13. Untitled

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

We Got Married © HeraUzuchii

Naruto © Masashi Kishimoto

A NaruSasu Fanfiction

Marriedlife, Romance, Humor, sedikit bumbu Hurt

YAOI, OOC, TYPO(S), AU

PERHATIAN!

Untuk yang tidak menyukai ke-OOC-an, harap menghindar dari FANFIC ini.

Happy Reading

.

.

.


"Ohayou~"

Sebuah bisikin yang disusul tiupan di telinga, membuat Uchiha Sasuke menggeliat di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya hingga leher, tetapi belum mampu menyebabkan sang Uchiha membuka mata.

"Sasuke~"

Kembali sebuah bisikan menyerukan namanya, membuat Sasuke lagi-lagi menggeliat dan berbalik ke asal suara yang sebelumnya ia tidur terlentang.

Mengerjap, berusaha membuka mata dan menyesuaikan cahaya. Hingga kelopak putih yang menyembunyikan iris mata gelap itu terbuka setengah, masih ada rasa ngantuk, sehingga berat untuk membuka mata lebih lebar.

"Ohayou, Sasuke-chan~"

Pemandangan pertama yang Sasuke lihat ketika membuka mata adalah wajah seseorang, berkulit tan dengan tiga garis untuk di masing-masing pipinya, rambut pirang berantakan, mata biru cerah menatap jahil padanya, juga sebuah bibir yang tersenyum lebar.

Sasuke mengernyitkan dahi, berpikir siapa sosok di depannya, belum sepenuhnya sadar dari tidur sepertinya.

Ketika sesuatu yang lembut dan kenyal menabrakan diri di bibirnya, spontan Sasuke melayangkan pukulan pada pelaku di depannya.

Sasuke seketika mendudukkan diri, menjauh pada kepala kuning yang kini mengaduh sakit, tidak lupa Sasuke memberikan tatapan menusuk.

"Kau ini kenapa, sih?!"

"Kau yang kenapa? Mencium orang seenaknya."

"Seperti baru pertama kali saja, kita sudah melakukan beberapa kali, kok. Semalam juga kau sangat menik--"

Sebelum Naruto menyelesaikan ucapannya, Sasuke meraih bantal dan melemparkan tepat ke wajah Naruto, berhasil membungkam pria itu. Apa-apaan Naruto itu, membahas hal lalu, membuat wajah Sasuke memerah saja di pagi yang cerah ini.

Naruto ingin mengomel, tapi bagaimana bisa ia melontarkan kata bentuk kekesalannya jika wajah memerah malu-malu Sasuke tampak menggemaskan. Membuat Naruto hanya ingin menggodanya. Lantas Naruto mengambil posisi duduk berhadapan dengan Sasuke yang kini membuang muka.

Naruto mengulurkan tangan untuk menyentuh dahi Sasuke, membuat sang empunya dahi berpaling menghadap padanya dengan wajah bertanya.

Naruto memasang wajah khawatir. "Wajahmu memerah, tapi kau tidak demam. Apa kau baik-baik saja?"

Naruto tidak bodoh untuk tahu penyebab wajah memerah Sasuke karena malu, bukan karena demam. Ia hanya ingin menggoda Sasuke lebih.

Sedangkan Sasuke semakin malu. Ia menepis tangan Naruto dan beranjak dari ranjang. Ingin pergi dari hadapan Naruto yang sedang tersenyum jahil secepatnya.

"Sasuke mau ke mana?"

Naruto tidak akan melepaskan Sasuke begitu saja sampai ia puas, maka dari itu ia mengekori Sasuke.

"Mandi," jawab Sasuke ketus. Mengambil handuk dari dalam lemari. Kemudian berjalan cepat menuju pintu.

Naruto masih mengikutinya, bahkan sampai di depan pintu kamar mandi.

"Kenapa kau terus mengikutiku, Dobe?"

Sasuke berbalik dan bersandar di kosen pintu kamar mandi yang terbuka setengah.

Naruto melangkah maju dengan wajah tanpa ekspresi, menatap tepat ke dalam mata Sasuke. Membuat Sasuke memundurkan langkahnya hingga kini keduanya telah berada di dalam kamar mandi.

"Naruto."

Sasuke memegang bahu Naruto bermaksud untuk menghentikan langkah pria itu, karena punggungnya telah bersentuhan dengan dinginnya dinding. Namun, Naruto tidak juga berhenti, meski Sasuke menambah dorongan pada bahu Naruto.

Naruto baru berhenti ketika wajah mereka begitu dekat, membisikkan kata, "bukankah seharusnya kita mandi bersama seperti pasangan baru lainnya?"

"A--"

"Siapa di dalam?! Tolong cepat keluar! Aku sudah tidak tahan lagi!"

Keduanya menoleh ke arah pintu, dimana asal suara ketukan tidak sabaran berasal.

Naruto menghela napas sebelum menjauh dari Sasuke, melangkah ke pintu dan segera membukanya. Terlihatlah Ino dengan rambut di ikat sembarangan, masih memakai baju tidur, memegangi perutnya yang sakit.

Melihat pintu yang terbuka, lantas Ino masuk dengan terlebih dahulu mendorong Naruto keluar.

"Misi, Oniichan aku sudah tidak ta--"

Alangkah terkejutnya Ino ketika berhasil mendorong Naruto, dirinya mendapati Sasuke juga berada di dalam, tidak kalah terkejut dari dirinya. Otaknya berpikir cepat atas kemungkinan yang dilakukan dua orang itu di dalam mandi.

'Mungkinkah mereka ingin ... Astaga, aku mengganggu mereka,' batin Ino.

Seketika sakit di perutnya hilang. Ino tertawa canggung merasa telah membatalkan kegiatan pasangan baru tersebut.

"Ma-af, aku sudah mengganggu kalian, aku ... Akan keluar."

Dengan cepat Ino memutar tubuh dan berlari keluar meninggalkan dua orang pria di sana dalam kebingungan atas tingkahnya.

"Memangnya apa yang kami akan lakukan," Sasuke bergumam pelan, tapi mampu di dengar Naruto.

Naruto jadi mengerti maksud sepupu cantiknya, pasti gadis itu berpikir macam-macam. Naruto pun mendengus geli. Ia beralih pada Sasuke yang kini berdiri di depan pintu, bersiap menutupnya.

"Sa--"

"Aku mandi duluan."

Brakk

Dengan itu pintu tertutup.

Naruto tertawa kecil.

"Kenapa aku jadi senang menggodanya? Sepertinya aku sungguh jatuh cinta."

***

Sarapan pagi telah usai. Ino tengah melaksanakan niatnya yang terus tertunda tadi di kamar mandi. Sasuke sedang menonton televisi, sedangkan Naruto masih di kamarnya sehabis mandi.

"Ah, segarnya!"

Sasuke menoleh sekilas pada Naruto yang baru saja ikut bergabung bersamanya, mengambil tempat duduk di sampingnya.

Sedang serius menyaksikan drama picisan yang entah kenapa tiba-tiba Sasuke mau-mau saja menontonnya, padahal sebelumnya ia agak anti pada drama berbau cinta-cintaan, sekarang ia ingin sedikit tahu. Mendadak ia merasakan sesuatu yang basah di pipinya dan juga bahunya, sontak saja ia menengok, yang ia lihat adalah warna kuning, rambut Naruto. Si pemilik rambit tengah menyandarkan kepalanya yang masih basah pada bahu Sasuke.

Dirinya telah berganti pakaian dan seenaknya saja dibuat basah, Sasuke tidak terima, ia mendorong kepala Naruto tanpa perasaan. Tidak peduli Naruto menggerutu tentang dirinya ringan tangan dan tidak punya perasaan, Sasuke lebih memilih melanjutkan menontonnya.

Di sisi lain, Naruto masih menggerutu yang berakhir diam karena diabaikan Sasuke. Lama-lama Naruto merasa bosan tidak melakukan apapun, bukan dirinya sekali hanya berdiam di rumah meski itu hari libur. Sekarang ia diberikan cuti paska menikah, kata Touchan-nya untuk berbulan madu, akan tetapi Sasuke menolak mentah-mentah pergi ke Jeju, anti naik pesawat ujarnya. Naruto tidak mengerti mengapa sampai Sasuke tidak mau naik pesawat.

"Suke."

"Hm?"

"Kenapa kau tidak mau naik pesawat?"

"Tidak apa."

"Yang benar, kenapa?"

"Diamlah, Dobe. Aku sedang serius."

"Sasuke."

Dengan tiba-tiba Naruto mendorong tubuh Sasuke berbaring dengan dirinya berada di atas Sasuke, bertumpu pada kedua tangannya yang masing-masing di sisi bahu Sasuke.

"Naruto!"

Sasuke mendorong dada Naruto agar menjauh dari dirinya.

Bukannya menyingkir, Naruto justru mendekatkan diri untuk kesekian kalinya hari ini. Menyaksikan perubahan mimik Sasuke menjadi panik, malu, tegang atau kaget dari dekat menjadi kesukaan tersendiri untuk Naruto sekarang, terlihat menggemaskan dan mengundang sesuatu.

"Na-naru-to, apa yang kau?"

Naruto semakin mendekat, hidung keduanya bahkan bersentuhan disusul kecupan manis dari Naruto di bibir Sasuke.

"Kenapa ... Kau terus menciumku?" tanya Sasuke terdengar bodoh bagi Naruto.

Mengundang tawa geli Naruto. "Kenapa kau terus membuatku ingin menciummu?" balik tanya Naruto dan kembali mendaratkan kecupan lainnya. "Sasuke, ku rasa aku telah gila karena manisnya bibirmu."

Terdengar menggelikan seharusnya, bagi seseorang seperti Sasuke yang tidak menyukai kata-kata romantis murahan. Tetapi, kali ini membuatnya terasa melayang.

"Aku pernah membaca hanya karena ciuman seseorang bisa jatuh cinta ... "  Naruto memindahkan kepalanya di samping kepala Sasuke, bibirnya tepat di telinga merah samar Sasuke, efek malu. " ... Apa kau sudah mulai mencintaiku, Sasuke?" bisiknya. Menjilat daun telinga Sasuke dan turun ke leher jenjang sembari memberikan kecupan-kecupan singat.

Sasuke tidak mengerti, ia hanya mengikuti, memberikan akses pada Naruto untuk menjelajahi leher putihnya. Jemarinya mencengkram erat kaos depan Naruto, matanya menutup menikmati, bibirnya terbuka tanpa suara. Rasanya aneh, membuat ia merinding dan darahnya berdesir.

"Ahkk," pekik Sasuke tertahan ketika gigi Naruto menusuk kulit lehernya, sontak ia menutup bibirnya, membungkam lenguhan yang hendak keluar reflek karena hisapan Naruto.

Dapat Sasuke rasakan bibir Naruto berpindah ke titik lain, menggigitnya kembali dan

"Ahk, Na ... "

"Kami data ... AAAAAAAHHHH! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

Sasuke mendorong Naruto sekuat tenaga, untung tidak menyebabkan dia jatuh terjungkal. Lalu ia mendudukkan diri begitu pun Naruto.

"Jika mau melakukan hal tidak senonoh itu di kamar, apa kalian lupa ada Ino yang masih di bawah umur ada di sini?" omel Karin, penyebab terputusnya kegiatan NaruSasu.

Naruto dan Sasuke baru teringat keberadaan gadis itu, mereka pun menoleh ke belakang, ke pintu menuju dapur. Tidak ada keberadaan Ino. Syukurlah.

"Aku tahu kalian pasangan baru yang masih panas-panasnya, apalagi Naruto si mesum --"

"Hei!" Naruto tidak terima.

Karin mengabaikan. "--tapi, ingat keadaan juga, dong. Jika tidak ada Ino, kalian bebas melakukannya di mana pun, gaya apa pun."

"Eh, memang ada gayanya?" Sai yang sedari tadi diam bertanya dengan polosnya.

Sasuke yang menyadari keberadaan adik tercintanya segera menghampiri. Sebenarnya juga bermaksud mengalihkan Sai dari pembicaraan.

"Kau juga datang? Kenapa tidak bilang?"

Sai tersenyum dan langsung memeluk Sasuke. "Aku ingin memberikanmu kejutan. Hehe." Walau sebenarnya ada maksud lain atas kedatangan Sai ke rumah baru Sasuke.

"Kau ini. Duduklah, kau mau minum apa?" Sasuke menggandeng Sai untuk duduk di sofa, diikut Karin di belakang.

"Air es saja," Karin menjawab, Sai hanya mengangguk.

"Bukan kau yang ditanya," sinis Naruto. Masih dongkol atas kedatangan tiba-tiba Karin dan Sai.

Sedang Karin hanya acuh.

"Bagaimana bisa kau tahu password apartemenku?" tanya Naruto. Pasalnya tidak ada yang tahu kodenya, kecuali

"Irukasan yang memberi tahu," jawab Karin santai.

Kecuali Iruka, tentu saja.

"Aku harus menggantinya," gumam Naruto.

Sasuke datang dengan dua gelas air dingin, meletakkannya di hadapan Karin dan Sai yang duduk berdampingan. Lalu, ia ikut duduk di sebelah Sai yang masih ada ruang kecil, menyebabkan Sai dengan reflek menggeser duduknya memberikan ruang pada Anikinya.

"Kenapa tidak duduk di sampingku, Suke?" tanya Naruto menepuk ruang kosong di sebelahnya.

"Suka-suka aku."

"Terserah, deh. Hei! Gadis berkacamata, sebenarnya apa maksud kedatanganmu?"

"Onee-chan! Sai-kun, kalian datang!"

Belum sempat Karin menjawab, telah datang Ino yang sudah berpakaian rapi juga make-up tipis di wajahnya, sukses membuat Sai tidak mampu berpaling darinya.

"Kau tau mereka akan datang?" tanya Naruto.

Ino mengangguk. "Narutonii dan Sasukenii, cepat ganti baju kalian dan kita jalan-jalan."

***

Wajah memelas Ino adalah kelemahan Naruto dan anggukan antusias Sai menetujui perkataan Ino adalah kelemahan Sasuke. Keduanya ingin menolak, tetapi lemah untuk mengutarakannya.

Berakhirlah mereka berlima di arcade. Meski, awalnya Naruto terus berceloteh sepanjang perjalanan mengatakan betapa membosankannya di sana, pada akhirnya dialah yang paling bersemangat.

Naruto, Karin dan Ino yang memang dasarnya manusia-manusia aktif, bermain dengan semangatnya, melupakan fakta bahwa mereka adalah orang dewasa. Di sisi lain, Duo Uchiha bersaudara hanya duduk di temani es kopi sembari mengobrol dengan Sai yang terus mengamati Ino.

Naruto menoleh pada Sasuke dan Sai. Dua bersaudara itu kini sibuk pada dunia masing-masing, Sai memperhatikan Ino dan Sasuke yang Naruto yakin sibuk pada ponselnya karena game itu lagi.

Naruto menghampiri keduanya, ia juga sudah bosan bermain. Menjatuhkan bokongnya di sebelah Sai, merangkul pemuda yang sekarang telah menjadi adik iparnya.

"Kau memperhatikan Ino terus, menyukainya, hm?" goda Naruto.

Sai langsung memerah, ia tidak menyangka jika begitu kentara dirinya memperhatikan Ino. Terlebih tertangkap basah oleh sepupu Ino sendiri.

"Aku benar, ya?"

Sai tidak menjawab, tapi tingkahnya sudah cukup menjelaskan.

"Kau mau Ino membalas perasaanmu?"

Sai yang awalnya menunduk malu langsung menoleh pada Naruto, pertanyaan Naruto sangat menarik. Dan lantas membuat Sai mengangguk

Naruto mendekatkan diri untuk berbisik pada Sai, "cara yang aku gunakan yang berhasil membuat Aniki mu jatuh cinta padaku, yaitu menciumnya."

"Apa?!"

Wajah Sai semakin memerah membayangkan dirinya mencium Ino. Dan kejadian tadi pagi di ruang depan apartemen Naruto dan Sasuke melintas kembali.

"Mencium?"

***

Setelah puas bermain dan mengisi perut, kelimanya berniat untuk pulang karena lelah juga kantuk mulai menyerang.

Karin pulang sendiri dijemput Iruka, tersisa Naruto, Sasuke, Sai dan Ino. Naruto menawarkan diri untuk mengantar Sai terlebih dahulu, mereka berempat pun berjalan menuju parkiran.

Perkataan Naruto memenuhi otak Sai, sesekali ia mencuri pandang pada Ino yang bergelayut manja di lengan Naruto. Ia memikirkan kapan ia harus melaksanakan saran Naruto, pasalnya jika tidak sekarang kapan lagi? Kapan lagi akan bertemu Ino, sedang ia akan sibuk sekolah dan Ino akan kembali ke asalnya. Lama ia berpikir hingga telah tiba di hadapan Madonna, Sai telah memutuskan.

"Ino-chan," panggilnya. Melangkah pasti ke hadapan Ino dan segera menariknya mendekat. Mempertemukan bibir mereka.

Bukan hanya Ino yang terkejut, tapi juga Naruto dan Sasuke.

"Aku menyukaimu sejak pertama kali melihatmu. Ino-chan, jadilah kekasihku."

"Wow," Naruto takjub.

"Sai?" Sasuke tidak menyangka.

"Aku ... Tentu saja mau." Ino menerima dengan suka cita.

Ino dan Sai berpelukan. Mengabaikan siulan ejekan Naruto, Sasuke hanya diam menyaksikan. Dalam hati merasa terharu adik kecilnya sudah tumbuh besar,  juga sedih karena merasa kalah telak dari Sai. Disaat usianya seperti Sai, ia bahkan tidak menaruh perasaan pada siapa pun.

***

Seminggu sudah Ino menginap di kediaman Naruto dan Sasuke dengan kejadian-kejadian mengenakkan. Ya, setidaknya untuk asupan dirinya.

Sedihnya, ia harus segera kembali pulang, meninggalkan Jepang juga kekasihnya, Sai.

Dengan langkah berat ia menyusul langkah keduaorangtuanya, melambai pada kedua orang yang mengantarnya, Naruto dan Sasuke. Sai tidak bisa ikut karena ada sekolah. Tidak apa, setidaknya mereka berdua telah berkencan seharian kemarin.

Ino telah hilang dari pandangan, Naruto dan Sasuke memutuskan untuk pulang.

"Aku ke kamar kecil dulu, kau duluanlah," perintah Naruto pada Sasuke, ia sudah tidak bisa menahan hasrat buang air.

Sasuke hanya mengangguk.

Naruto berlari berlawanan arah dengan Sasuke. Senyumnya merekah menemukan kamar kecil, tanpa membuang waktu ia segera masuk dan menuntaskan hasratnya.

Lega.

Keluar dari kamar kecil dengan bersiul karena bebannya telah sirna.

Bugh

"Aw!"

Naruto termundur selangkah akibat seseorang menabrak dirinya.

"Gomenne, aku buru-buru."

Deg

Suara itu.

Naruto mendongak untuk melihat wajah orang yang menabraknya, akan tetapi orang itu telah tiada di hadapannya. Naruto menatap berkeliling berharap menemukan orang itu lagi, tapi nihil.

"Mungkin aku salah dengar."

Ia pun melanjutkan langkahnya.





TBC

YEAY! Semoga bisa konsisten updatenya.

Terimakasih atas vote dan komennya.

080518

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro