Apa - Apaan Ini?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Your Pov~

Hari ini aku diberi tugas kelompok. Memang enak sih,tugas kelompoknya dikerjakan diluar kelas. Tapi yang bikin gak enak tuh, kenapa harus dengan Akashi? Huuh, kutendang tong sampah berulang-ulang kali.

"Hei kau ini kenapa? Bantuin dong mikirin dong! " ujar {y/f/n}.

"Ahahaha iya" jawabku.

Aku menggigit bibir bagian bawahku. Mungkin ini akan memberiku sebuah ide.

hmm.... Ini tidak berguna. Sekarang apa yang harus kulakukan? Dasar Akashi, dari tadi dia hanya diam.

"Bagaimana kalau.. Bla bla bala" usul Akashi tiba-tiba.

"Ya, ide yang bagus Akashi, kau bisa diandalkan." ujar semua anggota kelompok.

Apa? Tidak terima aku kalau pake idenya Akashi. Tidak akan pernah sudi.

"Dame desu!" ujarku.

Semua menatapku heran. Akashi berdiri dari duduknya. Ia berjalan ke arahku. Tanganya memegang pundaku. Didekatkan bibirnya ke telingaku. Heh mau apa dia?

"Kau menentangku ya? Aku ini absolute", bisiknya ke arahku. Uh, kudorong badanya menjauhi diriku. Kutatap matanya.

"Puuh, dasar payah, BAKASHI!!", teriakku.

Sontak dia kaget. Matanya menatapku tajam. Sepertinya dia mulai marah. Kubalas tatapannya dengan tatapan yang tak kalah tajam. Tatap- tatapan diantara kita memang biasa.

Hahahahaa... Aku ingin melihat responya. bagaimana Akashi? Masih berani melawanku?

DUAGG..

Sebuah bola menghantam kepalaku keras. Semua teman menertawaiku. Memangnya aku ini badut apa?

"Itu karma buatmu. dasar idiot" ejek Akashi. ia menyeringai seperti iblis.

Gara-gara bola tak diundang menghantam kepalaku, ekspetasiku gagal total.

Akashi pergi meninggalkanku yang masih memasang ekspresi aneh bin ajaib. Nada bicaranya tadi bikin nyesek.

"Hey, Akashi! Bagaimana dengan tugas kelompoknya?", seruku sekeras toa.

Akashi tidak merespon. Rasanya aku ingin mengeshoot kepala merahnya dengan sepatu. Sukur-sukur kalau kepalanya benjol segede bola tenis biar gak usah masuk sekolah.

"Daijobu?" ujar seseorang dari belakangku. Suaranya tidak asing di telingaku.

"Reo-senpai!" ujarku sambil membalikan badan. Lelaki berkulit putih susu dengan bibir yang bisa dibilang ala Selena Gomez itu meraih bola disampingku. Aku hanya mengangguk sebagai tanda kalau aku baik-baik saja .

"Wuooo, sepertinya kau berhasil membuatnya ngambek..".

Ngambek? Mungkin benar apa yang dikatakan Reo-senpai. Tapi Akashi ngambek menurutku hal yang tidak wajar.

"Dia beneran ngambek? Senpai jawab aku..."

"Eh... Jangan pasang wajah melas gitu dong."

Aku mengeluarkan jurus pamungkas. dengan menunjukan ekspresi melas ala Kuroko. Pasti mempan pada Reo-senpai.

"Lha menurutmu sendiri gimana.... Gini... Err...Ano, aku ada urusan, jadi, ja ne
(y/n)-chan.." jawabnya gelagapan tidak jelas.

Kenapa jurus ini tidak amluh? Padahal aku sudah berlatih di cermin dan mengorbankan harga diriku. Mpfuuuh...

Teeet...

Bel istirahat berbunyi. Aku langsung pergi ke kantin. Mengingat perutku sudah lapar. Waah dikantin ramai sekali.

"Aduh, jangan dorong-dorong dong!. Huh."

Aku berjalan menuju stand tempat menjual onigiri. Ya ampun, melihat orang menggigit onigiri membuatku bibirku geli. Kurogoh saku bajuku. Oh ya! Dompetkuku tertinggal di kelas. Aku membalikan badanku. Duuukk.... Sepertinya aku menabrak seseorang. Waah bajunya basah terkena tumpahan ramen. Kudongakan kepala ki keatas. Oh tidak, itu ketua geng berandalan di SMA Rakuzan. Mati aku kalau berurusan dengannya."Gomen senpai , aku tidak sengaja." ujarku meminta maaf sambil membersihkan sisa ramen di bajunya.

Pranggg...!!

Dia membanting mangkuk ramen teraebut. Kalau begini gawat! "Kau mengotori baju baruku..." ujarnya dengan nada mengerilan.

Kulangkahkan kaki ku kebelakang. Tapi sepertinya terlambat bagiku untuk kabur, karena sekarang dia telah memegang leherku. Seseorang tolong aku.

"Itu artinya." lanjutnya. Uuughhhh!!! Tangan besarnya mencekik leherku! Aku meronta sekuat tenaga, tapi itu tidak biasa. Kaki ku sudah melayang di udara. Semua orang dikantin ketakutan. Mereka berusaha menyelamatkanku, tapi tidak bisa. Yang lainya ingin kabur, tetapi dihadang oleh anggota geng yang lain. Ini seperti pertunjukan sirkus! Mereka penontonnya dan aku sirkusnya. Uhuk! Napasku! Leherku serasa mau patah. Tolong, kumohon, seseorang tolong aku....

Sreet

Gunting melayang ke arah ketua geng berandalan tersebut. Memberi goresan di pelipisnya. Sontak dia melepaskan genggaman tanganya dari leherku. Aku terjatuh tak berdaya. Siapapun itu, terimakasih, telah menyelamatkanku. Jujur, aku memang lemah dan mungkin aku akan terbaring di sini cukup lama. Etto.. kau kan... Weh! Akashi?!
Waktunya pulang dan leherku masih sakit. Uggghhh, senpai tadi memang keterlaluan. Tapi untungnya Akashi menyelamatkanku. Dan ini kedua kalinya aku ditolong. Padahal aku ini sering kelewatan jika berbicara padanya.

Rasanya aku ingin meminta maaf kepadanya. Tapi aku malu karena semua kejadian yang kualami.

Sudahlan nanti kupikirkan lagi. Yang penting aku selamat dulu.
Ngomong-ngomong, buku yang kubawa sekarang terlalu banyak. Tasku sampai tidak cukup. Terpaksa aku membawanya dengan tangan.

Kuletakkan kedua tungkai kakiku keluar kelas. Sepi, jadi aku bisa lari. Tak butuh waktu lama akhirnya sampai di halaman depan.

Huh, tasku pake acara melorot segala. Tangan kiriku membenarkan letak tasku. Eh.. Bukuku mau jatuh. Tuh kan jatuh.

"Hmmftt.. kenapa jatuh sih" ucapku sebal.

"Sini, biar kubantu..", ucap seseorang. Kulihat wajahnya, tatapannya kosong. Rambutnya abu-abu. Tungu, aku pernah melihatnya. Dia salah satu pemain di tim basket Rakuzan. Permainannya cukup bagus. Siapa ya? Oh ya dia itu,"M...Mayuzumi-senpai ..." ujarku.

Dia tidak berkutit. Tanganya masih sibuk merapikan bukuku yang jatuh berserakan.

"Arigatou gozaimasu, " ujarku lagi.

Kali ini Mayuzumi-senpai menengok kearahku. Dia memberikan bukuku yang jatuh kearahku. Kemudian ia pergi begitu saja.

"Mayuzumi-senpai, adahal yang ingin kubicarakan denganmu!" ujarku sedikit berteriak. Mayuzumi-senpai menoleh kearahku. Aku berjalan ke arahnya. "Tentang Akashi Seijuro." sambungku.
....

Suasana sore hari memang indah. Tadi aku pergi ke kantin untuk membelikan Mayuzumi-senpai es loli. Biar enak ngobrolnya.

"Menurutmu, Akashi itu orangnya seperti apa?", tanyaku memulai pembicaraan. Bertanya langsung seperti ini mungkin tidak disukainya. Buktinya dia hanya sibuk menjilati es lolinya, tidak meresponku.

"Mayuzumi-senpai, jawab pertanyaanku!" ujarku bersemangat sambil memperlihatkan puppy eyes ala Kuroko. Tapi itu tidak berpengaruh padanya.

Dua detik.. Tiga detik.. Ia mengelap mulutnya. Terdengar dengusan nafasnya. "Sebenarnya aku tidak ingin bicara...", ujarnya

Aku mendekatkan diriku padanya.

"Yah, kau tau kan Akashi orangnya sperti apa. Tapi sekarang dia sudah mulai berubah sejak pertandingan Winter Cup." lanjutnya
Iya, setelah pertandingan itu, sikap Akashi berubah jadi lebih baik.

"Apakah dia orangnya pendendam? Dia gampang baikan gak kalau berkelahi." ujarku sambil menjilat es loli.

Mayuzumi-senpai hanya mengangkat bahunya.

"Menurutmu?" ujar Mayuzumi-senpai kemudian. Kulihat Akashi berjalan ke arah gerbang sekolah.

Tiba-tiba timbul firasat kalau ini waktu terbaik untu meminta maaf.Bagaimanapun juga, ini salahku.

"Oh sepertinya aku sudah dijemput, mata ashita!!" ujarku pada Mayuzumi-senpai sambil melambaikan tanganku. Ia hanya membalas dengan senyuman tipis.

Kukejar Akashi dari belakang. "Akashi!!" teriakku. Akashi menghentikan langkahnya, kemudian menengok ke arahku.

"Gomen, semua ini salahku, tolong maafkan!" ujarku.

Aku mematung didepannya. Ia melangkah mendekatiku. Tanganya menyentuh pipiku. Apalagi ini?

Tanganya mengusap pipiku lembut. "Ya, kumaafkan. Tetapi, bersihkan pipimu yang cemong itu", ujarnya.

Jadi aku celemotan. Mayuzumi-senpai gak bilang kalau aku celemotan. Huuhh.

"Kau ini bisa ya mempertaruhkan harga dirimu untuk melakukan ini.."

Aku menghentikan aktifitasku, menatapnya heran.

"Maksudmu?"

"Maksudku, mana harga dirimu?" Akashi pergi meninggalkanku. Melemparkan senyum manisnya kearahku.

Apa maksudnya? Harga diri katanya? Kau pikir aku ini tidak tahu harga diri apa?

"Ini bukan soal harga diri tahu, b-b-BAKA!" sungutku kesal.

Akashi menolehkan wajahnya, tersenyum msngejek, kemudian memalingkannya lagi.

Eh? Kenapa kau menunjukkan wajah tampanmu itu? Kau membuatku....suka.... padamu. Uggh.. dasar BAKASHI!
......
-->
mmmmmm
Semoga ini lebih bagus dari yang kemarin
Kalau masih ada typo maafkan yhaaa

makasih dah buat baca cerita gajeku

salam gaje semua

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro