6. Nyonya Zachery

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Part 6 Nyonya Zachery

Ibu seperti apa yang tega melakukan hal semacam ini pada anaknya. Itulah satu-satunya hal muncul di pikiran Lily ketika mencoba peruntungannya untuk mengakhiri hubungannya dan Cave setelah kegugurannya. Setidaknya anaknya tidak akan menderita memiliki ibu yang kacau seperti dirinya. Ibu yang hatinya hanya dipenuhi dendam dan kebencian.

Dan mungkin ada baiknya ia tak membutuhkan anak lainnya yang akan lahir dari perutnya. Setelah semua rencananya berakhir dan Cave membuangnya, pria itu bisa melanjutkan hidup dengan wanita lain yang akan memberikan pria itu keturunan. Hidup dengan kebahagiaan dan melupakan semua keburukan yang pernah ada di hidup pria itu. Tanpa perlu melibatkan dirinya. Tanpa harus melibatkan emosi sentimental lainnya. Masa depan semacam itu lebih mudah Lily bayangkan.

“Aku bersedia.” Lily mengucapkannya dengan penuh keyakinan. Sebagai jawaban untuk janji pernikahan yang baru saja Cave ucapkan. Keduanya saling menyematkan cincin sebelum kemudian mengesahkan pernikahan dengan ciuman panjang.

Ya, Cave menepati janjinya. Siapa yang menyangka langkah mundurnya ternyata memberikan satu langkah majunya menjadi lebih cepat. Keduanya menikah di salah satu resort milik Cave. Dengan Barron, Cindy, Ronan sebagai saksi pernikahan mereka. Dan seperti yang Cindy harapkan, buket bunga tersebut menjadi milik wanita itu.

“Selamat. Aku akan memberikannya pada Nero saat aku … ” Cindy menahan jerit bahagianya, membawa sang sahabat ke pelukannya. Tetapi segera diurai oleh Barron.

“Kau akan memperburuk lengannya, Cindy.”

Cindy menatap penuh penyesalan pada lengan Lily yang masih menggunakan penyanggah. “Maaf. Aku terlalu bahagia dan jangan salah paham dengan semua yang telah menimpamu. Tapi … ini hari pernikahanmu. Semua harus bahagia.”

Lily hanya memutar kedua bola matanya. Perhatian Cindy segera teralihkan oleh ponsel wanita itu yang bergetar pelan.

“Sebentar, Nero menelponku. Aku harus memberitahunya kalau malam ini tak bisa pulang.” Cindy menunjukkan ponselnya dan berjalan menjauh.

“Jadi akhirnya kau menikah.” Barron melebarkan kedua lengannya. Memberikan pelukan yang longgar untuk Lily. “Selamat atau …” Ia sengaja mengulur suara, mengurai pelukan dan menyipitkan mata penuh maksud ketika melanjutkan dengan nada yang berbeda. “Selamat?”

Lily hanya memberikan seulas senyum tipis. “Kau akan bermalam?”

Barron menggeleng. “Aku harus menggantikanmu mengurus tuan Asta. Jadi tidak. Aku harus pergi. Janjiku sudah terpenuhi.”

Lily mengangguk. Mengusap cincin di jari manisnya. 

“Lenganmu baik-baik saja?”

“Hanya retak. Akan membaik dalam beberapa minggu.”

“Pelakunya?”

“Cave sudah mengurusnya.”

“Perlu bantuan?” Salah satu alisnya terangkat.

“Terima kasih untuk tawarannya, Tuan Izzan. Tapi aku bisa mengurus istriku.” Cave menangkap pinggang Lily dan menempelkan tubuh mereka. Tanpa melepaskan tatapan tajamnya pada Barron, pria itu mendaratkan ciuman di bibir sang istri. Ya, istri. Lily Rose Zachery. Istrinya.

Barron mengangkat kedua tangannya. “Oke. Sepertinya aku harus pergi.”

“Ah, Tuan Izzan. Sepertinya untuk dua minggu ke depan, istriku tidak …”

“Cave, aku tidak bisa.” Lily memegang lengan Cave. “Pergilah, Barron. Aku akan menghubungimu.”

Barron mengangguk dan membalikkan badan.

“Tidak bisa?” Cave menelengkan wajahnya.

“Situasi kita tak memungkinkan untuk berlibur, Cave.”

“Lenganmu …”

“Tangan kananku masih berfungsi dengan baik.” Lily mengangkat tangan kanannya. “Dan … keluargamu tak tahu tentang pernikahan ini.”

“Aku sudah memberitahu mereka semua.” Cave menunjukkan ponselnya. Yang kemudian menyala. Satu pesan masuk. Cave membukannya. Dari Ivie. ‘Mama pingsan.’

Lily tampak menyesal, meski tidak sampai ke dalam hatinya.

“Ya, aku tahu mama akan seterkejut ini. Dia hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri.” Cave memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, tak terlalu ambil pusing. “Baiklah, kau benar. Tapi kau butuh waktu satu minggu untuk memulihkan tubuhmu. Kita bisa mengatur jadwal liburan di lain hari.”

“Dokter Lana bilang hanya tiga hari.”

“Satu minggu.” Cave membungkuk, membawa tubuh Lily ke dalam gendongannya. 

Lily tak membantah. Negoisasi bisa dilakukan lain kali. Sekarang hari pernikahannya, ia hanya ingin Cave mendapatkan apa yang diinginkan pria itu darinya. Seperti apa yang sudah ia dapatkan dari pria itu.

*** 

“Dokter Lana sudah memeriksa ovariummu yang tersisa. Semuanya baik-baik saja. Masih bisa menghasilkan sel telur yang bagus.” Penjelasan Cave cukup ringkas. Memberinya gambaran yang sangat jelas. Bahwa dirinya masih bisa hamil, meski tidak dalam waktu yang dekat karena keguguran yang baru saja ia alami. Karena proses kuretasi yang membuat rahimnya butuh pemulihan untuk kembali mengandung.

Lily tak tahu harus merasa lega atau tidak. Ia hanya memberikan satu anggukan pada Cave dan seulas senyum tipis ketika pria itu mendaratkan satu kecupan di punggung tangannya.

“Apakah kau membutuhkan anak dalam waktu dekat?”

“Hmm, ya, tentu saja.” Cave menarik kepala Lily bersandar di pundaknya. “Setelah keadaanmu membaik tetapi ini tak ada hubungannya dengan tuntutan kakek yang ingin segera mendapatkan cicit.”

“Benarkah?”

“Dia akan melengkapi pernikahan kita.”

Lily tak membalas. Cave akan berubah pikiran. Ketulusan pria itu akan akan memudar. Keyakinan yang tak perlu pria itu ketahui untuk sekarang.

“Tidurlah. Masih ada setengah jam sebelum kita sampai di rumah sakit.”

Lily mengangguk pelan. Tetapi ponselnya berdering pelan. Panggilan dari Barron. “Kau sudah membaca pesanku?”

‘Kau yakin?’

“Ya, aku akan mengurusnya. Aku hanya perlu memeriksa perkembangannya.”

‘Ck, kau pikir aku bodoh? Kau tak mungkin hanya memeriksa perkembangannya, Lily. Kau pasti akan mengambil alih tanggung jawab proyek ini. Memastikannya selesai tepat pada waktunya. Dan semua akan berjalan dengan baik dan lancar.’

Lily tertawa. “Aku tak tahu itu pujian atau sindiran, Barron.”

‘Keduanya.’

“Oke. Terima kasih. Untuk keduanya. Dan aku akan mengirim desain barunya pada Nick. Paling cepat tiga hari.”

‘Seminggu tak akan menjadi masalah.’ Barron diam sejenak. ‘Apakah aku sudah mengatakan tuan Asta puas dengan hasil desainmu?’

“Hmm, bagus. Untuk kita …” Lily tak sempat menyelesaikan kalimatnya. Cave mengambil ponsel yang menempel di telinganya. “Saya tahu Anda sangat membutuhkan istri saya, Tuan Izzan. Tetapi ini di luar jam kerja, terutama hari ini dan enam hari berikutnya istri saya tidak akan pergi ke kantor.”

“Cave?”

Cave mendengarkan balasan dari seberang yang tak didengar oleh Lily sebelum mengakhiri panggilan tersebut. Memasukkan benda pipih tersebut ke dalam saku jaketnya dengan tatapan menyipit curiga pada sang istri. “Pembicaraan kalian selalu membuatku gerah, sayang. Berapa kali aku harus memperingatkanmu?”

“Berkali-kali. Dan jangan berlebihan, Cave. Dia atasanku.”

“Aku tidak pernah menghubungi bawahanku dengan cara pribadi seperti ini.”

“Kami membicarakan pekerjaan.”

“Dan tak ada atasan yang menjadi saksi pernikahan untuk bawahannya.”

“Dia juga temanku.”

“Teman pria. Dan kalian terlalu mencampur adukkan masalah pekerjaan dengan urusan pribadi.”

Lily menghela napas sekali. Memajukan tubuhnya dan mencium bibir Cave. “Sekarang aku akan fokus memperhatikanmu.”

Suasana hati Cave seketika berubah. Menyambut ciuman itu dengan lumatan yang panjang dan lebih dalam. Tak bisa lebih dari itu. Sekarang.

*** 

Lily tak sabar untuk bertatap muka dengan wajah Elva Zachery. Kebencian yang sudah mengakar di hati wanita itu. Akan semakin menambah kemarahan wanita itu padanya.

Dokter Lana baru saja berpamit pergi. Baru saja memberikan ijinnya setelah membuatnya harus berbaring di ranjang pasien selama tiga hari ini. Cave juga sudah mengemas semua barang-barangnya. Sejak mendengar kabar kalau sang mama mertua pingsan mendengar berita pernikahan mereka, Cave tak lagi mengabari apa pun tentang perkembangan reaksi keluarga pria itu. Selain tentang barang-barang di apartemennya yang sudah dikemas dipindahkan ke rumah utama Zachery.

“Sudah selesai. Ayo.” Cave mendekati Lily yang berdiri di samping meja. Mengambil tas dan menghampirinya. Keduanya berjalan bersama. Dengan kedua tangan yang saling mengisi sela jemari.

“Kenapa kita harus tinggal di rumah kakekmu?” tanya Lily saat keduanya sudah naik ke dalam mobil. 

“Hanya peraturan keluarga kami. Kakek memiliki anak tunggal dan cucunya hanya aku dan Ivie. Tidak boleh ada yang meninggalkan rumah utama.” Cave merapatkan genggamannya pada tangan Lily. “Apa kau keberatan?”

Lily menggeleng. “Sepertinya ini akan menjadi kesempatanku untuk memperbaiki hubungan dengan mamamu.”

Cave menghela napas.

“Dan sebaiknya kau tidak ikut campur, Cave. Biarkan aku yang menangani permasalahan mertua dan menantu ini.”

Cave hanta terkekeh. Tak mengiyakan maupun menolak keinginan sang istri. “Hanya jangan biarkan masalah itu mempengaruhimu.”

Lily mengangguk.  Kecepatan mobil mulai berkurang,  tanpa terasa sudah mendekati pintu gerbang tinggi keluarga Zachery. 

Lily menarik napas sekali, membiarkan udara memenuhi paru-parunya. Rasanya ia belum pernah bernapas selega ini. Satu langkahnya akan memberikan perubahan yang besar pada hidupnya. Mulai sekarang ia harus menjalani hidupnya sebagai Nyonya Zachery.

Seringainya tersamar di antara senyum lebarnya. Menatap bangunan megah berlantai tiga yang menjulang di depannya. Kebanggaan seorang Elva Zachery, yang akan ia hancurkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro