11. Pernikahan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

We Got Married © HeraUzuchii

Naruto © Masashi Kishimoto

A NaruSasu Fanfiction

Marriedlife, Romance, Humor, sedikit bumbu Hurt

YAOI, OOC, TYPO(S), AU

PERHATIAN!

Untuk yang tidak menyukai ke-OOC-an, harap menghindar dari FANFIC ini.

Happy Reading

.

.

.


Bertukar janji untuk saling menerima dan melengkapi satu sama lain, disaksikan keluarga dekat. Kini Naruto dan Sasuke telah sah menjadi pasangan.

Malam telah tiba, waktunya untuk berpesta. Kali ini lebih ramai dari saat di gereja, karena memang sengaja ketika akad pernikahan hanya dihadiri oleh keluarga. Berbeda dengan pesta pernikahan yang mengundang banyak kerabat kerja dua keluarga, Uchiha dan Namikaze-Uzumaki.

Karin dengan sukarela mengajukan diri menjadi MC, Naruto hanya memasang wajah datar ketika Karin dengan semangatnya memandu acara.

"Dia gadis yang penuh tenaga."

Naruto menoleh pada asal suara, di mana Sasuke berada, tepat di samping kirinya, sedang memperhatikan Karin.

Naruto tertawa kecil dan mengangguk.

***

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Setelah melewati serangkaian acara, seperti memotong kue, mendengarkan pesan-pesan dari keluarga dan juga berdansa. Tibalah dipenghujung acara yang sebenarnya tidak Sasuke ketahui.

Semua orang keluar dari gedung acara menuju halaman belakang yang cukup luas.

Karin masih dengan semangat sepeti awal acara berkata, "acara akan ditutup dengan menerbangkan lampion."

Sasuke tidak menyangka. Ia menoleh pada Naruto, melayangkan tatapan bertanya, tapi hanya dibalas seulas senyuman.

Semua sudah memegang lampion masing-masing, begitu juga Naruto dan Sasuke, hanya saja milik keduanya lebih besar dan bermotif.

"Sebelum menerbangkan, tutup mata dan buat permohonan. Dalam hitungan ketiga terbangkan. Ayo kita mulai membuat harapan," Karin memberikan aba-aba.

Semua menutup mata.

"Satu ... Dua ... Tiga ... "

Dihitungan ketiga Naruto membuka mata, bersamaan dengan ia lepaskan lampion miliknya dan Sasuke.

Lampion dengan motif bunga Celandine, mengartikan kebahagiaam yang akan datang itu melayang melewati pandangannya, membuatnya dapat menyaksikan keindahan yang tidak kalah indah jika dibandingkan dengan langit malam yang kini berhias cahaya lampion, yaitu Sasuke.

Di mata Naruto kini, Sasuke yang sedang tersenyum bahagia memandang langit terlihat cantik, ditambah cahaya temaram lampion, membuatnya berkali-kali lipat lebih indah dari apapun yang pernah ia lihat.

Tanpa sadar Naruto melangkah maju mendekat dengan pandangan tidak teralih sedikit pun dari makhluk di depannya, tangannya terulur untuk menyentuh sisi wajah Sasuke, mengusapnya lembut membuat sang empu balas menatapnya heran.

"Naruto?"

Naruto mengabaikan. Memajukan wajahnya, menghapus jarak di antaranya dan Sasuke, sampai hidung mereka saling bergesekan, perlahan ia memejamkan mata dan bersamaan dengan bertemunya kembali bibirnya dengan milik Sasuke.

Tiga kali.

Parkiran, gereja saat pernikahan dan halaman belakang. Saat ini.

Dan rasanya selalu berbeda. Selalu manis dan ingin lagi, ingin merasakan lebih. Bukan lagi hanya sekadar sentuhan seperti di parkiran, tapi dengan lumatan. Melupakan kenyataan bahwa mereka tidak sendirian, banyak pasang mata yang menyaksikan.

"OH TUHAN! INDAHNYA!" Ino, salah satu sepupu Naruto yang memang mempunyai ketertarikan tersendiri pada pasangan sesama jenis itu berteriak tidak ingat tempat, remaja yang memang dasarnya selalu mengabadikan segalanya lalu dipamerkan di sosial media itu telah siap dengan kamera ponsel, memotretnya berulang kali, mengabadikan momen indah tersebut. Awalnya ia hanya mengambil gambar dari banyaknya lampion yang berterbangan, tapi pada akhirnya ia mendapatkan asupan.

Sai yang berada tepat di samping Ino tidak mampu menahan senyumannya. Bukan tersenyum karena Naruto dan Sasuke, tapi karena kebahagiaan Ino. Ia bahkan tidak tertarik pada kedua orang itu, ada yang jauh lebih menarik di dekatnya. Sungguh, Sai tidak mengerti pada dirinya yang mendadak selalu kagum melihat tingkah gadis berambut blonde panjang itu yang baru ia kenal tadi pagi.

Naruto menyuruhnya berkenalan untuk berteman dan Sai tidak sendirian saat acara berlangsung, ditambah mereka seumuran, Naruto berpikir mungkin mereka bisa berbagi pengalaman.

Sai yang memiliki sifat tidak beda jauh dengan Sasuke sedikit kesulitan pada awalnya, untung saja Ino merupakan orang yang mudah akrab, satu-satunya yang terus mengajak berbicara dan menariknya ke sana-kemari.

"Bukankah mereka terlihat serasi, Sai-kun?"

"A-a-a ... I-itu ... Apa?"

Tiba-tiba diajak berbicara oleh objek pemandangannya, menoleh padanya pula, tentu saja membuat Sai terkejut.

"Kenapa kau selalu tergagap saat berbicara denganku? Kau takut? Apa aku menyeramkan?"

"Tidak, tidak, tidak," jawab Sai menggeleng kuat. Mana ada gadis secantik Ino terlihat menyeramkan. "Aku hanya ... Hanya ... "

"Hanya apa, Saikun?"

Sai lemah mendengar Ino mengucapkan namanya, dengan embel-embel kun pula.

"Kalian semakin akrab, ya?"

Karin yang telah menyelesaikan tugasnya sebagai pembawa acara, datang menggoda Sai dan Ino. Ia memperhatikan Sai dan Ino bergantian lalu menyeringai, terlebih ketika melihat Sai yang menunduk salah tingkah. Tanpa permisi ia merebut ponsel Ino, mengundang umpatan kesal gadis itu dan Karin menghadiahinya cubitan di bahunya.

"Jaga mulutmu. Mengumpat pada yang lebih tua itu tidak baik."

Ino menggerutu, Sai semakin terpesona.

"Kalian berposelah, aku akan mengambil gambar kalian," perintah Karin.

"Benar, kita sama sekali belum berfoto bersama Sai-kun," pekik Ino riang. Lantas ia menarik tangan Sai untuk berdiri berdampingan.

Sai sudah gugup bukan main. Ino berpose begitu cantiknya, sedangkan Sai berdiri kaku dengan senyum tak kalah kakunya.

Karin tertawa geli, "ya ampun, kalian cocok sekali. Semoga cepat menyusul Naruto dan Sasuke." Menyerahkan ponsel Ino pada pemiliknya dan berlalu. Masih menyempatkan diri mengedipkan sebelah mata pada Sai.

Membuat Sai memerah malu, untung saja Ino tidak mendengar ucapan Karin karena terlalu sibuk melihat hasil potretnya.

***

Naruto dan Sasuke pulang ke rumah Minato untuk tidur semalam sebelum mereka pindah tinggal bersama.

Sesampai di kediaman Ayahnya, Naruto langsung membawa Sasuke ke kamarnya yang tampak berbeda, dekorasi dengan mawar merah dimana-mana, termasuk di atas ranjang dengan bentuk hati.

Naruto hanya bisa menghela napas. Tidak mau terlalu mengambil pusing, Naruto lantas bergegas mengganti pakaiannya untuk tidur, tidak berniat mandi terlebih dahulu, tubuhnya sudah berteriak minta di istirahatkan.

"Bagaimana cara kita tidur jika banyak bunga di ranjang?"

Sasuke yang dari tadi hanya di depan pintu, mengamati kamar membuka suara.

"Tinggal dibersihkan saja," jawab Naruto seraya membersihkan ranjangnya dari bunga-bunga.

"Eumm.... Tapi, aku tidak bisa tidur dengan orang asing."

Gerakan menyingkirkan bunga terhenti. Naruto duduk bersilang kaki di atas ranjang dan menatap Sasuke yang belum berpindah dari tempatnya semula.

"Setelah beberapa kali kencan dan ciuman kau anggap aku orang asing?"

"Ke-kenapa harus bawa-bawa hal itu!"

"Bawa-bawa apa?"

"Kencan dan ciuman."

Naruto diam sejenak.

"Sudahlah. Memangnya kau tidak lelah berdiri terus. Aku mau tidur."

Naruto pun berbaring memunggungi Sasuke.

"Aku akan tidur di sofa," ucap Sasuke pelan.

"Terserah."

***

Gadis dengan surai pirang pucat panjang tampak berdiri dengan menempelkan telinga di pintu.

"Eh, kok tidak ada suara ribut-ribut?" monolognya. Mempertajam lagi pendengarannya.

"Ribut-ribut apa?"

Tiba-tiba sebuah suara dari belakang membuatnya terlonjak dan menjauhi pintu. Mengelus dadanya dan berbalik perlahan untuk melihat siapa pemilik suara.

"Eh, Neechan." Ia tersenyum kaku, memainkan lipatan rok yang ia gunakan. Gugup.

"Kenapa kau berdiri di depan kamar Naruto, hm?"

"Tidak." Mengelak cepat. "Aku cuma mau lewat, kok."  Tidak ingin terintrogasi lebih lama, ia pun melarikan diri, berlari pelan menuju kamarnya.

"Dasar," dengus wanita yang di panggil Neechan, Karin. Melangkah menyusul gadis pirang tadi, namun baru dua langkah ia mundur kembali di tempat semula, di depan kamar Naruto.

Menengok kanan-kiri sebelum Karin menempelkan kupingnya ke pintu.

"Sepi sekali. Apa mereka sudah tidur? Tidak melakukan hal sakral?" gumamnya heran. Semakin merapatkan dirinya ke pintu, berharap mendengar sesuatu.

"Karin, apa yang kau lakukan?"

"Paman!" Karin berteriak. Mundur beberapa langkah dari tempatnya melihat Minato berdiri tak jauh darinya.

"Sedang apa di depan kamar Naruto?"

"Emmm.... Cuma lewat, kok. Hehe. Selamat malam, Paman, Karin pamit ke kamar dulu." Karin menggunakan alasan perdid seperti si gadis pirang, bedanya ia lebih sopan dengan membungkuk dan memberi salam lebih dulu sebelum melarikan diri.

Sedangkan Minato hanya geleng-geleng melihat tingak keponakannya. Lalu ia menatap pintu kamar Naruto lama, mengira-ngira apa yang sedang dilakukan anaknya di dalam bersama menantunya.

"Oh, ya ampun. Apa yang aku pikirkan?" gumamnya dan segera berlalu dari kamar Naruto.








TBC

Ini beberapa kali perombakan, hasilnya tetep aja gaje :'D

Terimakasih vomentnya~

060518

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro