Twenty Harmony-Hear me, Mother!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Song: Mother
Artist: 96 Neko

A/N

Yah, sesuai di chap 15 aja. Bakal ada scene Yuki nyanyi.

Jadi tolong nyalakan lagu di mulmed pas scene Yuki nyanyi aja ya!

Bubyee! Happy reading!

☆☆☆

"Huaaaah, akhirnya selesai!"

Yukiko menoleh, menatap teman sekantornya itu dengan tatapan malas. "Jangan senang dulu. Nanti siang kita ada meeting lagi di Kantor cabang."

Hanami--temannya--menyunggingkan seringaian lebar. "Masih nanti siang. Ayolah, kita sedikit bersenang-senang. Kapan terakhir kali kau pergi ke spa, huh?" Wanita itu menyikut pelan Yukiko dengan alis dinaik turunkan. "Mumpung kita masih ada di sini. Mall X sudah berubah banyak, ya?"

Yukiko menghela napas berat. Ia ke sini untuk bekerja, bukan untuk main-main. Yah ... tapi sedikit refreshing tidak masalah, kan? Saran sari Hanami tak sepenuhnya salah. Lagipula, sekarang baru jam sebelas pagi. Mereka harus kembali ke Kantor jam satu siang. Ada waktu dua jam untuk beristirahat.

"Oh ya, kudengar kau dipanggil ke sekolah Yuki beberapa waktu lalu?" Hanami bertanya saat mereka sedang duduk di food court. Menikmati makan siang, meskipun ini terlalu dini.

Mendengar hal itu, Yukiko mengurungkan niatnya untuk memasukan sesuap nori bento ke mulutnya. Wanita itu menghela napas berat. "Anak itu ... kenapa pula membuat masalah? Menyebalkan sekali."

"Hei, kau itu terlalu keras, tahu. Bagaimanapun juga, Yuki itu anakmu," Hanami menyeruput segelas matcha hangatnya. "Kau harus lebih perhatian kepadanya."

Yukiko menopang wajah dengan telapak tangan. Seketika dia jadi kehilangan selera makan. Benar juga perkataan Hanami. Sepertinya dia kurang memberikan perhatian kepada Yuki, anaknya. Kapan terakhir kali mereka makan bersama di meja makan? Dia terlalu fokus dengan pekerjaannya sehingga mengabaikan Yuki. Jika dipikir-pikir, selama ini Yuki tidak pernah menyusahkannya. Yuki selalu menunjukan sesuatu untuk membuatnya bangga. Tapi ... yang ia lakukan kepada Yuki justru sangatlah kejam.

Dan melihat Yuki membentaknya beberapa waktu lalu, justru membuat Yukiko tersadar. Bahwa betapa kesepiannya sosok anak itu.

"Aku ... sepertinya akan ke Kantor duluan," Yukiko beranjak berdiri, meraih tasnya.

"Hei, hei! Tapi makananmu masih banyak, lho!"

"Untukmu saja."

Yukiko berjalan diantara ramainya orang. Ia menghela napas--entah untuk yang keberapa kalinya. Mungkin sepulang nanti, dia harus bicara baik-baik kepada Yuki.

Nguuuuungg!

Suara berdengung dari loud speaker yang terdengar dari penjuru Mall membuat telinga semua orang kesakitan. Yukiko meringis pelan. Rasanya gendang telinganya hampir saja pecah. Beberapa orang di sekitarnya mengumpat kesal karena hal barusan.

"Selamat siang para pengunjung Mal X!!"

Sejenak, Yukiko tampak tertegun. Ia menajamkan pendengarannya. Entah mengapa, suara barusan terdengar sangat familiar di telinganya.

"Silahkan saksikan di lantai dasar Mal X. Kami menyediakan penampilan spesial, lho!"

Semua orang saling bertanya-tanya. Bising mulai memenuhi indra pendengaran. Karena penasaran, Yukiko berjalan mendekati balkon pembatas. Ia berada di lantai tiga. Yukiko mendongakan kepalanya, menatap ke satu-satunya pusat perhatian saat ini.

Terlihat, tiga orang remaja di atas panggung. Salah seorang gadis diantara mereka membuat Yukiko melotot tak percaya.

Yuki, terlihat di sana. Tengah nenatapnya hangat.

"Dan kupersembahkan lagu ini, hanya untuk Ibu."

***

Aku menggenggam erat gagang gitarku. Aku menoleh, menatap Shiro yang bersiap memainkan bass, dan juga Fuyumi yang sudah siap bersama drumnya.

Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian menghelanya. Ratusan pasang mata kini menatap kami bertiga dengan tatapan penasaran. Suara bising terdengar sepanjang telinga mendengar. Ini ideku. Aku meminta Fuyumi dan Shiro untuk tampil di sini dan membuat sedikit keributan. Beruntung, mall ini milik keluarga Fuyumi. Aku tak tahu seberapa kaya anak itu, tapi setidaknya dengan begitu kami bisa meminta izin dengan mudah.

Kutemukan sosok Ibu di tengah kerumunan lantai tiga. Tak sulit untuk mencari wajah yang familiar diantara puluhan wajah asing. Aku merekahkan senyum terbaiknya. Menatap ibu, menyorot hangat.

Aku mengenggam mic crofon yang ada di hadapanku. "Dan kupersembahkan lagu ini, hanya untuk Ibu."

Aba-aba dari Fuyumu terdengar. Fuyumi memukul stik drumnya selama tiga kali, lalu menghantamkannya ke drum. Shiro mulai memainkan bassnya sesuai irama.

Dan jemariku dengan lihai mulai menjentik senar gitar. Seakan-akan menari diatasnya. Mulutku terbuka. Aku mulai bernyanyi beriringan dengan melodi indah.

Warna-warni alunan musik, terlihat di indra penglihatanku.

"Gomen ne sunao ni narenakute
[Maafkanlah karena aku tak bisa berkata jujur]
"Daisuki da yo" nante ietara ii noni na
["Aku menyayangimu" kalimat yang tak dapat kututur]
Arigatou watashi wo unde kurete
[Terima kasih karena telah melahirkanku]
Anata no kodomo ni umarete shiawase desu
[Aku bangga telah menjadi anakmu ibu]"

Ibu, aku tahu aku ini adalah anak yang egois.

"Mainichi osoku made anata wa hataraki nagara
[Setiap hari dirimu bekerja hingga larut malam]
Watashi wo koko made hitori de sodatete kureta
[Kau membesarkanku seorang diri dalam diam]
Donna ni tsukaretete mo yowane hitotsu hakazu ni
[Seberapa lelah dirimu tanpa berasa apapun]
Itsudemo hohoemi tsudzukete kuremashita
[Engkau terus selalu memberiku senyum anggun]"

Aku selalu memikirkan hal yang membuatku kecewa, tanpa mempedulikan penderitaan Ibu.

"Sasai na koto de kenka shite sugu ni ie wo tobidashite
[Bertengkar karena hal-hal yang kecil, ku lari keluar merasa tak adil]
Anata no kanashii kao ga wasurerarenakute
[Aku tak bisa melupakan wajah sedihmu]
Genkan no doa wo akeru to itsumo no yuuhan no nioi ga
[Ketika aku membuka pintu itu
aroma makan mulai meluluhkanku]
Watashi wo yasashiku tsutsunde kureta ne
[Perlahan membuatku kembali lagi]"

Aku menyayangimu, Ibu. Lebih dari apapun.

"Gomen ne sunao ni narenakute
[Maafkanlah karena aku tak bisa berkata jujur]
"Okaeri" no koe ni dore dake tasukerareta darou
[Kalimat "selamat datang" darimu itu menenangkanku]
Arigatou watashi wo unde kurete
[Terima kasih karena telah melahirkanku]
Anata no kodomo ni umarete shiawase desu
[Aku bangga telah menjadi anakmu ibu]"

Aku minta maaf atas segala kenakalanku. Yang kuinginkan darimu, hanyalah kasih sayangmu.

"Osanai koro hashaide koronde naita toki
[Ketika aku masih kecil, saat terjatuh dan menangis]
Atama wo nadete kureta anata no atatakai te
[Tanganmu yang begitu hangat mengusap lembut kepalaku]
Itsunomanika anata wa chiisaku natteita
[Lalu tanpa aku sadari, kini kau bertambah kecil]
Kondo wa watashi ga anata wo mamoreru kana?
[Kali ini bisakah aku yang melindungimu?]"

Terima kasih atas segalanya. Aku mencintaimu, lebih dari apapun.

"Itsudemo mikata de ite kurete nandomo hagemashite kurete
[Kau selalu mendukung diriku ini]
Dore dake no yasashisa moratte kita darou
[Memberiku semangat setiap saat]
Hajimete yume uchiaketa toki anata wa nanimo iwazu ni
[Ketika aku mencurahkan mimpiku, kau terdiam tanpa bisa berkata-kata]
Watashi no senaka wo oshite kureta ne
[Aku tak bisa memberitahu sebanyak apa kebaikanmu, hanya meletakkan tanganmu ke punggungku]"

Ibu, semoga lagu ini dapat menggapaimu. Semoga Ibu dapat mengerti, semua perasaanku ini.

"Gomen ne sunao ni narenakute
[Maafkanlah aku tak bisa berkata jujur]
Daisuki da yo nante ietara ii noni na
[Jika saja aku dapat berkata aku sayang ibu]
Arigatou watashi wo unde kurete
[Terima kasih karena telah melahirkanku]
Anata no kodomo ni umarete shiawase desu
[Aku sangat bahagia telah menjadi anakmu ibu]"

Tersenyumlah, Ibu. Karena sesungguhnya aku sangat menyayangi Ibu.

"Arigatou anata ga ite kurete
[Terima kasih kau selalu ada untukku]
Watashi ga watashirashiku irareta kara
[Maka aku bisa jadi diri sendiri]
Arigatou watashi wo unde kurete
[Terima kasih karena telah melahirkanku]
Anata ni ima sugu tsutaetai kanshitemasu
[Kini aku ingin mengatakan padamu bahwa aku sangatlah bersyukur]"

Meskipun Ibu bersikap jahat kepadaku, tapi aku yakin semua itu demi kebaikanku.

"Gomen ne sunao ni narenakute
[Maafkanlah aku tak bisa berkata jujur]
Daisuki da yo nante ietara ii noni na
[Jika saja aku dapat berkata bahwa aku sayang ibu]
Arigatou watashi wo unde kurete
[Terima kasih karena telah melahirkanku]
Anata no kodomo ni umarete shiawase desu
[Aku sangat bahagia telah menjadi anakmu ibu]"

Ibu, kumohon. Dengarlah suara hatiku ini, lewat musik. Sesungguhnya aku menyayangimu, Ibu.

"Anata no musume de yokatta
[Aku bangga menjadi anak gadismu]
Arigatou
[Terima kasih]"

Aku benar-benar bangga telah menjadi anakmu.

Aku menarik napasku panjang-panjang, lalu berseru dengan suara keras, "AKU SAYANG IBU! AKU BANGGA TELAH MENJADI ANAKMU!"

***

Yukiko tak tahu harus berkata apa. Yang ia lakukan sejak mendapati Yuki bernyanyi di sana adalah berlari sekencang mungkin menghampirinya.

Ia berlari diantara orang-orang. Menyerobot antrean di eskelator. Tujuan wanita itu hanya satu, yaitu datang untuk bertemu dengan anaknya. Ia menyelinap keramaian, menerobos untuk tiba di barisan paling depan.

Dari sini, Yukiko dapat melihat sosok Yuki lebih jelas. Air matanya meleleh begitu saja.

"Y-Yuki ..." suaranya berubah parau. Ia menatap sang anak dengan mata berkaca-kaca.

Yuki menatap Ibunya dengan sorot hangat. Terpancar kebahagiaan serta kelegaan yang luar biasa dari sana. Tanpa basa basi, Yuki melompat dari atas panggung. Berlari hanya demi memeluk sang Ibu tercinta.

"Yuki ... maafkan Ibu," Yukiko mulai terisak. "Ibu tak bermaksud jahat. Ibu ... sayang Yuki."

"Yuki juga sayang Ibu," Yuki mengeratkan pelukannya. Entah kapan terakhir kali ia merasakan hangatnya pelukan sang Ibu. "Maafkan aku, Ibu. Ibu adalah segalanya bagiku. Maaf karena aku sudah kasar kepadamu." Yuki melepaskan pelukannya, menatap tepat di manik cokelat milik sang Ibu. "Aku bangga karena Ibu adalah Ibuku. Ibu adalah wanita paling hebat di dunia."

Mereka menangis, menyisakan ratusan orang-orang yang menonton aksi mereka. Semua orang bertepuk tangan. Fuyumi dan Shiro tersenyum lega.

Hari itu, telah menjadi saksi bisu. Betapa besar cinta seorang anak kepada Ibunya.

Musik telah menyampaikan segalanya.

Musik itu ... memang penuh dengan sihir yang berkilau.

***TBC***

A/N

Hmm Vara susah mati nyari lagu yang bagus buat chap ini tapi ga ketemu :")

Tadinya malah ketemu lagu yang nada awalnya mirip lagu dangdut masa ._.

Dan akhirnya ketemu ini pas lagi nyari-nyari lagu vocaloid. Semoga suka ya <3

Also...

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN. Vara minta maap yah, huhuhuuu....

Ga kerasa puasa dah kelar. Padahal baru aja rasanya kemarin puasa :"

Semoga kita bisa bertemu di ramdhan berikutnya!

Babaayyyy dah dulu yahhh.

Big Luv, Vara.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro