Yandere x Tsundere

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Akashi Pov~

"Heeeey berikan padaku"

"Aaargghh menganggu"
Beginilah anak perempuan jika bermain basket. Terlihat seperti kucing. Saling mencakar-cakar. Mungkin prinsipnya 'bola adalah segalanya'. Kemanapun bola berada, mereka selalu mengincarnya. Ditambah suara teriakan mereka. Kecuali kau, {namamu} . Entah mengapa, kau bermain seperti seorang profesional.

Sruukk

{Y/n} terpeleset kemudian terjatuh. Tanganya mengelus kakinya. Sepertinya dia keseleo. Apakah itu sakit? Apa kau baik-baik saja? Aku langsung berlari kearahnya.

"Daijobu?" tanyaku padanya. Dia hanya menatapku. Itu berarti,
dia bersedia kugendong tubuh mungilnya.

"Heeey, apa yang kaulakukan," ujarnya.

Tak mempedulikannya, Aku cukup berjalan ke arah tepi lapangan.

"Lepaskan, lepaskan. Kau pikir aku anak kecil? Aku bisa jalan sendiri!" serunya lagi sambil menarik bajuku. Baiklah, jika itu yang kau inginkan.

Brak..

Kujatuhkan tubuhnya ke tanah

"Kenapa kau melepasknnya? Sakit tahu!" rintihnya

"Kau yang minta.."

"Tapi bukan begini maksudku, huh. Sekarang, bantu aku berjalan
Ingat! Jangan gendong aku lagi!" perintahnya sambil menunjukan ekapresi anehnya. Pipinya yang menggembung membuatku ingin tertawa.

Hap

Kugendong dia seperti anak kucing.

"Heey, sudah kubilang kan jangan gendong aku."

Aku tak mempedulikan ocehannya. Kuletakan tubuhnya di tepi lapangan. Pipinya masih menggembung. Dasar kau ini.

Kuulurkan kakinya, kemudian kudorong telapak kakinya kedepan.
"Kalau sakit bilang ya" ujarku.

"Kenapa kau menolongku? Aku kan bisa sendiri."{Y/n} berysaha melelaskan kakinya dari tanganku.

"Yha memangnya tidak boleh? Aku tidak ingin rivalku terluka.." jawabku.

Aku melihat wajahnya merah. Semerah tomat di dapurku.

"Kan kalau kamu terluka, kita gak bisa bersaing lagi." lanjutku sambil mengedipkan mata.

"Ihhh.. Apa-apaan siih!" ujarnya sambil memukul tubuhku dengan wajahnya yang tambah memerah.

"Kau ini tipe karakter tsundere ya?" .

"iya? Trus kenapa? Lha kamu yandere... Yandere dan tsundere gak bisa bersatu, gak bisa, gak bisa...", kujepit hidungnya. Aku bisa melihat wajahnya yang imut.

"Mau mu tuh apaan sih, Akashi!! Aku gak bisa nafas."

"Kalau begini, suaramu jadi seperti tupai." ujarku sambil menahan tawa. {Y/n} berusaha untuk berdiri.

"Masih bisa lari?" tanyaku. Kali ini wajahnya memerah lagi, lebih merah dari yang tadi-tadi. Merahnya hampir menyerupai warna rambutku.

~Your Pov~

Apa sih yang dilakukan Akashi tadi? Benar-benar membuatku malu. Huftt aeharusnya aku langaung lari saja. Kutatap kearah luar jendela. Langit mulai mensubg. Aku harus cepat-cepat sebelum hujan turun. Aku segera pergi dari kelas. Saat sampai di lapangan, hujan mulai turun walaupun sedikit. Semoga hujannya tidak deras. Saat kulangkahkan kakiku.

Zraaasshh....

Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Kenapa hari ini aku sial sih. Aku juga gak bawa payung. Kutengokan kepalaku ke arah kiri. Rupanya ada Akashi diaebelahku. Ya, Akashi. Dia menggunakan jaket Rakuzannya. Sepertinya, dia baru selesai latihan basket.Apa? Akashi.

"Gyaaa!" seruku kaget.

Akashi menatapku heran, "Kau basah." ujarnya datar.

"Udah jelas kali... Ha..hachyuu..." duh, aku bersin. Sepertinya aku akan terkena flu.

Plukk..

Ia menempelkan jaketnya dikepalaku. Aku menarik jaketnya, tetapi dia memegang kepalaku agar jaketnya tidak bisa kulepas. Kutarik sekali lagi. Huhft, aku menyerah.

"Jaketnya dipakai. Kelihatannya kau sedang terkena flu." ujarnya.

Aku mengangguk. Eh, kenapa aku mengangguk? Biasanya aku tidak sepereti ini. Entah kenapa aku menuriti perkataanya. Lupakan saja, yang penting jaketnya hangat. Yaampun hangat sekali. Kenapa bisa sehangat ini? Tanpa kusadari, pelukan Akashi lah yang membuat rasanya semakin hangat. "Lepaskan..." ujarku sambil mendorong tubuhnya. Tetapi semakin kuat kudorong, pelukannya menjadi lebih erat.

"Berpelukan bisa membuat tubuh menjadi hangat, aku tidak ingin kau kedinginan." , ujarnya halus.

Belum pernah aku mendengar suaranya sehalus ini. Cahaya mobil membuat pelukaan ini merenggang. Akashi melepaskan pelukannya.

"Aku sudah dijemput.", ujarnya. Ia membuka pintu mobil, kemusian masuk kedalam.

"Heey, kau melupakan jaketmu."

"Ambil saja dulu, kau kan tidak bawa payung." jawabnya.

Ia menutup pintu mobil. Mobil berwarna hitam itu melaju menjauhi pandanganku. Eh, bagaimana dia tau kalau aku gak bawa payung

Tetapi, barusan itu.. Ahh jangan dipikirkan.

.........

Akhirnya aku sampai di rumah. Kurebahkan badanku ke kasur. Rasanya lelah sekali. Ngomong-ngomong, kakiku sudah tidak terlalu sakit. Kutolehkan kepalaku ke arah kursi diaamping. Di atas kurai itu, ada jaket baertuliskan RAKUZAN itu menggantung dengan rapinya. Kuambil jaket tersebut. Jaketnya memang hangat. Sehangat pelukannya. Ya, Akashi. Sangat kucium aromanya. Memang aroma khas Akashi. Kupeluk jaket itu erat-erat.

~Normal Pov~
{Y/n} memeluk jaket itu erat-erat. Sepertinya, ia suka dengan jaket itu. Entah jaketnya atau pemiliknya.

Matanya mulai berkedip-kedip. Ia mulai mengantuk. Matanya mulai terpejam. Ia tertidur. Sambil memeluk jaket itu. Terlukis senyum kecil diwajah imutnya....
-->

hhehee...^ω^

lanjut ya..
ฅ'ω'ฅ

salam gaje semua..
ฅ(๑*▽*๑)ฅ!!

tolong vote ya, klo gk mau jg gakpapa(っ'▽')っ(๑و•̀ω•́)و

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro