maap banget juga part ini tidak terlalu banyak.

Ouh Iyah, aku cuma mau bilang, penulisan EYD dan alur dalam cerita ini jauh dari kata sempurna. Jadi, disini aku butuh dukungan kalian jika ada penulisan atau apapun itu yang salah jangan sungkan untuk memberitahu saya lewat komentar atau apapun itu.

Happy Reading.

Semoga suka :)


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro