03. Pertemuan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

We Got Married © HeraUzuchii

Naruto © Masashi Kishimoto

A NaruSasu Fanfiction

Marriedlife, Romance, Humor, sedikit bumbu Hurt

YAOI, OOC, TYPO(S), AU

PERHATIAN!

Untuk yang tidak menyukai ke-OOC-an, harap menghindar dari FANFIC ini.

Happy Reading

.

.

.


Sasuke masih berdiri di depan cermin besar yang ada pada lemarinya. Ia telah berpakaian rapi 15 menit yang lalu, artinya sudah 15 menit pula ia berdiri di sana, menatap replika dirinya di cermin. Bukan untuk memastikan penampilannya, tapi memantapkan hatinya untuk menerima keputusan yang telah ia ambil. Karena, ia tahu, malam ini adalah awal dari kehidupannya yang akan berubah.

TOK TOK TOK

Ketukan di pintu membuat Sasuke sedikit tersentak. Sasuke tersadar jika sudah waktunya untuk bergegas keluar. Ia melihat sekali lagi dirinya di cermin sebelum beranjak dari sana.

Ketukan dan seruan namanya masih terdengar. Sasuke berjalan agak cepat, segera membuka pintu dan disambut senyuman khas adiknya, berdiri di depannya dengan pakaian rapi seperti dirinya.

"Sudah siap?" tanya Sai, memperhatikan Sasuke dari atas ke bawah. "Sepertinya sudah," Sai menjawab sendiri pertanyaan setelah melihat penampilan Sasuke.

Sasuke mengangguk.

"Kalau begitu, ayo ke bawah. Tou-chan dan Kaa-chan sudah menunggu."

Sai berbalik menuju tangga dan diikuti Sasuke di sebelahnya.

"Kenapa lama? Ku pikir kau tidur tadi," ucap Sai, melirik Sasuke sekilas lalu kembali memfokuskan diri pada langkahnya menuruni tangga.

Sasuke tertawa kecil mendengar pemikiran Sai. Tanpa menoleh Sasuke menjawab, "kenapa aku harus tidur disaat ada pertemuan penting?"

"Untuk menghindari pertemuan, mungkin," canda Sai sambil tertawa.

Mereka menghentikan langkah tepat setelah menuruni anak tangga terakhir, ketika seorang pelayan memberi tahu bahwa orangtuanya menunggu di depan.

Sai dan Sasuke hanya mengangguk, kemudian melanjutkan langkah mereka lagi. Berjalan beriringan.

"Aku bahkan tidak ada berpikiran untuk menghindar," ujar Sasuke.

Mereka telah berada di depan rumah, berjalan menuju mobil yang terparkir menunggu mereka.

Sasuke dan Sai memasuki mobil. Mereka berada di mobil yang berbeda dengan kedua orangtua mereka.

Setelah keduanya telah masuk, kedua mobil mulai berjalan, mengantarkan mereka menuju restoran untuk pertemuan berjudul 'makan malam keluarga'.

Sepanjang perjalanan Sasuke hanya diam, menatap pada jalan dan kendaraan melalui jendela mobil, larut dalam pikiran. Jemarinya saling beradu diatas pangkuan celana hitamnya, mendadakan bahwa dirinya sedang gugup.

"Aniki gugup?" tanya Sai yang sebenarnya sudah mengetahui pasti jawabannya.

Sasuke menggeleng. Mengalihkan pandangan dari jendela mobil di samping jadi menatap Sai. Sasuke bergerak, menegakkan tubuhnya, mencoba terlihat tenang namun gagal.

Sai mengetahui hal itu. Aniki-nya sangat gugup. Ia ingin menenangkan Sasuke. Ia ulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Sasuke, menghentikan jemari Sasuke yang tadi saling beradu. Menatap dan memberikan senyuman menenangkan pada kakaknya.

Sasuke menghela napas, lalu mengangguk, "aku sangat gugup," katanya jujur. Rasanya juga percuma saja membohongi Sai, bersikap seolah ia tenang. Sai tahu segala tentangnya, begitupun sebaliknya.

"Aku tahu itu. Aku juga merasa gugup akan bertemu calon kakak ipar." Sai berusaha menenangkan.

Sasuke mengangguk.

Kemudian Sai terus mengajaknya berbicara, mengalihkan pikirannya dari rasa takut dan hal yang membuatnya gugup. Sesekali ia tertawa mendengar Sai yang menceritakan kisah konyol teman sekolahanya. Hal itu membuat Sasuke sedikit -hanya sedikit- melupakan kegugupannya. Setidaknya, ia tidak terus memikirkan kemungkinan buruk dari pertemuan nanti ataupun perjodohan.

Tanpa sadar karena asik dengan obrolan, atau bisa dibilang dongengan Sai, mobil telah berhenti menandakan telah sampai. Seketika jantung Sasuke berdetak cepat dan telapak tangannya mulai berkeringat. Sasuke kembali gugup.

Sasuke mengikuti orangtuanya dari belakang bersama Sai. Begitu mereka masuk, disambut oleh seorang pelayan wanita cantik dengan senyuman, kemudian mereka dipandu menuju salah satu ruangan.

Di ruangan tersebut sudah menunggu rekan Tuan Uchiha. Ketika mereka masuk ke dalam salah satu ruangan VIP, yang pertama kali Sasuke lihat adalah seorang yang sama persis dengan foto yang ia lihat di internet. Rambut pirang, mata biru dan senyuman hangat.

Sasuke membungkuk --sebagai bentuk hormat-- dengan kaku. Lalu, ia duduk tepat di hadapan pria yang ia ketahui bernama Minato tersebut. Sai duduk di sebelahnya, sedangkan ayah dan ibunya duduk di depan, sebaris dengan Minato.

Sama seperti restoran di Jepang pada umumnya, restoran ini duduk berlesahan dengan meja panjang di tengah ruangan. Meja sudah terisi berbagai macam hidangan khas Jepang. Minato terus menatap Sasuke yang duduk dengan perasaan tidak nyaman, ia bahkan kembali memainkan jemarinya, pandangannya tertuju pada hidangan di meja hingga Minato mengira Sasuke sudah lapar.

"Aku pasti benar, yang duduk di hadapanku adalah Sasuke, kan?" tebak Minato, masih menatap Sasuke.

"Kau benar. Dan di sampingnya adalah Sai," jelas Tuan Uchiha.

"Saya Uchiha Sai," Sai memperkenalkan diri.

Sasuke masih setia menatap makanan. Tidak terlihat berniat memperkenalkan diri.

"Sepertinya Sasuke lapar. Tapi, mohon maaf, anakku belum datang. Sasuke bisa menunggu sebentar, kan?"

Sasuke dengan cepat mengalihkan perhatian dari makanan dan mengangguk. Ia merutuki diri karena melakukan hal memalukan. Ia tidak lapar, ia bahkan tidak tergoda untuk makan, ia hanya terlalu gugup.

"Anak itu memang tidak pernah tepat waktu."

***

Udara di dalam mobil menjadi panas hingga membuat dua tubuh yang saling berhimpitan itu berkeringat, padahal AC masih menyala.

Suara lenguhan bahkan desahan terdengar jelas, semakin memperpanas keadaan. Membakar nafsu dua orang pria yang kini tengah melepaskan hasrat. Mobil bergoyang seirama dengan gerakan yang dilakukan Naruto, sang pemilik mobil.

Pekikan kenikmatan menjadi akhir dari 'kegiatan' kedua orang dalam mobil tersebut.

Setelah mengatur napas kembali normal, Naruto menengok pada jam tangan yang melingkar manis di pergelangannya, seketika matanya membulat melihat pukul berapa sekarang. Ia langsung teringat akan perkatan ayahnya kemarin malam.

Dengan cepat Naruto memperbaiki celananya, tidak lupa mengancingnya. Kemudian ia menoleh pada teman di sampingnya yang tengah memakai pakaian.

"Em... Kaouro," panggilnya.

Pemuda manis yang sedang mengancing kemejanya itu mendongak pada Naruto.

"Ya?"

"Kau bisa pulang sendiri, kan?"

Kaouro nampak menimang sebelum menjawab, "tidak bisakah kau mengantarku pulang?" Dengan nada manja.

Naruto menangkup pipi sekertaris yang merangkap menjadi kekasihnya itu. Memberikan kecupan di bibirnya lalu menatap meminta pengertian.

"Aku harus cepat-cepat menemui Tou-chan, sayang. Aku janji besok aku akan mengantarmu." ucap Naruto.

Kaouro memanyunkan bibirnya, membuang muka, merajuk.

Naruto terkekeh melihat tingkah imut kekasihnya. "Bagaimana sebagai gantinya, besok kita kencan ke mana pun kau mau," Naruto menawarkan.

Dan tawarannya itu membuahkan hasil. Kaouro kembali menoleh padanya dengan raut senang.

"Janji?"

"Janji!"

"Baiklah. Aku pulang dulu," pamit Kaouro, sebelum keluar ia menyempatkan diri mencium kening Naruto.

"Hati-hati!"

Naruto mengamati mobilnya yang tampak berantakan, ia mengambil tisu dan membersihkan jejak kegiatannya bersama Kaouro tadi. Setelahnya ia menyemprotkan pengharum, yakin sudah tidak ada bekas 'kenikmatan' tadi, ia langsung pindah ke kursi pengemudi. Tanpa menunggu lagi ia melajukan mobilnya keluar parkiran dan membelah jalan malam.

Ia sudah sangat terlambat.

***

Sudah hampir satu jam Sasuke dan keluarganya menunggu kehadiran anak Minato, dengan Minato yang terus memohon maaf karena keterlambatan anaknya.

Sasuke mulai bosan, ia bukanlah tipe orang yang bisa sabar menunggu apalagi di tengah keadaan dirinya yang gelisah seperti saat ini. Ingin bergerak saja rasanya takut salah, sampai posisi duduk dengan badan tegak tidak pernah berubah, padahal punggungnya mulai lelah.

Sasuke berasumsi bahwa --bisa dikatakan-- calon anaknya adalah orang yang tidak menghargai waktu, salah satu hal yang tidak disukainya. Bukankah, anak itu akan menjadi penerus perusahaan, lalu bagaimana bisa menjadi pemimpin jika tidak bisa tepat waktu. Sasuke mendengus dalam hati, ia berniat mendisiplinkan calon anaknya itu.

Pintu ruangan terbuka kasar. Membuat seluruh pandangan menuju ke arah pintu. Di sana ada seorang pemuda yang hampir menyerupai fisik Minato, tengah membungkuk, kedua tangannya menumpu pada lututnya dengan napas tidak beraturan seperti orang habis berlari.

Setelah mengatur napasnya, pemuda itu berjalan pada tempat kosong di antara Sasuke dan Sai. Sebelum duduk, Ia membungkuk dan memohon maaf karena membuat semua orang menunggu.

"Sumimasen. Aku terlalu larut dalam pekerjaan hingga lupa waktu tadi."

Minato memutar mata malas mendengar karangan alasan putranya. Ia sangat tahu 'pekerjaan' yang dimaksud anaknya itu. Ia berjanji akan memukul kepala kuning itu dengan sepatu nanti.

Sasuke mengamati pemuda itu. Ia yakin, itu pasti anak Minato, Naruto. Sasuke merasa bersalah setelah mendengar permintaan maaf Naruto, karena ia mengasumsikan Naruto adalah orang yang tidak menghargai waktu, padahal ia adalah orang yang pekerja keras hingga lupa waktu. Sasuke merasa salut.

Sasuke masih memperhatikan Naruto. Hingga yang diamati merasa dan menoleh padanya. Sasuke tersentak ketika ia beradu pandang dengan mata biru Naruto. Ia semakin tidak tahu harus berbuat apa, Sasuke salah tingkah. Terlebih ketika Naruto tersenyum ramah padanya. Bukannya membalas senyuman itu, dirinya malah mengangguk kaku.

Oh Tuhan, Sasuke ingin bersembunyi saja.

"Karena, Naruto sudah sampai. Lebih baik kita makan dulu sebelum mengobrol."

Sasuke sangat berterima kasih pada Minato dalam hati. Karena pemuda pirang di sampingnya akhirnya mengalihkan pandangan darinya.

Makan malam terasa biasa saja sebenarnya. Seperti malam-malam biasanya, yang berbeda hanya jumlah orang dan tempatnya, itu bagi yang lain. Bagi Sasuke, ini adalah makan malah tercanggung. Ia merasa setiap pergerakannya tidak bebas, padahal tidak akan ada yang marah padanya jika ia bertingkah sepeti biasa.

Setelah makan malam. Meja dibersihkan oleh beberapa pelayan dan hidangan makanan diganti dengan Sake.

Ayah Sasuke dan Minato telah menghabiskan beberapa gelas Sake, sedangkan Sasuke dan Sai tidak menyentuh minuman itu sedikit pun. Mereka berdua tidak begitu menyukai minuman beralkohol. Berbeda dengan Naruto, yang saat ini memang tidak ingin mabuk, ia hanya meminum seteguk tadi.

Sasuke pikir pertemuan ini akan ada obrolan serius. Tapi, ternyata hanya ada obrolan masa muda ketiga orangtua di sana. Sasuke tidak begitu tertarik untuk mendengarkan, jadi dirinya hanya diam mengamati minuman di gelasnya sampai suara Sai mengalihkan perhatiannya.

"Naruto-san--"

"Jangan formal begitu. Panggil saja Ani atau Nii-chan."

"Baiklah. Naruto-nii?"

"Itu terdengar lebih baik."

"Naruto-nii, sebentar lagi kita akan menjadi keluarga, aku harap kita bisa cepat akrab," ucap Sai dengan senyum khasnya.

Naruto mengangguk, "kita akan menjadi saudara ipar," balas Naruto.

Sasuke menoleh ke kiri, di mana Sai dan Naruto berada. Ada yang terasa ganjal dari perkataan Naruto.

"Saudara ipar?" tanya Sai bingung. "Bukankah seharusnya aku menjadi paman mudamu. Aniki-ku kan, akan menikah dengan paman Minato. Iya kan, Aniki?"

Naruto mengerutkan dahi. Kemudian menoleh pada Sasuke yang mengangguk malu. Lalu, beralih pada ayahnya.

"Tou-chan," Naruto memanggil ayahnya.

"Ada apa, Naruto?"

"Yang sebenarnya menikah, aku atau Tou-chan?"

"Tentu saja kau. Bukankah kita sudah membicarakan ini Naruto?"

Naruto mengangguk. Ia kembali beralih pada Sasuke yang terdiam dengan wajah terkejut dan juga suara Sai yang bergumam.

"Jadi, bukan dengan paman Minato?"

Naruto menahan tawa. Ia kini mengerti, ternyata duo saudara itu mengira yang akan menikah adalah ayahnya.

Naruto mendekatkan diri pada Sasuke yang masih terdiam. "Oh. Kau lebih memilih menjadi ibuku dibanding suamiku?" bisik Naruto di telinga Sasuke.

Sasuke melotot pada Naruto.

Naruto menjauhkan diri dan berusaha menahan tawa yang bisa meledak kapan saja.

Ternyata Sasuke itu konyol juga.

***

Sasuke menghempaskan tubuhnya di ranjang begitu tiba di rumah. Jika bisa ia ingin menenggelamkan diri saja ke dalam kasurnya dan tidak pernah menampakkan diri lagi.

Ia begitu malu sudah salah mengira calonnya. Dan diperparah oleh Naruto yang terus menggodanya dengan memanggilnya 'Okaa-chan'. Pria kuning itu tampak bahagia mengoloknya hingga wajahnya memerah. Sebenarnya Sasuke sangat ingin menyiram wajah Naruto dengan Sake jika dia tidak ingat ada orangtua mereka. Sai juga tidak membantu sama sekali, adiknya malah hanya sibuk tertawa.

Merasa gerah dengan pakaiannya, Sasuke bangkit untuk berganti baju tidur. Lebih baik dirinya tidur dan melupakan kejadian tadi.

Setelah selesai mengganti pakaian dan gosok gigi. Sasuke kembali pada tempat tidurnya. Baru saja ia ingin melempar diri ke atas ranjang, bunyi ponsel menghentikannya.

Ia meraih ponsel di atas nakas sambil berpikir siapa yang menghubunginya di waktu tidur seperti saat ini.

Sasuke mengerutkan dahi begitu melihat sebuah pesan dari nomor tanpa identitas tampil di layar ponselnya. Ia membuka pesan tersebut dengan sedikit rasa penasaran.

From: 001537xxxx
21.10

Hai, Okaa-chan. Simpan nomor anakmu ini dengan nama 'beloved Son' ya :D

Your beloved Son
Naruto


Tanpa sadar Sasuke menggenggam ponselnya lebih erat. Emosi. Ia bahkan memandang tajam ponselnya, seolah itu adalah si pengirim pesan.

Satu pesan kembali masuk dari nomor yang sama.

From: 001537xxxx
21.14

Jangan lupa besok dandan yang cantik untuk anakmu. LOL

Oyasumi nasai *Virtual Kiss*

Sasuke meletakkan ponselnya kasar di atas meja. Berbaring di atas ranjang dengan wajah memerah antara malu dan marah, ia mengambil bantal dan membenamkan wajah semerah tomat miliknya pada bantal. Jika bertemu besok, ia akan pastikan wajah sok tampan Naruto membiru.

"Naruto idiot."

TBC


Makasih yang udah vote dan comment, my beloved readers :*:*:*

Jika ada typo(s) dan sejenisnya, bisa diberitai.

251117

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro